Laporan Wartawan TribunSulbar.com, Nurhadi
TRIBUNSULBAR.COM, MAMUJU – Mantan Kepala SMK Negeri 1 Mamuju H Mustafa Kampil menyesalkan adanya penyegelan sekolah menggunakan kawat berduri atau parit.
Hal itu disampaikan Mustafa Kampil saat ditemui di kediamannya, Lingkungan Bambu, Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Sulbar, Selasa (25/4/2017).
“Saya sebagai salah seorang yang merintis berdirinya sekolah, tentu menyesalkan tindakan mereka yang memagar sekolah menggunakan kawat berduri, sehingga menyebabkan anak-anak gelisah,” katanya kepada TribunSulbar.com.
“Sebenarnya kasus ini sudah bergulir di pengadilan, dan sudah mengeluarkan Putusan Niet Ontvankelijk Verklaard, mereka juga sudah tahu atas keputusan pengadilan ini, tapi kenapa mereka sampai sejauh itu bertidak,” tutur Mustafa menambahkan.
Ia menyebutkan, pihaknya telah melaporkan kasus itu ke DPRD Sulbar untuk mempertemukan kedua belah pihak.
Baca: VIDEO: Guru dan Siswa SMKN 1 Mamuju Merayap Lewati Segel Sekolah
Mustafa menceritakan, sekolah yang dulunya merupakan kelas jauh dari SMEA Majene itu, berdiri pada tahun 1994 atas keputusan Kanwil Sulawesi selatan.
Namun pada tahun 1996 mereka mendirikan sekolah sendiri karena menilai terkendala dengan komunikasi yang jauh dari sekolah induknya.
“Dulu waktu pertama berdiri kami masih menumpang di SD Rimuku, karena setiap tahun siswa terus bertambah sehingga kami berpindah lagi ke SD 1 Mamuju,” ucap Mustafa
Karena siswa terus bertambah, pihak sekolah waktu itu membeli tanah lahan sekolah sebelum dibanguni.
“Jadi sebenarnya ini lahan sudah tidak ada persoalan, karena lahan ini dibeli sebelum dibanguni, yang membeli saya sendiri. Saat itu saya bayarkan Rp 500 ribu satu ahli waris, karena mungkin komunikasi tidak nyambung akhirnya begitumi,” ujar Mustafa.(*)