Cerita Agam Rinjani Habiskan Rp 367 juta dalam 10 Hari di Bali 'Tidak Enak Jadi Orang Kaya'
Agam Rinjani sosok viral saat proses evakuasi jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang meninggal usai jatuh ke jurang di Gunung Rinjani.
TRIBUN-TIMUR.COM - "Tidak enak jadi orang orang kaya, Bang," kata Agam Rinjani saat tampil di podcast Denny Sumargo.
Videonya berjudul HEBOH !! BULE BRAZIL JATUH DI RINJANI, SANG HEROIK "AGAM" JADI SOROTAN. TERIMA DONASI 1,3 M!? tayang di kanal YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo, Selasa (2/7/2025).
Dalam video itu, Agam Rinjani mengungkap dirinya pernah menjadi orang kaya selama 10 hari.
Mulanya Denny Sumargo bertanya soal tujuan hidup Agam.
"Tapi kalau kau punya hidup sendiri, apa yang kau cari sebenarnya, harta kekayaankah?," tanya Denny Sumargo.
"Apa di', tidak enak jadi orang kaya, Bang," jawab Agam.
Agam pun menceritakan kisahnya menjadi orang kaya.
"Jadi pernah di Rinjani, ku niat jadi orang kaya. Selama 10 hari Alhamdulillah terpenuhi," kata Agam.
Agam mengaku mendapat banyak tamu selama beberapa pekan.
"Hampir tiap Minggu, ku tabung itu uang. Total uang lumayanlah. Saya orang gembel dapat uang Rp 367 juta," kata Agam bikin Denny Sumargo terperangah.
"Antar tamu selama beberapa kali, ku tabung. Jadi orang kaya saya 10 hari di Bali," lanjut Agam.
Di Bali, Agam menginap di Hotel Mulia tarif Rp24 juta per malam.
Agam menikmati hidup di Bali sebagaimana orang kaya pada umumnya.
"Kerjaku surfing apa semua, pinjam (sewa) mobil Ferrari," kata Agam.
Banyak mengira Agam dari Jepang lantaran datang dengan mobil Ferrari.
Tak hanya mobil Ferrari, Agam juga menyewa Lamborghini selama satu hari.
Dengan semangat Agam menceritakan, ketika dia membuka pintu Lamborghini, semua mata cewek langsung tertuju padanya.
Banyak cewek Bule mendekat.
Cewek-cewek itu mengira Agam seorang pengusaha.
Namun Agam secara jujur mengaku seorang porter.
Singkat cerita, setelah 10 hari, uang Agam tersisa Rp150 ribu.
Di tengah menipisnya uang Agam, ada tamu menghubunginya.
Ada tamu tiga hari lagi ingin ke Gunung Rinjani.
Agam pun meminta tamu membayar downpayment (DP) atau uang muka.
"Ku dapat itu lagi Rp400 jutaan. Untuk tiga hari, kan rombongan ini, rombongan banyak. Baru dulu belum banyak open trip, jadi kita (kami) yang tentukan harga," ujar Agam.
Tamu menelpon Agam dan berjanji mentransfer DP besok sorenya.
"Besoknya meletus Rinjani, ttang," lanjut Agam.
"Ditelpon, sory Rinjani tutup, tidak jadi. Ku bilang, hmm jadi gembel saya," seloroh Agam disambut tawa Denny Sumargo dan seisi studio.
Satu-satunya pegangan Agam kini hanya uang Rp150 ribu.
"Rp150 ribu itu ku hemat sekali. Numpang truk saya dari Bali sampai masuk Lombok, ku bayar Rp20 ribu," imbuhnya.
Agam pun kembali mengatakan tidak enak jadi orang kaya.
"Apanya tidak enak," tanya Denny Sumargo.
Agam pun mengatakan tidak enak jadi orang kaya karena pusing mau diapakan.
"Pusing kita ini, mau belanja apa lagi ini. Mending ini jadi sederhana," jawab Agam.
"Maksudnya kalau mau naik pesawat, ada. Kalau mau masuk hotel, ada. Yang sederhana saja," canda Agam.
Sosok Agam Rinjani
Nama lengkapnya Abdul Haris Agam.
Agam Rinjani putra asli Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Ia lahir 22 Desember 1988 dan menghabiskan masa kecilnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang, Makassar.
Lingkungan keras yang memaksa dirinya tumbuh cepat dan mandiri.
Dulu dikenal dengan julukan “Ucok”, ia mengganti namanya sebagai penghormatan setelah wafatnya ayahnya.
Agam lulusan S1 Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Hasanuddin (Unhas).
Kini, Agam menetap di Sembalun, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Ia tinggal di sebuah rumah kayu ukuran 4x3 meter.
Rumah itu dibangun di tanah milik seniornya, anak Mapala Aranyacala.
Agam berprofesi sebagai pemandu wisata gunung, khususnya di jalur Gunung Rinjani, Pulau Lombok, NTB.
Ia dikenal piawai mengelola logistik, menjejak jalur vertikal, serta memberdayakan wisatawan untuk mengeksplor alam secara aman dan bertanggung jawab.
“Saya Hanya Bisa Bantu Seperti Ini”
Agam Rinjani berperan penting dalam proses evakuasi jenazah pendaki asal Brasil, Juliana de Souza Pereira Marins atau Juliana Marins (27), yang meninggal usai jatuh ke jurang sedalam sekitar 600 meter di Gunung Rinjani
Dalam momen terbaru tragedi Juliana, Agam bukan hanya sekadar petugas teknis.
Ia juga menjadi wajah kemanusiaan dari operasi penyelamatan yang mengundang perhatian internasional, khususnya dari publik Brasil.
Meski berhasil membantu evakuasi jasad Juliana pada Rabu, 25 Juni 2025, Agam justru menyampaikan permintaan maaf terbuka kepada publik Brasil, terutama kepada keluarga korban.
Dalam siaran langsung (live) TikTok miliknya yang kemudian diunggah di platform X (sebelumnya Twitter), Agam menyatakan kesedihan karena tidak dapat menyelamatkan Juliana dalam keadaan hidup.
“Saya minta maaf tidak bisa membawa pulang dengan selamat karena kondisi medan yang berat dan terlalu jauh ke bawah,” ujarnya dalam siaran tersebut.
Ia juga mengakui bahwa kondisi jurang di Rinjani sangat sulit untuk selamat jika seseorang jatuh.
“Sudah banyak kasus di Rinjani, memang susah hidup ketika jatuh di lubang-lubang itu karena terlalu curam,” lanjutnya. (Tribun-Timur.com/ Sakinah Sudin/ Muh Hasim Arfah)
Viral Dua Kelompok Bocil di Makassar Tawuran Pakai Molotov, Polisi Tangkap 1 Pelaku |
![]() |
---|
Sosok Dosen UIN Cekcok Warga, Guling-guling dan Pura-pura Stroke |
![]() |
---|
Viral Prof S Tampar Santri di Palopo, Pesantren Nonaktifkan Pelaku |
![]() |
---|
Viral Bocah 12 Tahun di Makassar Curi Motor di Siang Bolong, Polisi: Pelaku-Korban Berdamai |
![]() |
---|
Polisi Terima Dua Laporan Dugaan Penganiayaan Pembina Pesantren di Palopo |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.