MAKASSAR,TRIBUN-TIMUR.COM-Razikin Juraid (Ketua Umum DPP IMM/Mantan Ketua Umum DPD IMM Sulsel)
mengatakan, Polisi yang menangani aksi unjuk rasa menolak kenaikan BBM
itu berubah menjadi anarkis. Saling lempar batu antara mahasiswa dengan
polisi.
Itulah yang terjadi saat Aksi mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Makassar yg terjadi Senin malam (17/06/2013).
Disamping itu, kami menduga
aparat kepolisian melibatkan preman bayaran untuk menghadapi mahasiswa.
Para preman itu bersama petugas intelijen polisi menghadapi aksi unjuk
rasa dengan cara yg represif. Mahasiswa dipukul mundur sampai masuk
dikampus. Tidak hanya itu, sarana kampus pun dirusak. Polisi telah
melakukan pembiaran untuk merusak fasilitas kampus. Ini sangat biadab.
Kami sangat menyesalkan kejadian ini, polisi telah menajdi bagian dari
yang memproduksi konflik horisontal ditengah masyarakat, sesama warga
sipil dibenturkan. Kepolisian juga perlu memahami, bahwa Universitas
Muhammadiyah Makassar, bukan sekedar Universitas, disana ada
simbol-simbol Muhammadiyah, jika simbol-simbol itu dirusak, dapat memicu
emosional dan rasa kekaderan warga Muhammadiyah. Walaupun kader-kader
Muhammadiyah sangat rasional.
Untuk itu kami mendesak Kapolda sulselbar untuk bertanggungjawab dan
menindak anak buahnya yg diduga melanggar HAM dalam penanganan aksi
unjuk rasa di Makassar. Penindakan mulai kepada petugas dilapangan
sampai ke Kapolda. Jika mahasiswa mulai anarkis, maka tidak seharusnya
polisi ikut-ikutan anarkis menangani aksi unjuk rasa yang dijamin UU. (*)
PP IMM: Polisi Bayar Warga Hadapi Mahasiswa
X
Penulis: Thamzil Thahir
Editor: Muh. Taufik
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger