Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Seminar Internasional 4 Ethos 4 Jusuf

Jusuf Habibie ‘Bapak’ Teknologi Indonesia Lewat Falsafah Hidup Air Mengalir

Ilham Akbar Habibie bercerita jalan Panjang Jusuf Habibie dalam Seminar Internasional '4 Ethos, 4 Jusuf' di Kampus Unhas pada Senin (2/9/2024).

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Sukmawati Ibrahim
Tribun-Timur.com
Ilham Habibie, anak Bacharuddin Jusuf Habibie dalam Seminar Internasional '4 Ethos, 4 Jusuf' di Kampus Unhas, Makassar, Senin (2/9/2024).  

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Bacharuddin Jusuf Habibie, bapak teknologi Indonesia.

Anaknya, Ilham Akbar Habibie bercerita jalan Panjang Jusuf Habibie dalam Seminar Internasional '4 Ethos, 4 Jusuf' di Kampus Unhas pada Senin (2/9/2024).

"Semula memang kita kenal sebagai teknokrat. Karir dan masa hidup beliau sebelum masuk ke pemerintahan fokusnya ke Teknologi," jelas Ilham Akbar Habibie.

Teknokrat melekat di sosok Jusuf Habibie. Lebih jauh, dirinya juga merambah dunia bisnis.

"Tapi bukan hanya ilmuan tapi sebagai teknokrat masuk ke Industri yang banyak buat produk di Jerman maupun Indonesia," lanjutnya.

Ilham Akbar Habibie berangkat bercerita masa kecil Jusuf Habibie.

Jusuf Habibie banyak dikenal juga sebagai orang Gorontalo.

Padahal Jusuf Habibie lahir di kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Ternyata, keluarga Jusuf Habibie berasal dari Kabupaten Bone, Sulsel.

Baca juga: Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa Ulas Personifikasi 4 Tokoh Bugis Makassar Bernama ‘Jusuf’

"Bapak biarpun dikenal orang Gorontalo, tapi sesungguhnya keluarga bapak merantau dari Bone ke Gorontalo 5 generasi lampau," kata Ilham Habibie.

Saat itu, paham Sukuisme berkembang dimasa orang tua Jusuf Habibie.

Bapak Alwi Abdul Jalil Habibie merantau di Gorontalo bertemu dengan kekasihnya yang berasal dari Jawa.

Ketika pernikahan terjalin, paham sukuisme ini akhirnya terjadi.

"Ibunya orang Jawa memang. Dulu jaman kolonial dikenal Sukuisme, bagi orang Jawa kalau menikah dengan orang Sulawesi, kadang mereka katakana tidak ada budaya. Sebaliknya juga. Eyang saya dua-duanya tidak boleh tinggal di Jawa, dan tidak boleh Gorontalo.  Makanya tinggal di Makassar," kata Ilham.

Saat di Makassar ini, dalam sebuah rentang Waktu ayah dan ibu Jusuf Habibie bertugas di Parepare.

Hingga lahirnya sosok Presiden ke-3 Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie pada 25 Juni 1936.

Menjalani kehidupan layaknya masyarakat umum, Jusuf Habibie mendapat tugas dari ayahnya.

Sehari-hari Jusuf Habibie harus merawat kuda dari mulai makan hingga dimandikan.

"Sejak kecil pak Habibie sudah suka dengan kuda, itu alasannya di rumah bapak banyak kuda. Karena kecil bapak dikasih tugas merawat kuda. Di situlah bapak suka dengan kuda, terinspirasi dari kuda. Kerja keras dan elegan," katanya.

Kerja keras ini yang diimplementasikan Jusuf Habibie dalam hidupnya.

Sampai akhirnya terbang ke Jerman melanjutkan Pendidikan tinggi.

Saat itu, hanya orang yang mendapat beasiswa bisa ke Jerman kuliah.

Namun karena keteguhannya, Jusuf Habibie berusaha melanjutkan kuliah di Jerman.

Jusuf Habibie memang tertarik dengan pesawat terbang. Karena itu ia kuliah di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Kini ITB).

Karena ketertarikannya itu, ia membidik Jerman sebagai negara tujuan belajar tentang pesawat terbang.

"Untuk bapak tidak boleh terima beasiswa, jadi bapak harus minta izin boleh mengirim uangnya melalui pos agar menerima uang di Jerman. Ini Tindakan berani karena bapak tidak menerima beasiswa tapi berani ke Jerman lewat bantuan Ibunya," jelas Ilham.

Sebagai lulusan Jerman, Jusuf Habibie sukses masuk salah satu perusahaan ternama.

Dirinya dielu-elukan sebagai sosok penuh pengalaman dan inovasi.

"Tahun 74 Berbekal keilmuan dan pengalaman, pak Jusuf Habibie dipanggil (Pulang Indonesia). Tapi  Sebetulnya yang pertama panggil bapak balik ke Asia bukan Indonesia, tapi dari Filipina," kata Ilham.

Saat itu perusahaan tempat Jusuf Habibie bekerja memiliki hubungan dengan Filipina.

Sehingga Jusuf Habibie diperintahkan bertugas ke Filipina, sebab dikira merupakan orang Filipina.

Namun, Jusuf Habibie menolak dengan alasan bukan orang Filipina. Dirinya memperkenalkan negaranya Indonesia.

"Tahun 74 bapak pulang dan jadi penasihat pak Harto sampai 78," ujar Ilham Akbar.

Ilham Akbar membocorkan Jusuf Habibie pernah berjanji ke Soeharto.

"Janjinya pada ulang tahun Indonesia ke 50 akan ada pesawat terbang made in Indonesia. Itu dipenuhi. Jadi tahun 1995 kita lihat penerbangan perdana 250 dari Bandung," lanjutnya.

Industri pesawat terbang pun berkembang di Indonesia.

Ada satu pesan penting yang dipegang Jusuf Habibie.

Pesan ini disampaikan ayahnya Alwi Habibie tentang falsafah hidup

"Harus berperilaku seperti mata air, mata air harus jernih sehingga kemana pun mengalir dia mendapatkan sumber mata air yang bersih dan berkembang. Kalau mata air kotor, lingkungannya tidak mendapat kualitas yang baik. Untuk menjaga kualitas mata air itu penting. Itu fase pembudayaan. Budaya yang diajarkan banyak terdapat di Sulsel," kata Ilham Habibie.

Diskusi 4 Ethos, 4 Jusuf

Seminar Internasional "4 Ethos, 4 Jusuf"  mengulas Syekh Jusuf, Jenderal Jusuf, Jusuf Habibie dan Jusuf Kalla menjadi representasi tokoh hebat Bugis-Makassar.

Dalam prinsip dan karakter Bugis-Makassar dikenal empat entitas berbeda.

Ada Tau Panrita atau kaum cendekia, Tau Sugik dikenal orang kaya, Tau Mapparenta atau penguasa serta Tau Massege disebut pemberani.

Dari empat entitas ini, melahirkan prinsip dan karakter seorang Bugis-Makassar yang Malempu (Jujur), Warani (Berani), Macca (Cerdas) dan Sugik (Kaya).

Diskusi dibuka oleh ulasan 4 orang tokoh terkait budaya Bugis-Makassar.

Ada Guru Besar FIB Unhas Prof Nurhayati Rahman, Antropolog School of Humanities and Social Science Tokyo Metropolitan University Prof Mokoto Ito.

Lalu ada Pemerhati Budaya dan Penyusun Kamus Bugis-Inggris-Indonesia Douglas Laskowske serta Diplomat Afrika Selatan sebagai Dubes untuk Amerika Serikat 2010-2015 Ebrahim Rasool.

Sementara itu, Empat Jusuf akan diulas oleh empat tokoh berbeda.

Syekh Jusuf diulas Sejarawan dan Birokrat Indonesia Dr Anhar Gonggong.

Jenderal Jusuf bakal dibahas oleh Wakil Presiden RI ke-10 dan 12 Jusuf Kalla.

Lalu Jusuf Habibie diulas oleh anaknya, Dr-Ing Ilham Akbar Habibie.

Sementara tokoh Jusuf Kalla akan diceritakan oleh Prof Hamid Awaluddin, Mantan Menteri Hukum dan HAM RI.

Khusus kesimpulan ulasan prinsip dan karakter Bugis-Makassar dipercayakan ke Ekonom, Budayawan dan Pencetus Komunitas Wali Wanua Drs Taslim Arifin. (*)

Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, Faqih Imtiyaaz

 

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved