Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Yayasan Kehati Tanam 3.000 Mangrove di Lantebung

Kegiatan restorasi ini sangat penting mengingat Kawasan Mangrove Lantebung merupakan satu-satunya areal hutan mangrove tersisa di Kota Makassar.

|
Editor: Ina Maharani
handover
President Director PT. Sankyu Indonesia International Ikuo Morino,Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI Riki Frindos dan Dedi Mufdi Direktur PT Sankyu Indonesia International saat melakukan penanaman 3000 mangrove di Kawasatn Hutan Mangrove Labntebung Makassar, 12 september 2024. 

Makassar, Tribun - Yayasan Kehati bersama PT Sankyu Indonesia International menanam 3.000 bibit mangrove di Kawasan Pesisir Mangrove Lantebung Kota Makassar.

Kegiatan yang digelar kamis (12/9) ini merupakan upaya dalam mendukung program penurunan emisi gas rumah kaca sekaligus menambah ruang terbuka hijau (RTH) Kota Makassar yang ditargetkan seluas 5.273,1 ha atau 30 persen dari total luas wilayah.

“Penanaman bibit mangrove hari ini merupakan perwujudan dari rasa syukur 50 tahun berdirinya perusahaan kami, sekaligus bentuk dukungan terhadap program RAN GRK Kota Makassar dan NDC Kota Makassar,” ujar President Director PT Sankyu Indonesia International Ikuo Morino di sela-sela penanaman, dipaparkan dalam rilisnya Jumat (13/9/2024).

Kegiatan ini sekaligus tindak lanjut dari perjanjian kerja sama program restorasi mangrove dan mitigasi bencana serta perubahan iklim yang ditandatangani oleh PT Sankyu Indonesia International dan Yayasan Kehati pada 6 Agustus 2024 lalu.

Kegiatan restorasi ini sangat penting mengingat Kawasan Mangrove Lantebung merupakan satu-satunya areal hutan mangrove tersisa di Kota Makassar.

Penanaman mangrove berfungsi untuk mengembalikan fungsi-fungsi ekologis dan fisik hutan mangrove sebagai daerah penyangga dari ancaman erosi dan abrasi pantai, sekaligus sebagai daerah asuhan, dan perkembangbiakan berbagai biota laut lainnya.

PT Sankyu berharap rehabilitasi mangrove yang dilakukan dapat berkontribusi pada serapan karbon sebesar 1.025 ton/tahun, dan menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Makassar yang ditargetkan seluas 5.273,1 ha atau 30 persen dari total wilayah.

Berdasarkan data DLH Kota Makassar per akhir 2023, luasan RTH Makassar masih berada pada kisaran 11,47 persen .

Adapun bibit yang ditanam adalah jenis Rhizopora spp dan Soneratia spp.

Penanaman bibit dilaksanakan bersama dengan Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia dan kelompok masyarakat lokal pesisir pengelola Kawasan mangrove Lantebung.

Pada kesempatan yang sama Direktur Eksekutif Yayasan Kehati, Riki Frindos menjelaskan bahwa Program Mangrove Blue Carbon tidak hanya memberikan dampak ekologis, namun juga ekonomi dan sosial.

“Sudah banyak masyarakat yang merasakan dampak dari program konservasi mangrove, mulai dari kegiatan edukasi, penelitian, ekowisata, kuliner, dan lain-lain. Kami berharap kegiatan ini dapat berhasil dan menjadi pembelajaran bagi daerah lain di seluruh Indonesia,” tutup Riki.

Program Mangrove Blue Carbon sendiri sudah dijalankan oleh Yayasan Kehati di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain di Kabupaten Donggala, Kabupaten Brebes, Kabupaten Pandeglang, dan daerah lain.

Dibentuk pada 12 Januari 1994, Yayasan KEHATI bertujuan untuk menghimpun dan mengelola sumber daya yang selanjutnya disalurkan dalam bentuk dana hibah, fasilitasi, konsultasi dan berbagai fasilitas lain guna menunjang berbagai program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dan pemanfaatannya secara adil dan berkelanjutan.

Beberapa tokoh dibalik terbentuknya Yayasan KEHATI antara lain, Emil Salim, Koesnadi Hardjasoemantri, Ismid Hadad, Erna Witoelar, M.S. Kismadi, dan Nono Anwar Makarim.

**

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved