10 Tahun Pemerintahan Jokowi
Ekspor Tumbuh, 2 Ribu Hektare Lahan di 5 Kabupaten Disulap Jadi Tambak Udang Vaname
Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi salah satu provinsi terdepan dalam penerapan hilirisasi sektor perikanan di Indonesia. Langkah ini berhasil
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Edi Sumardi
Baca berita sebelumnya: • Nelayan Sejahtera, Ekonomi Sulsel Tumbuh
TRIBUN-TIMUR.COM - Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi salah satu provinsi terdepan dalam penerapan hilirisasi sektor perikanan di Indonesia.
Langkah ini berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui peningkatan nilai tambah produk perikanan.
Dengan dukungan pemerintah, pelaku usaha, dan nelayan lokal, hilirisasi perikanan di Sulsel telah memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan masyarakat pesisir dan memperkuat posisi Sulsel sebagai salah satu pusat industri perikanan nasional.
Ekspor perikanan Sulawesi Selatan (Sulsel) terus menunjukkan peningkatan.
Pada triwulan pertama tahun 2024, volume ekspor komoditas perikanan Sulsel mencapai 47.678 ton dengan nilai Rp 1,7 triliun.
Negara-negara tujuan ekspor perikanan Sulsel di antaranya China, Vietnam, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Beberapa komoditas perikanan unggulan Sulsel adalah rumput laut dengan negara tujuan utama ekspor adalah Tiongkok, udang vaname, tuna, ikan kerapu, gurita.
Pad November 2023, data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP RI), volume ekspor mencapai 19.505 ton dengan nilai sekitar Rp594,6 miliar.
Komoditas utama yang diekspor adalah rumput laut kering, yang menyumbang 86,8 persen dari total volume ekspor.
Selain itu, produk turunan rumput laut seperti karaginan, udang vannamei, gurita, dan tuna juga menjadi andalan.
Negara tujuan ekspor perikanan Sulsel meliputi Tiongkok, Vietnam, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, dengan total 31 negara yang menjadi pasar ekspor.
Peningkatan ekspor ini diharapkan dapat terus berlanjut dan memberikan dampak positif bagi perekonomian serta kesejahteraan nelayan dan petani ikan di Sulsel.
Hilirisasi sektor perikanan di Sulsel menitikberatkan pada pengolahan hasil tangkapan ikan sebelum didistribusikan ke pasar lokal maupun ekspor.
Hal ini terbukti efektif dalam meningkatkan nilai tambah produk perikanan yang sebelumnya hanya dijual dalam bentuk mentah.
Berbagai produk olahan seperti ikan beku, filet, ikan kaleng, hingga abon ikan kini menjadi produk unggulan yang diminati pasar internasional.
Kesuksesan hilirisasi sektor perikanan di Sulsel juga tidak terlepas dari pengembangan sentra-sentra pengolahan perikanan yang tersebar di beberapa wilayah pesisir.
Salah satu proyek yang berhasil mendorong hilirisasi adalah pengoperasian Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) yang berada di Kabupaten Takalar, Bulukumba, dan Maros.
Sentra ini dilengkapi dengan fasilitas modern seperti cold storage, pabrik pengolahan, hingga laboratorium pengujian mutu produk.
Keberhasilan hilirisasi sektor perikanan juga berdampak pada penciptaan lapangan kerja di Sulsel, terutama di daerah pesisir.
Dengan adanya sentra-sentra pengolahan dan pabrik, ribuan lapangan kerja baru tercipta, baik di sektor produksi, pengolahan, maupun distribusi.
Nelayan yang sebelumnya hanya menangkap ikan kini juga dapat terlibat dalam proses pengolahan dan pemasaran produk olahan, yang meningkatkan pendapatan mereka secara signifikan.
Keberhasilan hilirisasi sektor perikanan di Sulsel juga didukung oleh pembangunan infrastruktur yang memadai.
Pemerintah daerah dan pusat secara aktif membangun serta memperbaiki infrastruktur transportasi dan logistik untuk memastikan distribusi hasil perikanan berjalan lancar.
Makassar New Port, sebagai salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia bagian timur, menjadi gerbang utama ekspor produk perikanan dari Sulsel ke pasar internasional.
Selain itu, pembangunan jaringan jalan yang menghubungkan sentra-sentra perikanan di pesisir Sulsel dengan pelabuhan dan pasar besar turut mempercepat proses distribusi.
Fasilitas cold storage di beberapa titik pelabuhan juga berperan penting dalam menjaga kualitas produk selama proses pengiriman.
Tambak udang vaname
Demi mendukung hilirisasi, lahan seluas 2.050 hektare di Sulawesi Selatan (Sulsel) bakal dijadikan tambak udang.
KKP menjadi insiator hadirnya tambak udang.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulsel M Ilyas mengatakan Sulsel terpilih jadi pilot program pemerintah pusat.
Pemprov Sulsel ditunjuk sebagai supervisi dan melibatkan sumbangsih kabupaten/kota.
"Kita kan kerja sama. Jadi mereka (KKP) yang mengelola kerja sama kabupaten/kota dengan tambak masyarakat. Bentuknya bantuan. Ini kan hulu ke hilir, mereka menyiapkan itu," ujar Kepala DKP Sulsel M Ilyas, Januari 2024.
Tambak tersebut digunakan untuk budidaya udang vaname.
Komoditas ini menjadi salah satu unggulan Sulsel, bahkan bernilai jual ekspor.
Selain pembangunan tambak, bantuan pemberian pakan dan akses pasar juga diberikan kepada masyarakat.
"Ada 2.050 hektare di lima kabupaten yaitu Sinjai, Bone, Bulukumba, Wajo, dan Pinrang," katanya.
"Satu lokasi itu 480 hektare per daerah, terakhir Pinrang itu dapat pelimpahan saja," lanjutnya.
Petani lokal bakal dipekerjakan sebagai pembudidaya di tambak tersebut.
Di sisi lain, bisa menambah penghasilan masyarakat.
"Harapan kita kan ini 2.050 hektare dari sekitar 110 ribu total kita punya tambak. Kalau bisa (ikut) bagus ya, kalau kegiatan lain banyak bagus jadi piloting. Ada juga udang windu," katanya.
Selain bibit, KKP nantinya akan membangun cold storage agar setelah panen ada wadah penyimpanan.
Sebab proses distribusi membutuhkan waktu maupun pengolahan.
Saat ini, progres program masih tahap penyediaan lahan oleh Pemkab bersangkutan.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.