Baca tanpa iklan
Laporan Wartawan Tribun Timur, Anita Wardana
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -Wilayah perkotaan di sebuah daerah menjadi pusat dari berbagai kegiatan masyarakat. Dengan menjadi pusat kegiatan masyarakat, jumlah penduduknya pun terus bertambah.
Pertambahan penduduknya pun berdampak pada tingkat kebutuhan air bersih. Sehingga, tidak salah jika, Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Universitas Hasanuddin (Unhas), Ruslan SKM MPH mengatakan permasalahan air di perkotaan jauh lebih kompleks dibanding di wilayah pedesaan.
"Masalah air di wilayah perkotaan bukan hanya dari aspek kuantitas, melainkan juga dari aspek kualitasnya dari segi kuantitas,"ujarnya saat ditemui Tribun di kediamannya, Nusa Tamalanrea Indah (NTI) Makassar, Jumat (23/8/2014).
Dari segi kualitas, Alumnus Griffith University, Australia ini menjelaskan dengan perkembangan pembangunan di wilayah perkotaan yang semakin pesat, membuat lahan daya serap air semakin berkurang.
"Makanya sekarang ada aturan, jika pada sebuah lahan ingin akan berdiri sebuah bangunan, 40 persen dari luas lahan tersebut, seharunya dijadikan lahan terbuka sebagai lahan penyerapan air ke tanah untuk menjadi pasokan air tanah. Hanya saja, aturan ini tidak diindahkan dengan baik," tambahnya. (*)