Wawancara Khusus Tribun Timur
Atlet Sulsel 'Gila', Tanpa Uang Transport Masih Mau Latihan
Tim sepak takraw Sulsel berhasil menyabet dua emas dan dua perunggu di kejuaraan yang berlangsung pada 16-22 November 2023.
TRIBUN-TIMUR.COM - TIM sepak takraw Sulawesi Selatan (Sulsel) sukses mengharumkan nama Indonesia di kejuaraan Internasional Sepak Takraw ASEAN Cup di Guizhou Huizhui, China.
Tim sepak takraw Sulsel berhasil menyabet dua emas dan dua perunggu di kejuaraan yang berlangsung pada 16-22 November 2023.
Kejuaraan ini diikuti peserta Asian Games namun tim Sulsel berhasil bawa pulang dua emas tim putra dan perunggu untuk tip putri.
Pada Podcast Ngobrol Virtual Tribun Timur edisi Selasa (28/11/23), Bina Prestasi sekaligus Pelatih Tim Sepak Takakra Sulsel Ramli dan Kusnelia atlet sepak takraw Sulsel akan berbagi informasi terkait kejuaran tersebut.
Dipandu Host Annisa Husnuzhan, berikut petikan wawancaranya:
Sejak kapan tertarik pada takraw?
Ramli: Sejak SD, saya memang sudah gemar bermain takraw di kampung.
Kebiasaan ini terus berlanjut hingga saya menjadi mantan pemain. Pada tahun 1997, saya dipercaya untuk menangani platform game takraw.
Saat kelas 2 SMP, saya bergabung dengan sekolah sepak takraw di Makassar.
Ini membawa saya masuk ke Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP). Saat kuliah, saya memilih bidang olahraga yang kemudian mendukung hobi saya.
Korelasi antara hobi dan pendidikan Anda?
Ramli: Hobi saya dalam takraw ternyata berpengaruh pada pilihan pendidikan saya.
Keterkaitan ini memberi saya pemahaman yang diperlukan saat saya beralih dari atlet menjadi seorang pelatih.
Perbedaan utama jadi atlet dan pelatih?
Ramli: Ketika saya masih menjadi atlet, saya merasa bahwa pekerjaan pelatih terlihat lebih mudah.
Namun, saat saya menjadi pelatih, saya menyadari betapa rumitnya tanggung jawab tersebut.
Sebagai pelatih, kita harus memperhitungkan volume dan intensitas latihan, serta memikirkan aspek-aspek lain seperti gizi atlet.
Sebagai pelatih, saya selalu dihadapkan pada keputusan penting terkait program latihan dan pengelolaan aspek kesehatan atlet untuk mencegah overtraining dan memastikan kesejahteraan mereka.
Motivasi Anda untuk bermain lebih baik di ASEAN Cup?
Kusnelia: Motivasi saya terutama adalah untuk meningkatkan permainan saya serta memperbaiki hal-hal yang kurang.
Saya selalu kembali latihan lebih keras setelah kekalahan untuk memperbaiki kelemahan yang terjadi di lapangan.
Seperti apa pertandingan di ASEAN Cup?
Ramli: Pada babak penyisihan, kami berhasil meraih peringkat tertinggi.
Selalu mengalahkan China 2-0.
Namun di semifinal, kami kalah dari tim Tiongkok karena faktor dukungan suporter yang lebih banyak pada mereka.
Selain itu, suhu yang lebih dingin di sana juga menjadi kendala bagi kami sebagai atlet Indonesia.
Yang Anda lakukan sebagai pelatih dengan kondisi itu?
Ramli: Saya menyarankan para atlet untuk menggunakan perlengkapan pelindung seperti sarung tangan.
Selain itu, saya juga mengajarkan cara meningkatkan aktivitas gerak agar tubuh tetap hangat meskipun berada di lingkungan yang dingin.
Tapi memang kejuaraan ini dadakan, tidak seperti pada tahun 2010 Asian Games kami dibiasakan latihan di tempat dingin.
Jadi mau tidak mau harus beradaptasi.
Bagaimana dengan dukungan pemerintah?
Ramli: Dukungan dari pemerintah, terutama dalam hal finansial sangat diperlukan.
Terkadang, kekurangan dukungan finansial menjadi hambatan, seperti dalam hal biaya transportasi yang sangat dibutuhkan oleh atlet.
Selain itu, asupan gizi yang memadai juga menjadi hal penting yang masih perlu diperhatikan.
Kurangnya perhatian dari pemerintah dalam hal finansial dan perawatan atlet memang masih menjadi masalah yang perlu diperhatikan agar olahraga di daerah ini dapat berkembang lebih baik.
Bagaimana Sulsel mengembangkan olahraga sepak takraw?
Ramli: Orang-orang di Sulsel yang mau main takraw itu termasuk orang 'gila'.
Karena tanpa uang transport pun, mereka masih mau ikut berlatih.
Mereka bahkan meminjam uang untuk mengikuti seleksi dan latihan.
Terkadang, latihan yang berat diberikan oleh pelatih karena uang transport disisihkan untuk makanan bergizi.
Sayangnya, dukungan finansial terutama dalam hal transportasi sering menjadi kendala.
Sampai pra PON belum pernah dapatkan uang transport.
Kalau PON lalu masih ada sehingga kami pelatih masih bisa memberikan latihan yang berat.
Karena dari uang transport itulah disisihkan untuk membeli susu dan makanan bergizi.
Masalah ini merata di semua cabor?
Ramli: Permasalahan serupa terjadi di banyak cabang olahraga (cabor).
Kurangnya dukungan finansial dari pemerintah ke KONI memengaruhi suplai dana untuk berbagai cabor.
Ini terjadi pada cabang-cabang prioritas maupun non-prioritas.
Apakah masalah ini terjadi di tingkat provinsi atau kota?
Ramli: Permasalahan ini terjadi di level KONI yang mengalami kendala dalam mendapatkan suplai dana dari pemerintah.
Keterbatasan dana membuat program-program yang direncanakan sulit untuk dilaksanakan.
Bagainan dengan dukungan finansial dari Pemprov Sulsel?
Ramli: Dukungan finansial dari Pemprov Sulsel terhadap olahraga masih kurang memadai.
Hal ini memengaruhi pengembangan dan pemberian dukungan yang diperlukan untuk atlet dan pelatih.
Kendala yang biasanya dihadapi dalam mengikuti laga tingkat Internasional?
Ramli: Kembali lagi ke dana. Sejauh ini, kami telah mengikuti dua kejuaraan internasional, dan semuanya dibiayai oleh ketua PSTI Sulsel.
Baik itu tiket pesawat, penginapan, hingga makanan, semuanya dari beliau.
Bagaimana kepuasan atlet setelah meraih kemenangan di ASEAN Cup?
Ramli: ASEAN Cup tidak terkait dengan pemerintah pusat.
Tim Sulsel mendapat kesempatan untuk berpartisipasi tapi dengan biaya sendiri.
Atlet Putra yang meraih medali emas memiliki peluang besar karena mereka sudah terlatih.
Atlet yang meraih emas itu empat orang merupakan atlet ASEAN Games dan SEA Games.
Berlatih sepak takraw kapan?
Kusnelia: Mulai kelas 3 SMP. saya sekolah di SMP Baebunta Luwu Utara sebelum pindah ke Makassar SMP 14 Makassar.
Upaya menjangkau anak muda dari daerah terpencil?
Ramli: Di daerah terpencil, atlet yang terpantau bakatnya dimasukkan ke Sekolah PPLP di Sudiang, dibiayai dan dididik di sana.
Masalahnya seringkali terkait dengan keterbatasan dana. Kejurda saja masih ada daerah yang tidak ikut karena masalah dana.
Bagaimana perbedaan atlet Indonesia dan luar negeri seperti Thailand?
Ramli: Semakin sering bertanding, mental tandingnya semakin bagus.
Kalau misalnya skor berimbang dia masih bisa keluar dari tekanan. Indonesia 4 tahun sudah pasti pra-PON dan PON, tapi kejurnas tidak tahu kapan.
Kalau Thailand Kejurnas 10 tahun sekali bisa sehingga atlet baru di sana bermunculan.
Kemudian, Thailand pelatihnya pusing atlet yang mana dibuang karena prestasinya hampir sama. Kalau di Indonesia pusing atlet yang mana yang mau dipilih.
Di sana ketika atlet sudah berprestasi tingkat nasional, maka dia datang ke kantor hanya untuk menerima gaji.
Tidak perlu masuk kantor. Sama dengan Kusnelia sekarang terangkat jadi pegawai menpora tidak perlu masuk kantor tapi selalu ada laporan kalau masih berlatih.
Gambaran Kesejahteraan pelatih di Sulsel?
Bukan kami sebagai pelatih cemburu, atlet sering diapresiasi lebih besar. Bonus pun nominalnya terlalu jauh sementara pelatih cuma satu atau dua orang.
Atlet itu tidak bisa berhasil tanpa dukungan pelatih. Pelatih tiap hari berpikir apa yang harus dilakukan, tapi mungkin karena dianggap pelatih tidak berkeringat di lapangan.
Lucunya ketika atlet berhasil jadi juara maka atletlah yang hebat, tapi ketika gagal pelatihnya dikritik.
Pelatih di luar negeri kesejahteraannya luar biasa jadi mereka fokus di sana. Pelatih itu ada tiga pengorbanannya, korban waktu, korban materi, dan korban perasaan.
Kompetisi dalam waktu dekat?
Ramli: World Cup bulan Februari 2023, Asian Indoor Maret, dan Asian University Games di April dan khusus mahasiswa.
Ada perbedaan perlakuan antara sepak bola dengan cabor lain?
Ramli: Sepak bola sering mendapat perhatian lebih dibandingkan olahraga lainnya.
Perlakuan ini terkadang terasa tidak adil bagi cabang olahraga lain yang juga memiliki prestasi. Tapi mungkin karena banyak masyarakat yang menyukai bola.
Pesan untuk para calon atlet muda?
Kusnelia: Jangan pernah cepat puas, terus latihan, dan minta dukungan dari keluarga serta orang-orang terdekat.
Pesan Anda untuk pemerintah?
Ramli: Saya sangat berharap agar pemerintah memberikan perhatian lebih pada olahraga sepak takraw, terutama setelah prestasi pada PON kemarin.
Dukungan, baik dalam bentuk perhatian maupun bantuan terhadap masalah transportasi, sangatlah penting untuk meningkatkan prestasi.
Bagaimana dengan para calon atlet?
Ramli: Tetaplah berlatih secara maksimal. Hasil akan datang jika Anda konsisten dan meraih prestasi maksimal, seperti senior-senior seperti Rusdi, Hardiansa, dan Kusnelia.
Mereka sudah menikmati hasil dari latihan maksimal setiap hari.
Ketika Anda mulai melakukan sesuatu, lakukanlah dengan sepenuh hati. Jangan melakukan dengan setengah-setengah.
Berlatihlah secara maksimal karena di situlah Anda akan meraih apa yang diinginkan. Berlatih dengan maksimal adalah kunci untuk mencapai prestasi.(hasriyani latif)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/Podcast-Ngobrol-Virtual-Tribun-Timur-edisi-Selasa.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.