Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Demo Mahasiswa UNM

Macet Panjang Jl AP Pettarani Makassar Akibat Demo Depan Menara Pinisi, Ini Jalur Alternatif

Antrean panjang kendaraan ini disebabkan adanya unjuk rasa atau demonstrasi mahasiswa Universitas Negeri Makassar depan menara Pinisi.

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Sukmawati Ibrahim
Tribun Timur/Muslimin Emba
Potret macet panjang tidak terhindarkan di Jl AP Pettarani arah Jl Sultan Alauddin, Makassar, Kamis (11/7/2024) siang. 

Begitu juga kendaraan yang hendak keluar dari tol layang AP Pettarani, tampak mengular.

Dalam orasinya, massa aksi menyoroti kebijakan UNM yang mewajibkan mahasiswa baru membeli almamater.

"Kewajiban membeli almamater baru tentu sangat membebani mahasiswa baru kita, olehnya realita ini harus kita suarakan," ucap salah satu orator.

Selain itu, mahasiswa juga menyoroti biaya UKT yang dianggap mahal.

Dikecam Presiden BEM FIP 

Presiden BEM Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Makassar, Faisal Akbar, menyayangkan sikap arogansi oknum Civitas Akademika UNM, yang viral di media sosial.

Pasalnya, kata Faisal, dirinya dan Aliansi Mahasiswa UNM saat itu, menanyakan kebijakan Almamater yang diwajibkan ke mahasiswa baru secara baik-baik.

"Sebenarnya kalau dilihat jelas kami menyayangkan, karena kami datang secara baik- baik bertanya dengan baik-baik tapi apa yang kami dapat itu tidak sesuai dengan bayangan kami," kata Faisal Akbar ditemui, di kampusnya, Jl Tamalate, Kecamatan Rappocini, Rabu (10/7/2024) sore.

Dirinya mengaku akan melakukan konsolidasi dengan mahasiswa lain untuk menyikapi persoalan tersebut.

"Untuk langkah selanjutnya kami akan membahas nanti di konsolidasi," terangnya.

Selain itu, Faisal juga menyayangkan adanya tuduhan calo yang dilontarkan oknum Civitas Akademika UNM tersebut.

Sebab, kata dia, Dirga yang hendak menanyakan adalah mahasiswa aktif UNM.

"Kami agak menuangkan itu tiba-tiba langsung melakukan tuduhan bahwasanya kawan kami itu dituduh sebagai calo pada hal kami datang jelas mengenai isu yang kami bawakan itu jelas," terangnya.

Sepengetahuan Faisal, kewajiban membeli almamater baru itu memang sudah tertuang dalam SK Rektor seharga Rp 250 ribu include dengan dasi.

"Sebenarnya Rp 175 ribu untuk harga almamater, tapi ditambah dasi Rp 75 ribu, jadi Rp 250 ribu yang wajib dibayar," ungkapnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved