Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilrek UNM 2024

Anak Tukang Batu itu Kini Rektor UNM: Intip Perjalanan Karier Prof Karta Jayadi Sang Guru Besar Seni

Kedua orangtua Prof Karta Jayadi mencoba peruntungan mengembangkan perekonomian di Makassar dengan berjualan beras di Pasar Cidu.

|
Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM
Prof Karta Jayadi Guru Besar Fakultas Seni dan Desain yang kini terpilih sebagai Rektor UNM. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tahun 1966, Prof Karta Jayadi kecil bersama kakak dan kedua orangtuanya merantau ke Makassar.

Sebelum hijrah ke Makassar, Prof Karta Jayadi dan keluarganya tinggal di Camba Maros Sulawesi Selatan.

Kedua orangtua Prof Karta Jayadi mencoba peruntungan mengembangkan perekonomian di Makassar dengan berjualan beras di Pasar Cidu.

Namun karena keuntungan tak kunjung berputar, modal kian menipis membuat ayah dari Prof Karta Jayadi banting setir jadi tukang batu.

Inilah sekelumit kisah dibalik Prof Karta Jayadi Rektor UNM terpilih baru-baru ini.

Prof Karta Jayadi, seorang anak tukang batu, mencapai puncak prestasi dengan terpilihnya sebagai Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) periode 2024-2028.

Kisah inspiratif ini terungkap melalui cerita yang disampaikan oleh kakak kandungnya, H. Kasmiati (64).

Kasmiati adalah satu-satunya kakak dari Profesor Karta Jayadi, yang juga merupakan seorang Guru Besar Antropologi Seni di Fakultas Seni dan Desain (FSD) UNM.

Kasmiati kemudian menceritakan perjalanan hidup mereka dari keluarga sederhana yang merantau ke Makassar pada tahun 1966.

Baca juga: Sosok Prof Karta Jayadi Rektor Baru UNM, Menang Usai 2 Kali Dikalah Pesaing Beratnya Prof Hasmyati

Kakak kandung Prof Karta Jayadi, Kasmiati (kiri) dan Rektor UNM Makassar terpilih Prof Karta Jayadi.
Kakak kandung Prof Karta Jayadi, Kasmiati (kiri) dan Rektor UNM Makassar terpilih Prof Karta Jayadi. (TRIBUN-TIMUR.COM/ERLAN SAPUTRA)

Di Kota Makassar, keluarga mereka tinggal di Jalan Lembo, Kecamatan Tallo.

"Namun, pada suatu waktu, kami terpaksa pindah karena rumah kami harus digusur untuk pembangunan jalan utama."

"Kami kemudian pindah ke Gusung, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar, Sulawesi Selatan," ujar Kasmiati ketika ditemui di rumahnya.

Kasmiati kemudian berbagi kisah mengharukan tentang perjalanan hidup mereka dari masa kecil hingga dewasa.
 
"Saya ini hanya dua bersaudara, saya kakaknya," ungkap Kasmiati.

Ayahnya adalah tukang batu yang sebelumnya berprofesi sebagai penjual beras di Pasar Cidu, Tabaringan, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar.

Namun, kehidupan tidak selalu mudah baginya dan keluarganya.

"Waktu itu banyak yang suka meminjam dan tidak mengembalikan lagi, akhirnya orang tua kami kehilangan modal," jelasnya.

Kendati demikian, orang tua mereka tidak pernah menyerah pada keadaan.

"Pada akhirnya, bapak saya jadi tukang batu," tambah Kasmiati.

Meskipun dalam keterbatasan, orang tua mereka memiliki prinsip yang teguh, bahwa anak-anak mereka harus tetap mendapatkan pendidikan.

"Bagaimana pun caranya kami sebagai anak harus sekolah," ujar Kasmiati mengenang prinsip ayah mereka.

Kasmiati juga mengisahkan masa kecil hingga dewasa dan perjalanan hidup yang luar biasa dari Prof Karta Jayadi.

"Beliau itu rajin belajar dan tidak pernah berbohong kepada keluarga, terutama kedua orang tua kami," ungkap Kasmiati dengan bangga.

Karta Jayadi juga dikenal sebagai individu yang teguh pada pendiriannya, bahkan ketika harus dihukum oleh ibunya.

"Kalau seumpama dihukum sama ibu saya, dia tidak pernah kapok. Pokoknya dia tetap teguh pada pendiriannya," katanya.

"Dia merupakan asli anak lorong," tambah Kasmiati.

Sang kakak juga menambahkan catatan menarik tentang kehidupan masa kecil sang adik.

Di mana, Prof Karta Jayadi lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah ketimbang keluar keluyuran.

Prof Karta Jayadi dikenal sebagai individu yang jujur dan tekun belajar.

"Pada masa sekolah, dia sering menjadi juara dalam Lomba Pramuka," tambah Kasmiati.

Hingga selama kuliahnya, Prof Karta Jayadi menunjukkan kemandirian yang tinggi, terutama setelah berhasil mendapatkan beasiswa.

Namun, sikapnya yang teguh pada prinsip-prinsipnya kadang membuatnya menantang dosen-dosennya, bahkan jika dirasa salah.

"Meskipun demikian, dia tidak mau mendengar saran. Jika dia merasa benar, dia akan menghadapi siapapun," ujar Kasmiati.

Kasmiati juga mengingatkan akan hobinya yang unik, terutama dalam bermain bola dan takraw.

Mantan Guru MTS Muhammadiyah Tallo ini juga mengungkapkan bahwa Prof Karta Jayadi adalah individu yang paling kecil di antara teman-temannya pada masa kecilnya.

Namun, kecilnya fisiknya tidak menghalangi ambisinya untuk tumbuh menjadi sosok yang besar, terutama saat memasuki masa SMA.

Menurutnya, kecilnya postur tubuh Karta Jayadi menjadi salah satu tantangan yang ia hadapi saat masih muda.

Namun, hal ini tidak menghentikannya untuk berusaha dan berkembang menjadi individu yang sukses.

Dengan semangat dan keteguhan hati, ia berhasil melampaui batasan-batasan fisiknya dan membuktikan bahwa kebesaran seseorang tidak hanya diukur dari ukuran fisik.

Profil Prof Karta Jayadi

Karta Jayadi menjabat Wakil Rektor Bidang Umum selama dua periode, yakni periode 2016-2020 dan 2020-2024.

Ia dipercaya mendampingi Prof Husain Syam selama dua periode.

Sebelumnya, Prof Karta Jayadi menjabat Dekan Fakultas Seni dan Desain selama 2 Periode.

Ia pernah menjabat Ketua Jurusan Pendidikan Rupa.

Prof Karya Jayadi menyelesaikan pendidikan sarjana di Pendidikan Seni Rupa IKIP Ujung Pandang Tahun 1983

Pendidikan magister ditempuh di Institut Teknologi Bandung dengan mengambil program Seni Murni Tahun 1996.

Adapun program dokter dijalani Karta Jayadi Universitas Indonesia program studi Antropologi Seni Tahun 2007.

Prof Karta Jayadi bukanlah wajah baru dalam pertarungan kursi rektor UNM.

Sebelumnya Prof Karta Jayadi pernah maju calon Rektor UNM pada 2012 lalu.

Saat itu Prof Karta Jayadi bersaing petahana Prof Arismunandar, dan Prof Hasmyati.

12 tahun berlalu kini Prof Karta Jayadi keluar sebagai pemenang.

Prof Karta juga memiliki ratusan karya yang sudah dipublikasi baik dalam bentuk prosiding maupun jurnal.

Bahkan 34 karyanya sudah dipatenkan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)-nya di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved