Bambang Widjojanto Mengenang Sahabatnya Mappinawang dalam Filosofi Bugis
Kenangan itu jadi artikel pertama di antologi artikel Mengenang Jejak MAPPINAWANG; Santri Pejuang HAM dan Demokrasi (Akar Indonesia 2025).
Apakah itu karena Mappinawang adalah pemerhati yang melihat sesuatu dengan kedalaman tertentu sehingga menyentuh hal paling subtil dan autentik sehingga sontak dalam suatu percakapan, terucap pernyataan darinya atas suatu pandangan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya yang menyadarkan kita semua.
Berpijak dari fakta di atas, diyakini ada banyak kalangan tahu dan bahkan mengerti, siapa itu Mappinawang dalam seluruh kiprahnya dalam Gerakan Masyarakat Sipil di Makassar dan juga Sulawesi Selatan.
Setidaknya, mereka yang pernah bersentuhan dengan gerakan LBH Makassar dan kekuatan Masyarakat Sipil lainnya pada tahun 80-an, periode Reformasi hingga periode awal
tahun 2025-an.
Pada keseluruhan konteks tahun di atas, dia hadir tanpa jeda. Mappi, bukanlah tokoh yang harus dinilai dari kemampuan orasi yang membuat khalayak takjub, terkesima dan tersihir dengan rangkaian kata memesona, karena memang dia bukan orator.
Namun, tak ada satu pun yang dapat memungkiri, perjalanan karirnya sebagai aktivis kemanusiaan, demokrasi dan anti korupsi dilakukannya dengan istiqomah, integritasnya tak pernah digadaikannya, sejengkal pun, sedetik pun, agar kehidupannya menjadi lebih “mapan”, kendati di tengah kemarau panjang yang terus “menikam” kehidupan.
Mappi juga bukan seorang “Korlap” yang senantiasa berdiri di barisan terdepan, karena punya pretensi untuk mengomando para koleganya, dan memperlihatkannya pada labirin kekuasaan, sembari “mengancam” dan “manantang” siapa pun yang berani datang mengadangnya, karena pasti akan diterjangnya.
Mappi, juga bukan tipikal orang yang mudah memberikan judgement yang terburu-buru pada situasi yang tidak pernah dipahaminya secara utuh, apalagi menyebarluaskan untuk menyudutkan pihak yang vis a vis sedang berhadapan dengannya.
Yang kami lihat dan rasakan, kesederhanaannya adalah pijakan kekuatannya.
Karena dia tidak menukar kepribadiannya dengan meninggikan gaya hidupnya, agar terlihat lebih keren dan eksklusif, agar mendapatkan sanjungan dan kehormatan.
Ketegasannya yang dibalut pernyataan yang lembut, justru menjadi ciri khas ketangguhannya yang membuat kawan dan lawan mengikuti, sebagian besar dari yang diusulkan dan disarankannya.
Yang paling penting, respek menjadi alat tukar dalam suatu pertukaran atau perkelahian gagasan.
Yang sangat penting untuk dicatat, Mappi tidak pernah lari dari dan bersembunyi dari amanah yang dibebankan di atas pundaknya, serta tak jarang, mengambilalih tanggung jawab dalam satu situasi kritikal, ketika banyak kalangan ragu untuk menunaikannya, padahal ada “taruhan” kepentingan hajat hidup dan kemaslahatan publik dari persoalan itu.
Belajar Bersama di Den Haag: Merekat Silaturahim tanpa Jeda dan Batas
Pada suatu ketika, Tahun 1990-an awal, ada tawaran untuk mengikuti suatu program di luar negeri. Program itu bernama International Human Rights Programs yang diselenggarakan oleh The Hague Academy of International Law, di Kota Den Haag, Nederland.
Yayasan LBH Indonesia meminta kami mengirimkan curriculum vitae, karena hanya suitable kandidat saja yang bisa mendapatkan program dimaksud.
Ratusan Calon Konsumen Jajaki Keunggulan Mitsubishi Destinator di Makassar |
![]() |
---|
Fleksibilitas Taktik Bernardo Tavares di Musim Keempat Bersama PSM Makassar |
![]() |
---|
Belanja Produk Artugo di Alaska Makassar Bisa Dapat Kompor hingga Air Cooler |
![]() |
---|
Hak Angket DPRD Sulsel Menanti Paripurna |
![]() |
---|
Butik Mondial Hadir di Makassar, Sasar Pasar Perhiasan Premium Timur Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.