Tragedi Karunrung
Cerita Eksekutor Karunrung, Daeng Ulli: Uang tak Diterima, Pengorder Tak Ditangkap, Saya Dibodohi!
Rusli alias Daeng Ulli, eksekutor tragedi Karunrung tahun 1995 membongkar alasannya tega menghabisi satu keluarga Ahmadi.
Suasana mencekam di sebuah rumah Jalan Karunrung, Makassar saat ditemukan tujuh jasad dalam kondisi mengenaskan.
Tragedi ini menyisakan luka mendalam yang belum sembuh, bahkan setelah tiga dekade berlalu.
Pada 12 Maret 1995, terjadi pembantaian satu keluarga.
Korbannya Achmadi (34) kepala keluarga, istrinya Cecilia alias Syamsiah (30), keempat anak mereka Mashita (10), Andrianto (9), Indrawan (4), dan Lizanti (3), serta seorang asisten rumah tangga (ART) bernama Piddi (12).
Nurmi, kakak Piddi bercerita, saat ditemukan kondisi mayat mengenaskan.
Nurmi mengaku tidak melihat langsung mayat adiknya di Tempat Kejadian Perkara (TKP).
"Sudah dibawa ke rumah dalam kondisi luka parah khususnya di bagian wajah. Telinganya tidak ada. Bahkan bagian hidungnya rata. Hancur," kata Nurmi dalam Bahasa Makassar yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dalam Podcast Ngobrol Virtual bertajuk Buka Tabir Tragedi Karunrung 1995' di Studio Tribun Timur, Jl Cendrawasih, Makassar, Kamis (1/5/2025).
Sebenarnya, lanjut Nurmi, ART dikediaman Achmadi adalah saudaranya yang bernama Naneng.
Naneng sudah lama bekerja sebagai ART di kediaman Achmadi.
Naneng mendapat kabar jika ada yang mencari orang yang bisa membantu mencuci baju dan beberapa pekerjaan rumah tangga lainnya.
"Dari orang Karunrung juga (informasi kerjaan), yang pernah jadi tukang batu," ujar Nurmi.
Namun di hari kejadian, Naneng sakit sehingga kerjaannya digantikan Piddi.
Ketika Piddi tidak kunjung pulang, ibunya menyuruh Naneng mengecek ke rumah majikannya.
Pintu terkunci, Naneng mengintip lewat jendela kaca dan melihat ceceran darah.
Awalnya ia mengira itu hanya darah ayam potong, apalagi tak melihat siapa-siapa di dalam rumah.
Naneng pulang dan menyampaikan hal itu ke ibunya dan diputuskan mencari Piddi ke rumah saudara Achmadi.
Tak dapat kabar juga, Naneng melapor ke ketua RW setempat dan menceritakan apa yang ia lihat.
"Mungkin Pak RW yang hubungi polisi," ujarnya.
Saat itulah pembunuhan itu terungkap.
Tak hanya menyisakan duka, peristiwa ini juga menyisakan trauma mendalam bagi Nurmi sekeluarga.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.