Opini Zaenuddin Endy
Menyelami dan Memaknai Pesan Puang Makka: Jangan Jadikan NU Batu Loncatan Popularitas
Puang Makka berpesan: NU adalah warisan yang harus dijaga, bukan alat yang bisa digunakan sesuka hati.
Tidak jarang, tokoh-tokoh NU yang karismatik menjadi pusat perhatian publik, baik di panggung politik maupun sosial.
Namun, popularitas ini sering kali disalahartikan sebagai alat untuk meraih kekuasaan.
Popularitas dan jabatan memang tampak menggiurkan.
Bagi sebagian orang, menjadi tokoh NU berarti memiliki akses luas ke jejaring sosial, ekonomi, dan politik.
Namun, di balik kilau ini, ada tanggung jawab besar yang sering kali diabaikan: tanggung jawab untuk menjaga integritas organisasi dan melayani umat tanpa pamrih.
Di tengah dinamika sosial dan politik yang semakin kompleks, menjaga integritas NU bukanlah tugas yang mudah.
NU sering kali dihadapkan pada berbagai kepentingan, baik dari dalam maupun luar.
Di satu sisi, ada tekanan dari pihak-pihak yang ingin memanfaatkan NU untuk agenda tertentu.
Di sisi lain, ada tantangan internal berupa ambisi pribadi yang sering kali bertabrakan dengan nilai-nilai organisasi.
Puang Makka, melalui pesannya, mengajak para jamaah NU untuk kembali pada prinsip-prinsip dasar organisasi.
NU didirikan untuk melayani umat, bukan untuk menjadi alat bagi mereka yang ingin meraih kekuasaan.
Dalam konteks ini, penting bagi para pemimpin dan anggota NU untuk selalu mengingat tujuan mulia organisasi dan menjauhkan diri dari godaan popularitas dan jabatan.
Untuk memastikan bahwa NU tetap setia pada khittah-nya, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan.
Pertama, NU perlu memperkuat kaderisasi yang berbasis pada nilai-nilai organisasi.
Kader NU harus dididik untuk memahami bahwa NU adalah wadah pengabdian, bukan kendaraan politik. Kedua, transparansi dalam pengelolaan organisasi harus ditingkatkan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.