Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Rambu Solo Nek Linggi

Hari Terakhir Pemakaman Adat Rambu Solo Ne Linggi, Anak Tokoh Pejuang Toraja Pong Massangka

Putra Sulung Ne' Linggi, Daniel Pongmasangka mengungkapkan, jenazah sang ibunda akan dimakamkan di Kompleks Patane Tua Keluarga Tangkeallo.

Penulis: Erlan Saputra | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN TIMUR.COM
Potret keluarga besar almarhum dalam prosesi pemakaman Ne' Linggi di Area Rumah Tongkonan di Kelurahan Pangli, Kecamatan Sesean, Toraja Utara, Jumat (19/4/2024) siang. 

Kisah Perjuangan Pong Massangka Membunuh Pimpinan Belanda di Toraja, Ayah Yuli Maria Tangkeallo

Perjuangan Pong Massangka di Toraja tak kalah seru dengan Pong Tiku. 

Pong Massangka adalah ayah kandung Ne Linggi atau Yuli Maria Tangkeallo.

Keturunan Pong Massangka dalam empat bulan terakhir, sejak 20 Januari 2024, menggelar rangkaian Upacara Pemakaman Adat Rambu Solo Ne' Linggi'.

Pong Massangka bersahabat dengan Pong Tiku. Keduanya sama-sama menentang kesombongan penjajah Belanda di Bumi Lakipadada.

Sejak kedatangan Belanda di Toraja, Pong Massangka tidak pernah menunjukkan sikap tunduk kepada Belanda apa lagi menyerahkan senjatanya.

Pong Massangka lalu terpanggil mengkonkretkan semangat perjuangan bawah tanah para pejuang dalam suatu wadah dengan nama sandi " Untendanni Salu Sadan “.

Untuk memudahkan operasionalnya maka mulailah diintensifkan komunikasi rahasia para pejuang lewat Poros Perlawanan Balusu-Pangli/Bori'-Pangala' di Utara terus ke Pantilang di Timur, Sangalla' dan Mengkendek di Selatan serta Rembon dan Buakayu di Barat.

Sesuai kesepakan para pejuang ditetapkanlah target utama waktu itu yakni membunuh Controleur sebagai penguasa tertinggi pemerintah kolonial Belanda di Toraja.

Pada 15 Juli 1917, Pong Massangka memimpin beberapa pengikut ke Rantepao pada hari pasar untuk menunggu kesempatan terbaik menyerang dan membunuh kontrolir Belanda yang bernama Brower yang biasanya hadir di setiap hari di sore hari.

Saat itu Pong Massangka dan para pengikutnya siaga di sekitar pasar. Mereka sudah sudah sangat dekat dari pemimpin Belanda yang ada di Toraja itu.

Saat senjata akan diterbangkan ke Kontroler Brower,Pong Massangka menghentikan serangannya. 

Dia mengurungkan niat menyerang dan menghabisi pemimpin Belanda di Toraja saat itu karena iba melihat anak si Belanda yang terjatuh dan menangis.

Brower dan istrinya pun memutuskan untuk segera pulang, meninggalkan pasar, dan menggagalkan pembunuhan yang direncanakan Pong Massangka dan pengikutnya.

Tapi tekad Pong Massangka menghabisi pemimpin tertinggi Belanda di Toraja hanya tertahan sementara.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved