Tribun HIS
Fiyaz Muhammad Said Bocah 10 Tahun Asal Bone Taklukkan Gunung Berapi Tertinggi Kedua Indonesia
Di usia yang masih belia, Fiyaz telah menaklukkan dua puncak gunung sekaligus, Gunung Agung Bali dan Gunung Rinjani.
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUNBONE.COM, KAJUARA - Kegiatan mendaki gunung merupakan salah satu aktivitas yang berat dan masuk dalam kategori olahraga alam bebas ekstrem.
Namun, kata ekstrem justru menjadi sebuah tantangan bagi Fiyaz Muhammad Said, bocah 10 tahun yang saat ini duduk di kelas 4 SD 261 Tarasu, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Di usia yang masih belia, Fiyaz telah menaklukkan dua puncak gunung sekaligus.
Yakni, Gunung Agung, gunung tertinggi di Pulau Bali dengan ketinggian 3.031 meter di atas permukaan laut (Mdpl) dan Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Gunung Rinjani merupakan gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia dengan ketinggian 3.726 Mdpl.
Baca juga: Yuk ke Fafaliang Waterpark Sinjai, Main Air Sambil Lihat Indahnya Pemandangan Gunung Kembar
Bersama kakaknya Fayyez Muhammad Said dan ibunya Sa'diah Lanre Said serta Eternal Adventure Tim sebuah tim pendakian yang dibentuk oleh ibunya sebagai pencinta olahraga ekstrem ini dalam formasi 13 orang.
Fiyaz benar-benar mematangkan persiapan sebelum mendaki Gunung Rinjani.
Ia diwajibkan oleh ibu dan kakaknya untuk trekking pagi dan sore dengan berjalan kaki hingga menuruni bukit dengan berlari.
Sebab, persiapan mental lebih utama dari persiapan fisik.
Lantaran kalau sudah putus asa, maka keinginan tidak akan terwujud.
"Jadi, saya harus menyiapkan fisik dengan olahraga trekking pagi dan sore setiap hari selama seminggu dan mental optimis bahwa saya pasti bisa untuk mencapai Puncak Rinjani," ucapnya, Selasa (23/4/2024).
Apalagi salah satu rute terberat di Gunung Rinjani adalah dari pos 3 hingga Pos Plawangan.
Makanya disebut bukit penyesalan karena pendakian terus-menerus dan tidak ada tanah landai.
"Dari pos 3 rutenya sangat menantang, kakak-kakak pendaki mengatakan namanya 7 bukit penyesalan karena pendakian terus menerus dan tak ada bonus tanah landai tapi saya enjoy saja, kayak berlari di alam. Biasa saja, nggak susah, Alhamdulillah,” katanya tertawa.
Baca juga: Kisah Ladunni Hafidz dan Qari Legendaris Shalawat Tarhim Dapat 5 Ijazah dari Al Azhar Mesir
Ketinggian gunung Rinjani di 7 bukit penyesalan berkisar 2.626 Mdpl hingga mencapai Plawangan 3, tempat kemah Eternal Team, didirikan.
Fiyaz mampu mencapai puncak Rinjani pada 19 April 2024.
Fiyaz menggunakan jalur Sembalun dan turun di Torean dengan lama pendakian empat hari tiga malam.
Dengan estimasi hari pertama, pos 1 hingga Plawangan Campsite.
Summit menuju Puncak Rinjani dalam durasi 19 jam.
Fiyaz memulai pendakian menuju puncak Rinjani pada jam 02.23 Wita dan tiba di puncak pada jam 09.10 Wita.
Menuju puncak tidaklah mudah bagi Fiyaz.
Trekking pole tidak pernah lepas dari tangan.
Tanah pendakian Rinjani yang berpasir dan berkerikil, belum lagi gampang terperosok.
Ditambah jalur kanan kiri jurang, letter L yang menantang tapi letter E jauh lebih menguras tenaga serasa perjalanan pasir tidak ada habisnya.
"Mama sempat bertanya, apakah saya menyerah saja? Tapi seperti kata mama saat Latihan bahwa apa yang dimulai harus dituntaskan. Jadi, Alhamdulillah, saya bisa berada di atas puncak Rinjani,” matanya berbinar sambil menceritakan pemandangan Danau Segara Anak dari atas Rinjani.
Hari kedua, perjalanan Plawangan menuju Danau segara Anak kisaran 7-8 jam dan berkemah di sana.
Hari ketiga, perjalanan dari Danau Segara Anak menuju Camp Birisan Nangka ditempuh 10 jam.
Kemudian hari keempat perjalanan pulang menjelajah Torean dimulai pada jam 09.34 Wita dan tiba tepat pukul 11.34 Wita.
Cinta Gunung dan Keindahan Alamnya
Awal kecintaan Fiyaz, pada pendakian gunung berasal dari kakaknya, Fayyez Muhammad Said dan ibunya Sa'diah Lanre Said yang banyak mendaki gunung di Indonesia.
Cerita pemandangan, keindahan awan dari ketinggian, dingin di pendakian, semangat dan kekuatan mewujudkan sebuah keinginan memberikannya inspirasi untuk mencoba.
Baca juga: Cerita Sopir Bus Borlindo Terima Donasi Rp100 Juta dari Warganet Berkat Kebaikannya saat Idul Fitri
“Ayah tidak suka naik gunung, tapi Ayah mendukung kami semua. Bahkan alat-alat pendakian dan perlengkapanku, Ayah yang belikan," kata Fiyaz, mulai bercerita.
“Kami tidak mengajak Fiyaz untuk mendaki karena usianya yang masih dini, tapi justru dia memaksa untuk mencoba dan ternyata Fiyaz sangat pro dalam menangani medan terjal, bebatuan pasir dan ketinggian Rinjani,” tutur Sa'diah.
Rinjani Bukan Gunung Pertama
Pendakian Fiyaz ke puncak Rinjani bukanlah pendakian yang pertama karena sebelumnya telah mendaki Puncak Gunung Agung, gunung tertinggi di Pulau Bali.
“Adik Fiyaz itu, seperti baterai yang tak pernah habis casnya. Saat lelah dan istirahat di pendakian, dia selalu membawakan cerita lucu, pantun hingga teka teki yang dibuatnya sendiri sehingga membuat kami tertawa. Tidak seru mendaki tanpa Adik Fiyaz, energizer team Eternal," kata Ferdi, salah satu Team Eternal yang mendampinginya hingga ke puncak.
Saat turun dari Gunung Rinjani dan turun dari Gunung Agung, Fiyaz harus didampingi guide khusus karena kesenangannya berlari disepanjang jalur turunan.
“Fiyaz, harus saya pegang ketika turunan dan kanan kiri jurang, tapi saat turunan aman akan saya lepaskan karena dia cukup pintar mengontrol kakinya,” kata Bang Haka, guide yang khusus mendampingi Fiyaz selama pendakian.
Saat api unggun dinyalakan di shelter terakhir Torean, Fiyaz sempat melarang team untuk tidur dan meminta mereka menikmati malam terakhir pendakian di Gunung Rinjani.
Ketika ditanya motivasi lainnya mendaki, dia berkata dengan bijak.
“Kata mamaku, Bumi dan langit, memiliki banyak pelajaran dari Allah, berjalanlah agar kamu mengetahui. Kalau saya berjalan di pendakian, mama selalu mengingatkan untuk mengucapkan Subhanallah dan shalawat Nabi, semoga perjalanan saya menjadi berkah dan mendapatkan ilmu bermanfaat," tuturnya. (*)
Kegigihan Marliah Bersihkan Anjungan Pantai Losari Makassar Sebelum Terbit Fajar, Gaji di Bawah UMR |
![]() |
---|
Diabaikan Pemda, Guru dan Ortu Siswa Madrasah MI DDI Pinrang Patungan Perbaiki Jalan Rusak |
![]() |
---|
Selamat dari Maut, Ini Kisah Pelajar SMK di Luwu yang Terseret Arus Sungai |
![]() |
---|
Tangis di Balik Abu: Puluhan Keluarga Kehilangan Rumah di Balang Baru Makassar |
![]() |
---|
Cerita Herlina, Warga Maros Tinggal di Rumah Reot Bersama Suami dan 4 Anak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.