Makassar Mulia

Aliyah Mustika Ilham: Perempuan Bukan Sekadar Tiang Negara, Tapi Penggerak Perubahan

Humas Pemkot Makassar
HARI KARTINI – Wakil Wali Kota Makassar Aliyah Mustika Ilham melihat foto Ilham Arief Sirajuddin yang terpasang di Museum Kota Makassar, Jl Balaikota, Maret 2025. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Wakil Wali Kota Makassar, Aliyah Mustika Ilham, memaknai Hari Kartini sebagai pengingat pentingnya peran perempuan dalam membangun bangsa.

Menurut Aliyah, perempuan memiliki hak untuk berdaya dan berkontribusi di berbagai bidang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun pemerintahan.

Karena itu, momentum peringatan Hari Kartini menjadi semangat untuk terus menggaungkan nilai-nilai emansipasi yang diperjuangkan R.A. Kartini.

Sebagai perempuan sekaligus ibu, Aliyah percaya perempuan memegang peran strategis dalam membentuk masa depan bangsa.

“Perempuan bukan hanya tiang negara, tetapi juga penggerak perubahan dalam keluarga, masyarakat, dan pemerintahan,” ucap Aliyah Mustika Ilham, Senin (21/4/2025).

Aliyah menilai, peringatan Hari Kartini tahun ini menjadi momen refleksi bersama untuk terus memperjuangkan nilai-nilai luhur warisan Kartini.

Lebih dari sekadar simbol, perjuangan Kartini disebut masih relevan dengan tantangan yang dihadapi perempuan masa kini yang semakin kompleks.

“Mari kita jadikan semangat Kartini sebagai inspirasi untuk terus mengembangkan potensi, menjaga nilai-nilai luhur, dan berkontribusi nyata bagi kemajuan bangsa,” lanjutnya.

Mengakhiri pesannya, Aliyah menyampaikan suara hatinya bagi seluruh perempuan Indonesia.

“Saya, Aliyah Mustika Ilham. Suara saya, suara rakyat Indonesia,” tegasnya.

Dengan semangat Kartini yang terus berkobar, Makassar disebut siap melangkah lebih jauh untuk menghadirkan ruang yang lebih inklusif dan setara bagi seluruh perempuan.

Diketahui, Hari Kartini diperingati setiap 21 April sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan R.A. Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya di bidang pendidikan.

Kartini, perempuan bangsawan asal Jepara, membuka ruang dan kesempatan bagi perempuan untuk berkarya dan berkontribusi di ruang publik. 

Perjuangannya berdampak besar, termasuk membuka akses pendidikan bagi perempuan tanpa memandang latar belakang sosial. (*)