UT Makassar
Apa Bedanya Universitas Terbuka dengan Perguruan Tinggi Lain? Ini Penjelasan Prof Ojat Darojat
Prof Ojat Darojat memaparkan bahwa dinamakan UT karena terbuka kepada semua orang (Open to People).
Penulis: Rudi Salam | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dalam perjalanan sejarah pendidikan ditanah air, pemerintah mendirikan perguruan tinggi Universitas Terbuka (UT).
UT didesain secara khusus, berbeda dengan perguruan tinggi lainnya, baik itu perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Demikian penekanan Rektor Universitas Terbuka Prof Ojat Darojat, saat membuka Sentra Layanan UT (Salut) di Toraja, Sulsel, Jumat (17/5/2024).
Prof Ojat Darojat memaparkan bahwa dinamakan UT karena terbuka kepada semua orang (Open to People).
Ini dimaknai bahwa tidak ada lagi warga negara dimanapun mereka berada yang tidak punya kesempatan untuk mendapatkan layanan pendidikan tinggi.
Baca juga: 726 Lulusan Baru UT Makassar Dibekali Nilai Etika, Mandiri, dan Profesional
“Apakah itu orang yang sudah tua, masih muda, laki-laki, perempuan semuanya harus punya kesempatan untuk mendapatkan layanan pendidikan di Perguruan Tinggi,” paparnya, dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/5/2024).
Ia mengatakan, UT juga terbuka kepada tempat (open to places).
Maksudnya dimana pun mereka tinggal di seluruh penjuru tanah air, apakah itu di kota-kota besar maupun di daerah terpencil, dipuncak gunung, harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk kuliah diperguruan tinggi.
"Jadi UT terbuka kepada orang (open to people) dan juga terbuka kepada tempat (open to places)," tegasnya.
Prof Ojat mengatakan UT mendapatkan amanah yang amat penting yang diberikan pemerintah pada UT 40 tahun lalu dan mandat itu terus kita laksanakan implementasikan hingga saat ini.
Untuk melaksanakan mandat mulia ini, maka UT didesain secara berbeda cara belajarnya tidak seperti perguruan tinggi yang belajarnya tatap muka atau sering disebut perguruan konvensional, di mana UT cara belajarnya ditempuh secara jarak jauh.
Oleh karena itu, kata dia, itu bagi mereka yang tinggal dipuncak gunung, di pulau terluar di negeri ini, tidak perlu meninggalkan domisilinya dan masih bisa membantu orang tuanya, seperti bertani atau menangkap ikan di laut.
"Jadi anak petani mereka masih bisa tetap membantu kekuatan ekonomi orang tuanya dan pada saat bersamaan mereka bisa menjadi sarjana, magister dan bahkan doktor," katanya.
Lebih lanjut dipaparkan bahwa UT yang melaksanakan sistem belajar fleksibel tidak cukup untuk melaksanakan mandat tersebut.
Maka UT oleh pemerintah diharuskan agar biaya UKT/SPP tidak boleh mahal, harus bisa terjangkau harus murah tetapi tidak murahan.
Baca juga: Direktur UT Makassar Ingatkan 4 Tugas Pokok Kampus Negeri UT Daerah
“Oleh karena itu, kalau kita melihat SPP UT per SKS pada kisaran Rp35 ribu per SKS atau paling mahal Rp85 ribu untuk mata kuliah yang mengandung unsur praktikum,” paparnya.
Dirincikan bahwa bagi mahawiswa membeli paket semester yaitu hanya 1,5 juta dengan rata-rata 24 SKS.
Untuk membantu masyarakat yang tidak mampu, UT juga menyiapkan beberapa beasiswa.
Diantaranya KIP dari pemerintah, beasiswa berprestasi, beasiswa mitra UT dari lembaga perbankan.
Pada tahun 2023 lalu UTc siapkan sebesar Rp16 miliar untuk anggaran bagi beasiswa mahasiswa UT.
"Mudah-mudahan dengan cara yang ditempuh ini dan dengan hadirnya Salut di Tanatoraja akan semakin mendekatkan layanan UT kepada masyarakat yang ada disekitar Tana Toraja dan sekitarnya," tambah Prof Ojat.(*)
UT Makassar Target 15 Ribu Mahasiswa Baru Tahun Ini |
![]() |
---|
UT Makassar Bagikan Sembako dan Gelar Kegiatan Keagamaan di Bulan Ramadan |
![]() |
---|
UT Makassar Wisuda 750 Alumni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Terbanyak |
![]() |
---|
Imam New York Tegaskan Pentingnya Nilai Ketuhanan Membangun Peradaban di Kuliah Umum UT Makassar |
![]() |
---|
Resmi Pakai Almamater Kuning, Ratusan Maba UT Makassar Ikuti OSMB 2024/2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.