TRIBUN-TIMUR.COM - Gelandang sekaligus kapten tim nasional (timnas) Kroasia, Luka Modric tengah menjadi pusat perhatian jelang final Piala Dunia 2018 melawan timnas Prancis di Stadion Luzhniki, Moskow, Minggu (15/7/2018) pukul 22.00 WIB.
Cerita Luka Modric sebagai penyintas Perang Balkan sudah wara-wiri di setiap situs media.
Kini muncul lagi cerita baru tentang Luka Modric sebagai penggembala kambing.
Pembuat film, Pavle Balenovic membuat dokumenter mengenai kawanan serigala di Kroasia pada 1990.
Dalam film tersebut, ternyata ada cuplikan sebuah keluarga peternak kambing di Kroasia sebelum perang Balkan.
Balenovic mendokumentasikan satu anak yang tengah menggiring kawanan kambing untuk kembali ke kandang.
Hal ini dikonfirmasi oleh sang pembuat film, Pavle Balenovic.
"Keluarga Modric cukup ramah dan saya selalu mengunjungi mereka setiap membuat film mengenai kehidupan alam liar," kata Balenovic seperti dilansir BolaSport.com dari Croatia Week.
"Saya juga baru mengetahui informasi mengenai keluarga yang saya filmkan ternyata milik Modric pada beberapa tahun yang lalu," ucap Balenovic menambahkan.
Saat film tersebut dibuat, negara tempat Modric tinggal masih bernama Yugoslavia.
Perang Balkan membuat Yugoslavia pecah dan Kroasia lahir pada 1991.
Kini, Modric berpeluang menghadirkan trofi Piala Dunia pertama timnas Kroasia sepanjang sejarah.
Ia akan memimpin timnas Kroasia melawan timnas Prancis pada Minggu (15/7/2018).
Dilansir dari theguardian.com, gelandang Real Madrid berusia 32 tahun ini mengalami masa kecil yang tragis sebagai pengungsi.
Kakek kesayangannya ditembak mati militan Serbia saat Modric berusia 6 tahun, ia dan keluarga dipaksa hidup sebagai pengungsi di tanah airnya yang dilanda perang (perang Balkan).
Pada tanggal 8 Desember 1991, selama Perang Balkan, militan Serbia yang ganas menyerbu Modrici, sebuah desa kecil di dekat pegunungan Velebit di Dalmatia utara serta menembaki warga negara Kroasia yang tidak melarikan diri.
Salah satu yang terperangkap dalam baku tembak adalah kakeknya, yang sedang menyusuri ternaknya di jalan.
Dia dipojokkan oleh sekelompok orang Serbia yang secara brutal mengeksekusinya bersama dengan lima penduduk setempat lainnya.
Kejadian itu menghancurkan jiwa Modric.
Sebab dia dibesarkan oleh kakeknya sementara orangtuanya, Stipe dan Radojka, bekerja berjam-jam di pabrik rajut untuk membantu keuangan keluarga.
Setelah kejadian itu, orangtuanya terpaksa meninggalkan Modrici dan mereka mencari perlindungan di Hotel Iz di kota Zadar.
Tanpa listrik maupun air, bunyi granat dan peluru menjadi makanan sehari-hari bagi Modric kecil dan saudara perempuannya, Jasmina. Belum lagi mereka menghindari ranjau darat yang berpotensi terkubur di setiap sudut jalan.
Meski mengalami bermacam rintangan, tak menghentikan ambisinya untuk menjadi salah satu pemain sepak bola terbaik.
Modric sebenarnya jarang bercerita soal masa kecilnya yang kelam.
Namun ketika dia menandatangani kontrak untuk Spurs pada tahun 2008, dia secara singkat membahas kisah masa kecilnya.
"Ketika perang dimulai kami menjadi pengungsi dan itu adalah waktu yang sangat sulit," ungkap Modric.
“Saya berumur enam tahun. Ini benar-benar masa-masa sulit. Saya mengingatnya dengan jelas tetapi itu bukan sesuatu yang ingin Anda ingat atau pikirkan.”
“Kami tinggal di sebuah hotel selama bertahun-tahun ketika kami berjuang secara finansial, tetapi saya selalu menyukai sepakbola.”
“Perang itu membuat saya semakin kuat, itu adalah masa yang sangat sulit bagi saya dan keluarga saya. Saya tidak ingin menyeret itu bersama saya selamanya, tetapi saya juga tidak ingin melupakannya.”
Namun, ketika Modric berusia 10 tahun, dia dicoret oleh sejumlah pelatih yang mengira Modric terlalu lemah dan malu untuk bermain bola.
Hanya Tomislav Basic yang bisa melihat potensinya. Ia lalu membawa Luka ke Dinamo Zagreb.
Dari sana bakatnya berkembang, ia melanjutkan karirnya ke Tottenham dan Real Madrid.
Sekarang, Luka Modric menjadi andalan bagi klub dan negara, serta menjadi salah satu pemain paling berharga di dunia. Ia juga disebut sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia.
Kini, mimpi besarnya untuk menjuarai Piala Dunia bersama Kroasia sudah di depan mata. Tinggal satu pertandingan lagi.