Idul Adha 2024
Curhat Sopir Antardaerah di Terminal Mallengkeri Makassar H-1 Idul Adha, Lebih Banyak 'Lari Kosong'
Terminal Malengkeri Makassar, di Jalan Malengkeri Raya, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, terlihat sepi pada H-1 Idul Adha 2024.
Penulis: Erlan Saputra | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Terminal Malengkeri Makassar, di Jalan Malengkeri Raya, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, terlihat sepi pada H-1 Idul Adha 2024.
Pada Minggu (16/6/2024) sekitar pukul 12.00 Wita, hanya belasan mobil sewa terparkir rapi di terminal.
Suasana terminal hanya terlihat satu dua orang penumpang yang menenteng barang bawaan menuju mobil sewa yang telah mereka tumpangi.
Kondisi ini cukup berbeda dengan perayaan Idul Fitri 2024 yang cukup ramai.
Terminal Malengkeri Makassar diketahui melayani rute tujuan pemudik sektor selatan.
Beberapa kabupaten yang menjadi tujuan utama penumpang di terminal ini meliputi Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, hingga Kepulauan Selayar.
Penurunan jumlah penumpang ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan pola perjalanan masyarakat dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi keputusan untuk mudik.
Baca juga: 32.130 Penumpang Padati Bandara Sultan Hasanuddin H-2 Idul Adha 2024
Meski begitu, para penyedia jasa transportasi tetap siap melayani penumpang yang ingin melakukan perjalanan ke berbagai tujuan di wilayah selatan, Sulawesi Selatan.
Seorang sopir rute Makassar-Bulukumba, Rizal mengaku sejak tahun 2019 terminal Malengkeri sangat sepi penumpang.
Dia membeberkan kebanyakan calon penumpang lebih memilih dijemput di rumah masing-masing ketimbang ke terminal.
Di samping itu pemicu lainnya lantaran banyaknya terminal bayangan.
Di mana sopir tersebut tak memasuki area terminal dan hanya menunggu penumpang di luar terminal.
Menurutnya, kebanyakan para calon penumpang lebih memilih menunggu di luar terminal karena berbagai alasan.
Salah satunya, faktor malas berjalan kaki terlalu jauh setelah turun dari angkot di luar terminal dan lama waktu menunggu di dalam terminal.
"Sekarang banyak sopir antardaerah yang lebih memilih mengangkut dan menurunkan penumpang di pinggir jalan daripada di dalam terminal resmi," ujar Rizal saat berbincang dengan Tribun-Timur.com.
"Sementara kami ini tetap tertib, meskipun harus membayar Rp 5 ribu tiap masuk terminal," tambahnya.
Pria asal Bulukumba ini telah berprofesi sebagai sopir Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) rute Bulukumba-Makassar selama 20 tahun.
Dia juga mengaku bahwa sejak pagi hingga detik ini dirinya belum mendapatkan calon penumpang satu pun.
"Saya dari jam 6 pagi sampai sekarang masih menunggu calon penumpang, kalau pun tidak ada. Kita tetap berangkat dengan keadaan hampa (lari kosong)," lanjutnya.
Terkait penurunan jumlah penumpang, Rizal menyebut mereka sudah lama menyampaikan hal tersebut ke pemerintah.
Utamanya mengenai maraknya kehadiran terminal bayangan, namun pemerintah seakan tak peduli.
Sementara itu, sopir yang masuk ke terminal resmi harus membayar setiap kali masuk terminal. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.