Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Profil Pdt Damaris Maartje Anggui Pendeta Perempuan Pertama Gereja Toraja, Meninggal Usia 83 Tahun

Pdt Damaris Maartje merupakan istri dari Pdt AJ Anggui MTh, mantan ketua BPS Gereja Toraja dua periode.

Editor: Sudirman
Ist
PENDETA TORAJA - Pdt Damaris Maartje Anggui Pakan meninggal dunia di RS Elim Rantepao, Rabu (30/4/2025). Pdt Damaris Maartje Anggui Pakan merupakan pendeta pertama di Gereja Toraja. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Gereja Toraja berduka. Pdt Damaris Maartje Anggui Pakan meninggal dunia, Rabu (30/4/2025).

Pdt Damaris Maartje merupakan istri dari Pdt AJ Anggui MTh, mantan ketua BPS Gereja Toraja dua periode.

Ia meninggal usia 83 tahun.

Pdt Damaris Maartje sempat menjalani perawatan di RS Elim Rantepao sebelum meninggal dunia.

Kabar meninggalnya Pdt Damaris Maartje Anggui Pakan dibenarkan cucunya, Arsyi.

Setahun terakhir ini, sang oma mengeluhkan sakit di daerah ususnya.

Ia pun mendapat perawatan intesif di RS Elim Rantepao.

"Ada problem di wilayah usus. Sudah setahun mengalami sakit dan dirawat di RS Elim," ucap Arsyi.

Profil Pdt Damaris Maartje Anggui 

Damaris Maartje Anggui Pakan lahir di Rantepao, Toraja Utara, pada 5 September 1941.

Ia merupakan anak keempat dari pasangan Lodang Pakan dan Rantedatu. 

Damaris menempuh pendidikan menengah di Makassar, ibukota Sulsel, dengan menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Makassar pada tahun 1959.

Setelah itu ia melanjutkan studi teologi di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta.

 Saat itu, Gereja Toraja belum membuka pintu bagi perempuan untuk menjadi pendeta.

Pada tahun 1965, ia menjadi dosen di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Rantepao dan kemudian juga mengajar di STT Intim Makassar pada tahun 1979.

Istri dari Pdt AJ Anggui ini pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Persekutuan Wanita Gereja Toraja (PP PWGT) pada tahun 1985.

Ia mencoba untuk menyampaikan aspirasinya bahwa kaum perempuan juga berhak menjadi Pendeta pada saat berlangsungnya Sidang Sinode Gereja Toraja pertama tahun 1947.

Dan, pada Sidang Sinode Am tahun 1984 di Palopo, Gereja Toraja secara resmi menerima kehadiran perempuan sebagai pendeta.

Setahun setelah keputusan bersejarah tersebut, pada 31 Maret 1986, ia diurapi menjadi pendeta ke-197. 

Dari situlah, ia sebagai pelopor perempuan pertama sebagai Pendeta di Gereja Toraja.

 

 

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved