Headline Tribun Timur
Chromebook Sulsel Lemot
Salah satunya diungkapkan oleh pengusaha komputer lokal, Yusman Wahab, yang sering menerima keluhan dari para guru.
Sebanyak 15 unit Chromebook telah diterima sekolah ini sejak dua tahun lalu dan digunakan di laboratorium komputer.
Chromebook sendiri merupakan perangkat mirip laptop atau komputer, namun menggunakan sistem operasi Chrome OS.
Perangkat ini telah terintegrasi dengan berbagai layanan digital, termasuk Google Workspace for Education, yang memungkinkan akses ke aplikasi seperti Google Classroom, Docs, Sheets, dan Slides.
Kepala Laboratorium Komputer dan Multimedia SMAN 9 Makassar, Rosmawati Sukri, menyampaikan bahwa Chromebook digunakan dalam berbagai aktivitas sekolah, seperti asesmen, Olimpiade Sains Nasional (OSN), dan pembelajaran Teknologi Informasi.
“Secara fungsi, Chromebook sudah digunakan. Namun, perlu dipahami bahwa perangkat ini berbeda dengan PC atau laptop karena berbasis OS Chrome,” ujarnya, Rabu (16/7).
Selain Google Workspace, Chromebook juga telah terintegrasi dengan platform GTK (Guru dan Tenaga Kependidikan) dari Kementerian Pendidikan, yang memudahkan guru mengakses berbagai layanan pendidikan.
Perangkat ini juga dilengkapi aplikasi Exambro, sebuah platform ujian berbasis komputer (CBT) yang dilengkapi fitur penguncian layar untuk mencegah siswa mengakses aplikasi lain saat ujian.
“Semua fitur sudah siap. Dari Google ada, lalu ditambah Exambro dari kementerian. Sangat membantu karena kita tinggal buka tanpa perlu instalasi tambahan,” jelas Rosmawati.
Namun demikian, pemanfaatan Chromebook dinilai masih belum optimal. Hal ini disampaikan oleh Andi Muhammad Yusuf, Tim Teknis SMAN 9 Makassar.
Ia menyebutkan salah satu kendala utama adalah kebutuhan akun belajar.id untuk mengakses perangkat, yang belum dimiliki oleh semua siswa.
“Siswa tidak punya akun belajar.id, jadi untuk menggunakan Chromebook, mereka harus meminjam akun guru. Padahal, ada batasan jumlah akun yang bisa digunakan,” tuturnya.
Ia pun berharap adanya pembaruan sistem agar Chromebook bisa lebih fleksibel digunakan.
“Kalau bisa, perangkat ini jangan berbasis Chrome OS saja, dan akun belajar dihilangkan agar bisa dipakai secara umum,” katanya.
Disdikbud Wajo
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Wajo terima bantuan 136 unit laptop Chromebook dari Kemendikbudristek.
“Betul, kami menerima bantuan 136 unit laptop dari Kemendikbudristek pada masa pandemi lalu,” ujar Plt Kadisdikbud Wajo Alamsyah, Rabu (16/7) lalu.
Menurutnya, bantuan tersebut bertujuan mempercepat proses digitalisasi pendidikan, khususnya saat pembelajaran daring diberlakukan akibat pembatasan kegiatan di masa pandemi.
“Perangkat ini digunakan untuk mendukung proses belajar dari rumah selama masa pembatasan,” katanya.
Alamsyah menjelaskan seluruh laptop telah disalurkan ke sekolah-sekolah membutuhkan dan telah dimanfaatkan sesuai kebutuhan.
Namun, untuk tahun ajaran 2025/2026, Alamsyah menyebut tidak ada lagi bantuan serupa dari Kemendikbudristek.
“Tahun ini sudah tidak ada,” katanya.
Disdikbud Wajo juga mencatat 987 guru mengajar di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2025.
Alamsyah menjelaskan jumlah tersebut terbagi dalam tiga status kepegawaian, yakni 497 berstatus PNS, 97 PPPK, dan 393 Non PNS.
“Data ini mencakup seluruh guru di 74 SMP negeri dan swasta se-Kabupaten Wajo,” katanya.
Alamsyah menjelaskan, Kecamatan Tempe mencatat jumlah guru ASN terbanyak, yakmi 129 orang.
Untuk guru non ASN terbanyak di Kecamatan Maniangpajo dengan 40 orang, sedangkan guru PPPK terbanyak ada di Kecamatan Takkalalla sebanyak 12 orang.
Jumlah rombongan belajar di Wajo mencapai 446 kelas, dengan rombel terbanyak di Kecamatan Tempe sebanyak 93 kelas, dan paling sedikit di Kecamatan Sabbangparu dengan 19 kelas.
Selain itu, terdapat 72 kepala sekolah berstatus ASN, dan dua kepala sekolah lainnya non ASN.
Meskipun demikian, Wajo masih kekurangan tenaga pengajar untuk jenjang SMP.
Tercatat kekurangan mencapai 605 guru untuk 14 mata pelajaran, dengan guru Bimbingan Konseling dan muatan lokal menjadi yang paling minim.
“Kami kekurangan 66 guru BK dan 62 guru mulok. Di SMP 2 Sengkang saja, kekurangan guru BK mencapai 4 orang,” katanya.
“Kami sedang mencari formula tepat agar distribusi guru bisa merata dan seimbang,” Alamsyah menambahkan.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.