Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PSM Makassar

Mustafa Nilai Larangan Suporter Away Tidak Adil dan Harus Dicabut

Sekjen The Macz Man, Mustafa, pertanyakan PSSI soal larangan suporter away belum juga dicabut meski sudah dua tahun lebih diterapkan.

Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Sukmawati Ibrahim
Sanovra JR/Tribun Timur
LARANGAN SUPORTER AWAY – Suporter PSM Makassar menyaksikan pertandingan melawan Malut United pada pekan ke-32 Liga 1 2024/2025 di Stadion BJ Habibie, Parepare, Sabtu (10/5/2025). Sekjen The Macz Man, Mustafa, pertanyakan larangan suporter away yang belum dicabut. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Sudah lebih dari dua tahun larangan suporter tandang atau away diterapkan oleh PSSI.

Namun hingga kini, belum ada kepastian apakah larangan kehadiran suporter tim tamu ke stadion akan dicabut pada Liga 1 musim depan.

Kebijakan ini mendapat reaksi dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) The Macz Man, Mustafa, salah satu kelompok suporter PSM Makassar.

Ia menilai, larangan suporter away merupakan kebijakan yang tidak masuk akal.

Menurutnya, kebijakan ini menunjukkan ketidakmampuan PSSI dan pihak kepolisian dalam menyusun skema pengamanan aman bagi suporter.

"Ini sudah berjalan dua tahun. Harusnya sudah dicabut. Apa alasannya lagi larangan ini masih ada, untuk apa," ujar Mustafa saat dihubungi Tribun-Timur.com, Sabtu (17/5/2025).

Larangan tersebut diberlakukan menyusul Tragedi Kanjuruhan menewaskan 135 orang di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/11/2022).

Saat itu, suporter Arema FC masuk ke lapangan usai laga melawan Persebaya Surabaya. 

Kepolisian yang berupaya mengendalikan situasi, menembakkan gas air mata ke arah suporter.

Aksi itu memicu kepanikan, hingga terjadi desak-desakan. Sebanyak 135 orang tewas dalam insiden tersebut.

Mustafa menegaskan, agar tragedi serupa tidak terulang, aparat tidak boleh lagi bertindak represif saat mengamankan pertandingan.

Selain itu, ia menilai kualitas kepemimpinan wasit juga harus dibenahi.

"Wasit harusnya dibenahi, bukan suporter jadi kambing hitam. Ketidakpuasan suporter karena keputusan wasit tak adil," ujarnya.

Ia menambahkan, jika tujuan larangan ini untuk memperbaiki perilaku suporter, maka seharusnya selama dua tahun sudah cukup.

"Jika tujuannya ini (larangan away) dari awal perbaiki sikap perilaku suporter, seharusnya dua tahun sudah oke. Kebijakan ini sasaran dan tidak adil," pungkas Mustafa. (*)

 

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved