Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Kampus dan Kekerasan Seksual

Kampus adalah cahaya bagi masyarakat. Kampus bukan sekadar tempat mencari dan menumpuk gelar.

Editor: Muh Hasim Arfah
Dok Yunasri Ridhoh
M. Yunasri Ridhoh (Peneliti VVRC/Dosen Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Negeri Makassar) 

Jika perguruan tinggi masih ingin disebut sebagai menara air yang memberi kehidupan, atau menara api yang menerangi peradaban, maka ia harus membersihkan dirinya dari lumut kekerasan seksual. Ada tiga jalan yang mesti segera dilakukan.

Pertama, membangun sistem perlindungan yang berpihak pada korban. Kampus harus memiliki mekanisme pengaduan yang aman, transparan, dan berorientasi pada keadilan bagi korban. Bukan hanya menyediakan ruang konsultasi, tetapi juga memastikan bahwa laporan ditindaklanjuti dengan tegas dan akuntabel.

Kedua, menanamkan kesadaran kritis dalam pendidikan tinggi. Kurikulum tidak boleh hanya berkutat pada akademik, tetapi juga membangun pemahaman tentang relasi kuasa, hak asasi manusia, dan pentingnya etika dalam interaksi sosial. Pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tetapi juga transformasi nilai yang membangun peradaban beradab.

Ketiga, menghapus budaya permisif dengan tegas. Tidak boleh ada ruang bagi normalisasi kekerasan dalam bentuk apa pun. Setiap bentuk pelecehan, sekecil apa pun, harus disikapi dengan serius. Kampus harus menjadi tempat yang tidak hanya mencetak sarjana, tetapi juga individu yang menjunjung tinggi martabat kemanusiaan.

Perguruan tinggi harus lebih dari sekadar lembaga akademik; ia harus menjadi penjaga peradaban. Jika ilmu adalah cahaya, maka kampus harus menjadi ruang yang menerangi, bukan membiarkan kegelapan kekerasan merajalela. Relasi kemanusiaan dan sikap ilmiah harus ditegakkan, bukan sekadar sebagai jargon, tetapi sebagai nilai yang tertanam dalam setiap interaksi akademik.

Karena sejatinya, peradaban yang bermartabat bukan hanya dinilai dari gelar yang panjang, tetapi dari seberapa baik ia melindungi yang lemah dan memastikan bahwa keadilan bukan sekadar utopia di atas kertas.

 

 

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved