Makassar Mulia
Munafri Apresiasi Hotel Mercure, Bantu Kurangi Sampah Lewat Eco-Enzyme dan Maggot
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Hotel Mercure Nexa Pettarani Makassar melakukan gerakan pengurangan produksi sampah melalui pengolahan limbah organik.
Hotel Mercure memulai gerakan ini sejak tahun 2023.
Hotel Mercure tidak lagi menjadi penyumbang sampah organik di TPA Antang sejak menggalakkan program eco-enzyme dan maggot.
Eco enzyme adalah cairan serbaguna yang dibuat melalui fermentasi limbah organik .
Cairan ini memiliki banyak manfaat, termasuk sebagai pembersih alami, pupuk, pengusir hama, dan bahkan dapat digunakan dalam perawatan kesehatan dan peternakan.
Hotel Mercure sendiri telah memanfaatkan eco enzyme tersebut sebagai cairan pembersih lantai, hingga pembersih cermin.
Eco enzim tersebut juga digunakan sebagai pupuk untuk taman.
General Manager Hotel Mercure Nexa Pettarani Makassar, Wiwied Nurseka menyampaikan, hotel di bawah naungan Accor ditarget untuk konsen terhadap food waste atau makanan sisa.
"Kita diberikan target harus turun tiap tahun, memang belum ada arahan untuk apa, kita turunkan dulu food waste, dari sisi operasi biar tidak berlebih, kemudian kita upload ke aplikasi namanya GAIA," ucap Wiwied dalam sosialisasi program Waste Management Environmental, Social and Government (ESG), Rabu (9/7/2025).
Agenda ini dihadiri oleh Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin, Tim Ahli Pemkot Makassar Andi Hudli Huduri, Fadly Padi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan sejumlah pejabat pemkot Makassar.
Perwakilan dari industri perhotelan juga hadir dan agenda yang berlangsung di Hotel Mercure Nexa Pettarani, Jl Ap Pettarani Kota Makassar ini.
Wiwied memaparkan, sampah yang dimiliki dari restoran dipilah dan ditimbang setiap hari, kemudian aktivitas tersebut didokumentasikan lalu dikirim ke platform GAIA setiap bulannya.
Upaya ini dilakukan untuk mengurangi limbah makanan 10 persen dari tahun 2023.
"Harapannya, 2030 kita sudah bisa reduce sampai 50 persen. Kita punya owning company yang peduli lingkungan. Kami disupport penuh ujtuk kelola limbah," jelasnya.
Adapun jenis limbah makanan yang dikelola tiap hari ialah limbah sampah basah seperti kulit buah dan sayur atau sisa makanan dari restoran.
Limbah tersebut kemudian dikumpulkan dan diolah menjadi eco enzim dan maggot.
Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin menyampaikan, Kota Makassar sekarang ini sedang darurat sampah.
Sehinga partisipasi dari seluruh pihak diharapkan untuk mengurangi produksi sampah.
Yang dibutuhkan pemerintah adalah aksi nyata, seperti yang dilakukan Mencure dan beberapa perhotelan lainnya.
"Pada dasarnya, Makassar setiap hari menghasilkan sekitar 1000 ton sampah, 60 persen sampah organik yang sebenarnya bisa dimanfaatkan," ujarnya.
Kedepan, Pemkot akan aktif melakukan kampanye agar masyarakat bisa mengubah kebiasannya, minimal melakukan pemilihan sampah organik, non organik dan sampah berbahaya.
Kata Munafri, Pemkot akan terus mendukung inisiasi serupa melalui penyediaan infrastruktur, regulasi pendukung, hingga insentif bagi para pelaku pengolahan sampah.
"Ketika sampah organik diolah menjadi pupuk, lalu pupuk digunakan untuk pertanian kota, hasil pertanian ini akan kembali menggerakkan ekonomi rumah tangga. Ini siklus ekonomi yang sehat," ujarnya.
"Ke depan kita ingin punya green house, green lab, hingga industri pertanian dan daur ulang yang tumbuh di dalam kota," sambungnya.(*)