TRIBUN-TIMUR.COM- Fakta-fakta hubungan baik Nabi Muhammad SAW dengan umat kristiani diungkap versi penulis bernama Martin Lings. Martin Lings dalam bukunya, Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik.Tidak sedikit kalangan yang mengacungi jempol tulisan itu.
Seperti dirangkum laman madinaonline, berikut ini, beberapa fakta hubungan baik Rasulullah dengan umat kristiani.
Sepulang dari Gua Hira
Sepulang dari Gua Hira, Muhammad kembali ke rumah dengan tubuh gemetar dan dicekam ketakutan yang mendalam. Sesampainya di rumah, ia meminta sang istri untuk menyelimutinya.
Khadijah cemas melihat kondisi suaminya seperti itu, tapi ia tidak berani bertanya.
Setelah tenang, Muhammad menceritakan kepada istrinya bahwa ia telah didatangi Jibril dan menyampaikan wahyu Tuhan kepada Muhammad.
Esoknya, Khadijah menceritakan peristiwa itu kembali kepada Waraqah yang saat itu sudah semakin sepuh dan buta.
“Quddus! Quddus!” kata Waraqah. “Demi Tuhan yang menguasai jiwaku, yang mendatangi Muhammad adalah Namus yang terbesar, yang dulu juga mendatangi Musa. Sungguh, Muhammad adalah nabi bagi kaumnya. Yakinkanlah dia”. Namus, bahasa Yunani, adalah hukum Tuhan atau ruh.
Namun, yang dimaksud dalam konteks ini adalah malaikat pembawa wahyu.
Ketika thawaf, Muhammad melihat Waraqah sedang duduk-duduk di antara orang-orang dekat Ka’bah. Selesai thawaf, Muhammad menghampirinya dan menceritakan pengalamannya bertemu Jibril.
Waraqah kemudian memperingatkan Muhammad. “Engkau akan didustakan orang, akan diperlakukan buruk, mereka akan mengusirmu, bahkan berperang melawanmu! Seandainya aku masih hidup saat itu, Allah tahu, aku pasti membela kebenaran agama-Nya”. Waraqah lalu memeluk Muhammad dan mencium ubun-ubunnya.
Ketika Hijrah
Setelah Nabi Muhammad mulai menyiarkan ajarannya banyak penolakan dari masyarakat Mekkah. Penderitaan umat Islam awal di Mekkah semakin menjadi-jadi.
Tak hanya kehilangan hak untuk bebas menjalankan apa yang mereka yakini, umat Islam awal juga diintimidasi, diancam, bahkan disiksa untuk meninggalkan ajaran Nabi Muhammad yang mereka yakini.
Umat Islam awal ketika itu adalah kelompok minoritas yang tertindas.
Tak kuasa melihat penderitaan para sahabatnya itu, nabi memerintahkan sebagian mereka untuk pergi dan mencari perlindungan di kerajaan Abyssinia.
“Di sana kalian akan mendapatkan seorang raja yang adil dan bijaksana. Suatu negeri yang kalian bebas dan leluasa dalam beragama. Sampai suatu saat Allah memberikan jalan yang dapat menghindarkan penderitaan yang kalian tanggung sekarang,” kata nabi kepada sebagian sahabat.
Migrasi ini adalah hijrah pertama dalam sejarah Islam.
Dan benar apa yang dikatakan nabi: para pengungsi itu diterima baik di Abyssinia. Mereka diberi kebebasan penuh untuk beribadah sesuai yang mereka yakini.
Pemimpin Quraisy penindas di Mekkah tidak tinggal diam setelah mengetahui kabar bahwa sebagian dari pengikut nabi Muhammad telah mengungsi ke Abyssinia.
Mereka kemudian membentuk delegasi untuk bertemu Raja Negus, raja Abyssinia kala itu, sambil meminta agar memulangkan para pengikut nabi.
Mereka melakukan berbagai cara untuk mendapat izin Raja Negus dengan cara menyuap Raja Negus dan para jenderal Abyssinia.
Namun, semua usaha delegasi itu sia-sia karena Raja Negus tidak mengabulkan permintaan mereka dan menolak gratifikasi yang diberikan.
“Demi Tuhan, mereka tidak boleh dikhianati. Mereka telah meminta suaka perlindunganku dan menjadikan negeriku sebagai tempat tinggal, serta telah memilihku dari yang lain,” kata Raja Negus di hadapan sejumlah jenderal yang menerima suap dan delegasi itu.
Orang-orang Abyssinia adalah penganut Kristen. Mereka telah dibaptis, menyembah Tuhan yang satu, melaksanakan dengan khusyuk sakramen di Eucharist.
Nabi Lindungi non-Islam
Sosok Muhammad semakin berpengaruh di Madinah. Bagi komunitas Madinah (ummah), terutama pengikutnya, Muhammad adalah seorang nabi dan utusan Tuhan.
Sementara bagi non-pengikutnya, Muhammad adalah pemimpin yang tidak partisan, tegas, dan harus diikuti. Kuatnya pengaruh Nabi Muhammad di Madinah bergema hingga ke wilayah-wilayah sekitar.
Madinah bahkan menjadi poros kekuatan baru di jazirah Arab. Karena itu, utusan kerajaan tetangga kerap menemui Nabi Muhammad untuk membuka hubungan diplomatik dan membuat perjanjian.
Salah satu utusan yang pernah menemui nabi adalah kaum Kristen Najran, mereka berasal dari wilayah bagian Bizantium.
Pada masa lalu, mereka menerima banyak subsidi dari Konstantinopel. Delegasi itu berjumlah enam orang dan diterima nabi di Masjid Nabawi. Tujuan mereka menemui nabi adalah untuk membuat perjanjian dengan nabi.
Ketika waktu sembahyang mereka tiba, nabi mengizinkan mereka melaksanakannya di dalam masjid dengan menghadap ke timur.
Selama di Madinah, mereka tinggal bersama nabi di Masjid Nabawi. Selama itu, nabi terlibat dalam perdebatan yang seru dengan utusan Kristen Najran itu mengenai beberapa isu, khususnya tentang doktrin kekristenan.
Saking tajamnya perbedaan pandangan antara nabi dan utusan itu sampai-sampai turun wahyu yang memerintahkan nabi bermubahalah (seperti sumpah pocong dalam masyarakat Nusantara).
Wahyu itu bisa dibaca pada surat Al Imran, ayat 59 sampai 61.
Delegasi Kristen Najran menyatakan tidak siap membawa perselisihan antara mereka dengan nabi itu berdampak jauh sampai menjadi kutukan.
Lalu, nabi dan mereka membuat satu perjanjian: Madinah sebagai kekuatan baru di jazirah Arab akan memberi perlindungan bagi para pengikut Kristen Najran, gereja-gerejanya, dan kekayaan mereka.
Sementara mereka akan membayar pajak sebagai upah perlindungan itu.
Masih banyak fakta lainnya terkait hubungan baik Rasulullah dengan umat kristiani menurut Martin Lings. Anda bisa menyimak lebih lengkap dalam bukunya itu. Demikian, wallahu a'lam. (madinaonline)