Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Menyongsong Ekonomi di Tahun Baru

Selain harapan, terbersit juga kekhawatiran masyarakat tentang prospek ekonomi di tahun depan.

Editor: Sudirman
Ist
Satrio Wahono, Pengajar FEB Universitas Pancasila 

Oleh: Satrio Wahono

Pengajar FEB Universitas Pancasila

TANPA terasa sebentar lagi kita akan menginjak tahun baru.

Selain harapan, terbersit juga kekhawatiran masyarakat tentang prospek ekonomi di tahun depan.

Pasalnya, mereka saat ini melihat terkaparnya beberapa indikator makroekonomi yang terkait langsung dengan hajat hidup
mereka, seperti kenaikan harga bahan pokok dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga hampir Rp16.000.

Belum lagi fakta bahwa dunia sedang mengalami anomali iklim yang bisa mengacaukan rantai pasok makanan dan masih berlanjutnya konflik Israel - Palestina di Timur Tengah yang bisa berdampak pada pasokan maupun harga minyak.

Tak ayal, kita perlu menganalisa prospek ekonomi pada 2024 untuk tahu apakah kita bisa pesimistis atau optimistis.

Jangan sampai negeri ini jatuh ke dalam krisis ekonomi.

Apalagi menurut Denny JA dalam Democratization from Below (Sinar Harapan, 2006), krisis ekonomi adalah salah satu faktor utama pencetus instabilitas dan bahkan revolusi politik.

Economic general checkup

Ada beberapa indikator untuk melakukan semacam economic general checkup.

Salah satu indikator paling cepat untuk mengukur sehatnya suatu perekonomian adalah angka pertumbuhan ekonomi.

Jangan sampai terjadi resesi di mana pertumbuhan ekonomi berkontraksi minus selama dua kuartal berturut-turut atau depresi di mana pertumbuhan ekonomi berkontraksi minus selama lebih dari dua kuartal berturut-turut.

Indikator lainnya adalah inflasi atau tingkat kenaikan harga, yang secara teoretis akan disebut sehat jika berada di kisaran antara 2 persen sampai 4 persen.

Adapun tingkat kepercayaan konsumen bisa diukur dari Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK), yang dikatakan positif jika
angkanya di atas 100.

Sementara itu, lemah kuatnya konsumsi dapat dilihat dari Purchasing Managers Index (PMI), yaitu sejauh mana sektor manufaktur di suatu negara mengalami ekspansi pertumbuhan.

Angka PMI yang turun mengindikasikan tingkat permintaan konsumen yang melemah.

Angka PMI yang baik sendiri harus berada di atas 50.

Lantas, bagaimana mengukur tingkat kesehatan suatu bank? Kita bisa menggunakan sejumlah indikator standar.

Ada indikator rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR), return on Asset (ROA), tingkat kredit macet (non-performing loans/NPL), dan rasio kredit berbanding dana pihak ketiga (loan to deposit ratio/LDR).

CAR yang sehat harus berada di atas 8 persen, ROA yang baik minimal di atas 0,5 persen, tingkat NPL yang bagus adalah kurang dari 8 persen, sementara LDR yang positif tidak boleh melebihi 100 persen.

Bagaimana dengan nilai tukar yang melemah?

Sebenarnya, pelemahan nilai tukar itu bagaikan pedang bermata dua.

Maksudnya, pelemahan nilai tukar sebenarnya bagus untuk kepentingan ekspor, tapi pada saat yang sama tidak baik bagi impor.

Maka itu, secara sederhana, pelemahan nilai tukar bisa berdampak positif pada keseluruhan perekonomian asalkan neraca
perdagangan suatu negara mengalami surplus, yaitu volume ekspor lebih tinggi daripada impor.

Namun, perlu juga ada catatan tambahan: surplus ekspor seyogianya tidak didominasi oleh bahan mentah karena kondisi demikian justru bisa menyulitkan pengadaan bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Juga, impor yang tinggi bisa bagus selama yang diimpor adalah bahan-bahan untuk menggerakkan kegiatan produksi sektor manufaktur padat-karya (labor-intensive) di dalam negeri.

Terakhir, kita perlu melihat kondisi cadangan devisa (exchange reserves), yang menurut standar IMF harus bisa memenuhi setidaknya kebutuhan impor selama 3 (tiga) bulan.

Berdasarkan indikator-indikator standar di atas, mari kita bandingkan indikator-indikator di atas dengan data perekonomian Indonesia hingga November 2023 berikut.

Indonesia selama tiga kuartal terakhir mengalami pertumbuhan ekonomi 5,03 persen, 5,17 persen, dan 4,97 persen.

Indeks kepercayaan konsumen (IKK) November 2023 berada di angka 123,6.

Inflasi November 2023 bertengger di angka 2,86 persen.

Dari segi perbankan, rata-rata CAR perbankan hingga Oktober 2023 berada di angka 27,46 persen, ROA di 3,28 persen, NPL di 2,52 persen, dan LDR di 79,80 persen.

Dari sisi produsen, angka PMI pada November 2023 tercatat 51,7.

Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ada di kisaran Rp15.587 per dolar AS pada November 2023 di tengah
neraca perdagangan Indonesia yang mencatatkan surplus USD3,48 miliar hingga Oktober 2023.

Sementara itu, cadangan devisa kita per November 2023 tercatat di angka US$138,1 miliar dibandingkan dengan kebutuhan impor bulanan US$18 miliar.

Dari data di atas, kita bisa melihat perekonomian Indonesia masih relatif sehat.

Buktinya, Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan positif selama tiga kuartal berturut-turut.

IKK pun positif karena melebihi 100, yang menunjukkan kepercayaan konsumen masih kuat.

Ini disokong pula oleh angka PMI yang berada di atas 50.

Inflasi juga sehat karena masih di kisaran 2 persen - 4 persen.

Pelemahan nilai rupiah sendiri sementara ini belum terlalu mencemaskan karena diimbangi oleh surplus neraca perdagangan.

Industri perbankan bahkan sangat sehat karena semua indikator tercatat super positif: CAR 27,46 persen jauh melebihi angka minimal 8 persen, ROA di 3,28 persen jauh melebihi batas 0,5 persen.

NPL 2,52 persen jauh dari angka maksimal 8 persen, dan LDR 79,80 persen jauh dari batas maksimal 100 persen.

Terakhir, cadangan devisa kita ternyata mampu membiayai kebutuhan impor selama 7 bulan, jauh di atas standar IMF yang 3 bulan atau standar rekomendasi ekonomi Indonesia yang mensyaratkan 6 bulan.

Jadi, perekonomian kita minimal sampai awal 2024 depan masih sehat.

Tinggal, bagaimana pemerintah dan kita semua bisa menjaga kondisi ini supaya tetap stabil.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved