Pemilihan rektor UIN Alauddin

Pjs Rektor UIN Alauddin Tak Suka Disebut Caretaker

Penulis: Anita Kusuma Wardana
Editor: Ina Maharani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengganti Sementara (Pgs) Rektor UIN Alauddin, Prof Dr Ahmad Thib Raya MA memilih untuk melakukan blusukan ke seluruh fakultas di Kampus II UIN Alauddin, Samata, Gowa, Kamis (29/1/2015).

Laporan Wartawan Tribun Timur, Anita Wardana

TRIBUN-TIMUR.COM, GOWA - Dalam setiap kunjungannya di seluruh fakultas, Pengganti Sementara (Pgs) Rektor UIN Alauddin Prof Dr Ahmad Thib Raya MA senantiasa meminta dukungan dan bantuan dari seluruh pihak untuk menjalankan amanahnya sebagai pengganti sementara Rektor UIN Alauddin.

Ia juga menyampaikan ketidaksukaannya jika disebut sebagai caretaker. Prof Thib mengatakan dia hanya sebagai pengganti sementara hingga rektor definitif dilantik.

"Istilah Caretaker itu sangat menyeramkan. Caretaker itu adalah seseorang yang mengambil alih kekuasaan dalam kondisi yang sangat gawat, sedangkan di UIN Alauddin tidak ada kegawatan, ini cuma karena perbedaan pendapat. Saya selalu katakan, beda pendapat boleh tapi jangan sampai ada blok-blok," jelasnya.

Sebelumnya, ada caretaker yang akan menjadi pengganti sementara Rektor UIN Alauddin Prof Dr A Qadir Gassing HT MS yang telah habis masa jabatannya per 6 Januari lalu, hingga dilantiknya rektor yang baru mendapat penolakan dari sejumlah pihak.

Hal tersebut nampak dari munculnya spanduk berukuran besar yang mengatasnamakan diri sebagai sivitas akademika UIN Alauddin dan IKA UIN Alauddin dipasang di sejumlah titik dalam lingkungan Kampus II UIN Alauddin, Samata, Gowa.

Spanduk tersebut berisi penolakan keras atas caretaker rektor dan meminta agar Rektor UIN Alauddin terpilih Prof Andi Faisal Bakti MA PhD dilantik sebagai rektor periode 2015/2019.

"Saya menganggap hal tersebut sebagai cara mereka dalam menjaga agar semua kebijakan tetap sesuai dengan aturan yang berlaku karena soal caretaker tidak pernah dijelaskan dalam satu aturan pun," kata Prof Faisal Bakti saat dihubungi Tribun, Senin (12/1/2015).

Sementara itu, salah satu guru besar UIN Alauddin, Prof Qasim Mathar menilai kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Agama untuk menunjuk seorang caretaker rektor adalah upaya untuk mengatasi masalah yang sedang terjadi di UIN Alauddin selama proses pemilihan rektor berlangsung.

"Tidak perlu ada caretaker jika berada dalam situasi yang normal, tapi sekarang kan tidak normal karena adanya konflik selama pemelihan rektor kemarin. Rektor UIN Alauddin juga bersikap tidak netral dan tidak mampu menengahi perdebatan antara dua kubu di UIN Alauddin," kata Prof Qasim. (*)

Berita Terkini