Laporan Wartawan Tribun Timur, Sakinah Sudin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) kembali mengalami inflasi pada November 2015.
Setelah sempat deflasi di angka 0,08 persen pada Oktober, Sulsel kembali inflasi di angka 0,26 persen pada November 2015 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 121,28.
Meski demikian, angka inflasi di November 2015 itu masih lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu. Pada November 2014, inflasi mencapai 1,41 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulsel Nursam Salam, pada konferensi pers yang digelar di kantornya Jl H Bau No.6 Makassar, Selasa (1/12/2015), menjelaskan, inflasi pada November disebabkan kenaikan harga pada enam kelompok pengeluaran, yaitu bahan makanan sebesar 0,66 persen sekaligus angka tertinggi, menyusul kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau di angka 0,30 persen.
Kelompok pengeluaran lainnya yang menyebabkan inflasi yaitu perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,24 persen; kesehatan 0,13 persen; pendidikan, rekreasi, dan olahraga di angka 0,02 persen.
“Hanya kelompok sandang saja yang mengalami deflasi di angka 0,24 persen,” ujarnya.
Lebih detail, Nursam menyebut, ada 10 komoditas dominan penyumbang inflasi Sulsel pada November 2015 dalam artian terjadi kenaikan harga pada komoditas ini.
Angka tertinggi disumbang kenaikan ikan layang sebesar 0,0433 persen, mengekor cabe rawit di angka 0,0403 persen, dan ikan cakalang sebesar 0,0247 persen. Komoditas lainnya yaitu wortel, kontrak rumah, tomat sayur, tomat buah, mie, beras, dan bawang merah.
“Beras bukan lagi penyumbang terbesar, angkanya hanya sekitar 0,0129 persen. Hal ini karena memang harga beras cenderung normal dan tidak ada kenaikan," imbuhnya.
"Kalaupun ada hanya di beras kelas premium, dan angkanya sangat tipis. Itupun hanya di Palopo dan Parepare," jelasnya.
Sementara itu, beberapa komoditas yang turun harga diantaranya emas perhiasan, kangkung, cabe merah, kacang panjang, cumi-cumi, tempe, dan tahu mentah. (*)