Maulid Nabi Muhammad SAW

Maulid dan Tradisi Menghias Kaddominyak di Sulawesi Selatan

Penulis: Muh. Irham
Editor: Muh. Irham
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang warga menghiasi miniatur rumah dengan telur warna warni di Desa Barana, Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto, Sulsel, Selasa (15/2). Tradisi memperingati Maulid Nabi, warga setempat menghiasi miniatur rumah dengan telur warna warni, sejumlah hasil pertanian, dan kain sarung kemudian diarak ke Masjid untuk dimakan bersama.

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Maulid Nabi Muhammad SAW di hampir seluruh wilayah di Sulawesi Selatan selalu disertai dengan penganan unik, kaddominyak. Tak lengkap rasanya sebuah perayaan Maulid tanpa Kaddominyak dan telur aneka warna serta hiasan yang melambai-lambai.

Tak jarang di setiap even Maulid Nabi Muhammad, panitia sengaja menggelar lomba menghias kaddominyak. Aneka bentuk dan hiasan dibuat oleh para peserta, namun pada umumnya, kaddominyak dihias dengan kembang yang berisi telur.

Di daerah-daerah di pelosok Sulawesi Selatan, warga kerap membuat aneka miniatur dan diisi dengan kaddominyak dan tentu saja telur aneka warna.

Di daerah peisisir Kabupaten Bone, warga bahkan membuat miniatur perahu Phinisi untuk dibawa ke masjid tempat perayaan maulid. Ada juga yang membuat miniatur rumah adat dengan segala pernak- perniknya.

Selain miniatur tersebut, warga juga biasanya menyumbang belasan butir telur untuk diperebutkan. telur-telur ini ditata sedemikan rupa di ujung bambu kemudian ditancapkan di batang pohon pisang yang telah disiapkan.

Sesampai di masjid, panitia biasanya menyatukan sumbangan warga tersebut. Biasanya, hiasan kaddominyak yang paling bagus diserahkan kepada tokoh masyarakat yang berpengaruh di daerah itu atau kepada ustad yang membawakan hikmah Maulid.

Acara maulid biasanya diakhiri dengan berebut telur oleh jamaah maulid yang telah disiapkan oleh panitia. Di beberapa acara maulid, sebelum acara berakhir, telur-telur rebutan ini sudah habis duluan diserbu oleh para jamaah.

Kini, tradisi Maulid dan makan kaddominyak itu masih langgeng hingga saat ini. Seolah tak lekang oleh waktu, Muslim di Sulawesi Selatan tetap mempertahankan tradisi ini di setiap bulan Maulud. (*/tribun- timur.com)

Berita Terkini