Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

3 Putra Mahkota Ikut Jejak Ayah Bupati dan Wakil Bupati Sulsel

Fathul Fauzy Nurdin Abdullah, Dhevy Bijak Pawindu, Andi Tenri Liwang La Tinro tiga anak mantan bupati ikuti jejak ayah jadi bupati dan wakil bupati

Editor: Ari Maryadi
Humas Pemkab
PUTRA MAHKOTA - Kolase Muh Fathul Fauzy Nurdin Abdullah, Dhevy Bijak Pawindu, dan Andi Tenri Liwang La Tinro. Ketiga anak mantan bupati itu mengikuti jejak ayahnya jadi kepala daerah dan wakil kepala daerah. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Tiga putra mahkota mengikuti jejak ayahnya jadi kepala daerah dan wakil kepala daerah Sulsel.

Ketiganya yakni Muh Fathul Fauzy Nurdin Abdullah, Dhevy Bijak Pawindu, dan Andi Tenri Liwang La Tinro.

Fathul Fauzy putra Nurdin Abdullah mantan Bupati Bantaeng periode 2008-2018 dan Gubernur Sulsel periode 2018-2021.

Presiden Prabowo Subianto resmi melantik Fathul Fauzy jadi Bupati Bantaeng pada Kamis 20 Februari 2024.

Ia mengikuti jejak ayahnya.

Dhevy Bijak Pawindu putra dari Syukur Bijak mantan Wakil Bupati Luwu periode 2009–2014 dan 15 Februari 2019–2023.

Pada Pilkada serentak 2024 lalu, Dhevy Bijak Pawindu tampil sebagai pemenang mendampingi Patahuddin.

Dhevy Bijak Pawindu berhasil mengikuti jejak ayahnya jadi Wakil Bupati Luwu.

Sementara itu Andi Tenri Liwang La Tinro putra dari La Tinro La Tunrung mantan Bupati Enrekang periode 2003-2013.

Pada Pilkada Enrekang 2024, Andi Tenri Liwang La Tinro maju sebagai calon Wakil Bupati.

Ia mendampingi politisi Nasdem Muh Yusuf R.

Pasangan Muh Yusuf R-Andi Tenri Liwang keluar sebagai pemenang.

Fathul Fauzy: 80 Persen Ilmu Politik Saya Pelajari dari Ayah Saya

M Fathul Fauzy Nurdin telah dilantik sebagai Bupati Bantaeng oleh Presiden Prabowo, Kamis (20/2/2025). 

Uji, sapaannya, menjadi bupati termuda di Sulawesi Selatan.

Uji merupakan anak eks Bupati Bantaeng dua periode yang juga mantan gubernur Sulsel, Prof Nurdin Abdullah.

Dalam Podcast Gebrakan Sang Pemimpin Tribun Timur yang tayang Senin (24/2/2025), Uji berbagi perjalanannya hingga bisa terpilih menjadi kepala daerah.

Dipandu Host Fiorena Jieretno, berikut petikan wawancaranya:

Perasaan Anda dipercaya jadi pemimpin?

Alhamdulillah, tentunya saya sangat senang diberikan kepercayaan oleh mayoritas masyarakat Bantaeng. Kabupaten ini memiliki populasi lebih dari 200 ribu penduduk. Namun, di sisi lain, ada juga rasa khawatir karena dengan kepercayaan itu, ada ekspektasi dan harapan dari masyarakat yang harus kami penuhi.

Ada rasa khawatir setelah menyapa masyarakat?

Awalnya perasaan yang muncul adalah rasa syukur dan kebanggaan, apalagi mengingat saya masih tergolong muda dan bisa memenangkan Pilkada di Kabupaten Bantaeng. Namun, seiring waktu, mulai muncul rasa khawatir karena tanggung jawabnya ternyata sangat besar. Tapi InsyaAllah, saya optimisis bisa menjalankan amanah ini dan merealisasikan janji-janji politik kami ke depan.

Motivasi terjun ke dunia politik?

Saya berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Saya tiga bersaudara, kakak pertama saya seorang akademisi yang telah menyelesaikan S2 dan S3 di Jepang, sekarang menjadi dosen di Unhas. 
Kakak kedua saya tidak tertarik sama sekali dengan politik dan memilih menjadi wiraswasta. Berbeda dengan mereka, sejak kecil saya sudah tertarik dengan politik dan sering berdiskusi dengan ayah saya tentang hal tersebut.

Lima tahun lalu, saya mencoba masuk ke legislatif karena ingin belajar lebih dalam tentang politik. Meskipun belum berhasil saat itu, saya mendapat banyak pelajaran berharga yang semakin memperkuat niat saya untuk mengabdikan diri di dunia politik.

Ada kaitan latar belakang pendidikan?

Saya mengambil S1 di bidang Public Relations dan melanjutkan S2 di bidang Komunikasi Politik. Jurusan komunikasi ini sangat fleksibel, bisa diterapkan di berbagai sektor, termasuk swasta, pemerintahan, dan politik. Karena saya memiliki ketertarikan besar di dunia politik, sejak awal saya sudah memutuskan untuk mengabdikan diri di bidang ini.

Keputusan didukung keluarga?

Alhamdulillah, sejauh ini keluarga sangat mendukung keputusan saya. Dalam hal membagi waktu, tidak ada masalah berarti karena tinggal bagaimana kita mengatur prioritas. Saat masa kampanye, misalnya, pagi hingga sore saya fokus sosialisasi, lalu malam hari saya luangkan waktu untuk keluarga.

Kuncinya skala prioritas?

Semua tergantung bagaimana kita menentukan skala prioritas, mana yang paling penting dan mendesak tanpa harus mengesampingkan yang lain.

Didikan Ayah dalam dunia politik?

Sebagian besar ilmu politik yang saya miliki, sekitar 70-80 persen, saya pelajari dari ayah saya. Sejak SMP dan SMA, saya sering ikut beliau melihat langsung bagaimana tugas seorang kepala daerah. Dari situ, saya mulai tertarik karena menyadari bahwa kepala daerah itu bertugas membantu masyarakat yang membutuhkan, membuat kebijakan, dan menangani sektor-sektor prioritas.

Peran dalam keberhasilan Anda?

Tidak bisa dipungkiri, ada faktor ayah saya juga di dalamnya. Sebelum maju, kami melakukan survei independen, dan hasilnya elektabilitas saya sudah mencapai 47 persen. Ini menunjukkan bahwa ada pengaruh dari figur ayah saya. 

Namun, saya juga harus mengakui bahwa keberhasilan ini bukan semata karena saya sendiri, tapi karena berbagai faktor, yaitu rahmat dari Allah SWT, dukungan tim dan masyarakat, serta tentunya support dari keluarga, termasuk ayah saya.

Saat ini adalah era keterbukaan, masyarakat bisa menilai sendiri. Saya tidak bisa menolak fakta bahwa dukungan ayah saya sangat berkontribusi.

Pernah dapat teguran dari Ayah?

Banyak sekali. Dalam proses belajar, jika kita tidak pernah ditegur, berarti kita tidak belajar. Teguran justru yang membuat kita tetap berada di jalur yang benar. Saya percaya bahwa kritik dan teguran adalah bagian penting dalam perjalanan, terutama di dunia politik.

Momen paling berkesan?

Setiap kecamatan, desa, dan kelurahan memiliki kenangannya sendiri, tapi yang paling berkesan bagi saya adalah perjuangan para relawan, terutama ibu-ibu. Sejak awal, mereka yakin kami akan menang tanpa mengharapkan imbalan apapun. Mereka dengan sukarela menyiapkan makanan, kursi, bahkan panggung setiap kali kami datang. 

Itu semua murni keikhlasan dan bagi saya itu yang paling mengharukan.
Mereka berjuang bukan karena kepentingan pribadi, melainkan karena kepercayaan dan harapan mereka. Melihat mereka berkontribusi dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, itu menjadi motivasi besar bagi saya untuk tidak mengecewakan mereka.

Makna tagline Bantaeng Bangkit Kembali?

Tentu saja tagline ini punya makna yang mendalam. Bantaeng Bangkit bukan berarti Bantaeng sebelumnya tertidur, tetapi ada beberapa sektor yang perlu kita dorong agar bangkit kembali. Sektor-sektor tersebut antara lain pertanian, infrastruktur, dan beberapa sektor lainnya yang menjadi prioritas.

Langkah strategis bangkitkan sektor pertanian?

Bantaeng memiliki tiga klaster utama, yaitu dataran tinggi, dataran rendah, dan pesisir. Di sektor pertanian, mayoritas masyarakat bergantung pada tiga komoditas Utama, gabah, jagung, dan hortikultura (sayur-sayuran). 

Sayangnya, petani di sektor ini mengalami banyak kesulitan, terutama terkait pupuk. Namun, Alhamdulillah, kami sudah berkoordinasi dengan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman dan Bantaeng mendapat tambahan kuota pupuk sesuai permintaan kami. Ini adalah langkah awal untuk memastikan ketersediaan pupuk bagi petani.

Selain pertanian?

Ada tiga persoalan utama yang menjadi prioritas kami dalam waktu dekat. Selain pertanian juga infrastruktur. Data menunjukkan bahwa sekitar 49 persen jalan di Bantaeng dalam kondisi rusak ringan hingga rusak berat.
Kemudian tenaga kerja, meskipun sudah ada Kawasan Industri di Bantaeng, masih banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan pekerjaan. Kami ingin memastikan tenaga kerja lokal bisa terserap dengan baik.

Bagaimana dengan pendidikan?

Pendidikan memang mayoritas berada di bawah wewenang Kemendikbud, tetapi sebagai kepala daerah, kami juga harus memperhatikan fasilitas pendidikan. Di Bantaeng, masih ada beberapa daerah yang kekurangan sekolah, baik SD maupun SMA. Salah satu contoh yang cukup memprihatinkan adalah di daerah Eremerasa, di mana lebih dari 40 siswa harus belajar di rumah warga yang dijadikan sekolah darurat karena belum ada gedung sekolah yang layak. Ini akan menjadi prioritas kami dalam waktu dekat.

Masuk dalam 100 hari kerja?

Betul. Tapi dalam 100 hari pertama, kami akan fokus pada tiga sektor utama terlebih dahulu. Infrastruktur, untuk memperbaiki jalan-jalan yang rusak. Pertanian, untuk memastikan kelangkaan pupuk tidak lagi terjadi. Kebersihan, karena banyak masyarakat mengeluhkan kondisi lingkungan yang kurang terjaga.

Kenapa memutuskan masuk Golkar?

Saya pertama kali masuk ke dunia politik lewat PSI pada tahun 2018 atau 2019. Saya banyak belajar di sana, bahkan pernah mencalonkan diri sebagai legislatif. PSI saat itu dikenal sebagai partai anak muda, dan saya merasa cocok dengan slogannya. 

Kemudian, pada tahun 2020, saya bergabung dengan PDIP dan mendapat banyak pengalaman juga di sana. Akhirnya, karena beberapa pertimbangan, saya memutuskan untuk masuk ke Partai Golkar dan maju di Pilkada Kabupaten Bantaeng.

Saya harus mengakui bahwa dari setiap partai yang pernah saya tempati, saya mendapatkan banyak pelajaran berharga. Tidak ada partai yang lebih baik atau lebih buruk, semuanya memiliki karakter masing-masing.

Pelajaran didapat dari parpol?

Yang paling utama adalah relasi. Pemangku kebijakan dan orang-orang yang punya pengaruh besar ada di dalam partai politik. Jadi, jika ingin berkarier di politik, masuk ke partai adalah langkah yang penting.

Tapi sebelum masuk partai, sebaiknya anak muda bergabung dulu ke organisasi kepemudaan (OKP) seperti KNPI atau lainnya. Ini penting karena di dalam partai, tensi politik sudah lebih tinggi. Setelah memahami dinamika organisasi, barulah bisa menentukan apakah ingin berkarier di legislatif atau eksekutif.

Akan melibatkan anak muda?

Tentu saja peran anak muda sangat penting, tetapi saya ingin menegaskan bahwa tidak semua orang harus masuk politik. Saya tidak setuju dengan anggapan bahwa semua orang harus terjun ke dunia politik praktis. 

Karena kalau semua berpolitik, siapa yang akan jadi dokter, pengusaha, atau pekerja profesional lainnya.
Namun, bagi anak muda yang memiliki keterampilan dan keahlian di bidang tertentu, tentu kami akan libatkan dalam pemerintahan.

Program pelatihan anak muda?

Di Kabupaten Bantaeng, kita sudah memiliki dua lembaga pelatihan kerja, yaitu Balai Latihan Kerja (BLK) dari Kementerian Tenaga Kerja dan Akademi Komunitas dari Kementerian Perindustrian. Dua lembaga ini siap mencetak tenaga kerja yang siap pakai.

Ada berbagai bidang pelatihan, seperti elektro, teknik mesin, dan lainnya. Kami akan mendukung penuh agar SDM di Bantaeng semakin berkualitas dan memiliki akses pekerjaan yang lebih luas.

Peran ilmu komunikasi politik?

Memang cukup berperan, terutama dalam memahami pentingnya interaksi dengan masyarakat. Politik itu sangat erat kaitannya dengan komunikasi.

Namun, saya harus mengakui bahwa pemahaman politik yang paling banyak saya dapatkan justru dari pengalaman langsung di lapangan. Kuliah memberikan dasar yang kuat, tetapi praktik di lapanganlah yang membentuk pemahaman sebenarnya tentang politik.

Pesan untuk masyarakat Bantaeng?

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Kabupaten Bantaeng yang telah mempercayakan amanah ini kepada saya dan Bapak Sahabuddin. InsyaAllah, kami akan bekerja sebaik mungkin untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, terutama yang menjadi prioritas di Bantaeng.

Oleh karena itu, saya ingin mengingatkan bahwa jalani saja, pasti ada jalan untuk kita semua. Jadi, mari kita gaspol.

(Tribun-Timur.com/hasriyani latif)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved