Saatnya Menyatukan Satu Idulfitri
Bahkan, yang paling hangat adanya antusias membuat kalender bersama secara global bagi seluruh umat Islam di muka bumi.
Oleh H. Abustan
IDULFITRI tahun 2023 tak hanya kultur saling bermaaf - maafan tetapi juga datang kultur baru perbincangan pernik - pernik politik (pilpres). Bahkan, yang paling hangat adanya antusias membuat kalender bersama secara global bagi seluruh umat Islam di muka bumi.
Keinginan itu mencuat, ketika pasca lebaran ini masih saja warga negara diselimuti perasaan ",keterbelahan" seputar rukyat dan hisab. Karena itu, sudah waktunya menyatukan kriteria hilal, terhadap Ikhwal perdebatan yang sudah berlangsung beratus tahun segera diselesaikan.
Walhasil, sehingga memasuki hari Idulfitri akan hadir suatu ketenangan dan kenyamanan yang sama (equal) seluruh umat islam dibelahan dunia. Penantian itu adalah datangnya satu hari (masa) ketika umat Islam memiliki kalender global hijriah yang seragam.
Maka, umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Fitri diwaktu yang sama. Di Indonesia merayakan idul Fitri sama dengan di waktu Arab Saudi dan negara - negara lainnya.
Muslim dan muslimah di seluruh dunia bersamaan merayakan hari kemenangan, bertakbir bersama , silaturrahim, saling kunjung-mengunjungi, pada momen hari dan tanggal yang sama.
Tentu saja, tidak seperti di tahun 2023, ketika berbuka puasa di hari ke 29, saudara kita di Muhammadiyah sudah memutuskan hari raya Idul Fitri esok harinya (Jum'at, 21 April 2023).
Sementara yang lain, di hari buka puasa ke-29 itu, masih belum pasti, apakah kementerian agama melalui sidang Islat akan juga memutuskan hari raya di hari yang sama, Jum'at 21 April 2023 , ataukah Sabtu 22 April 2023 ?.
Seperti yang kita ketahui, selesai magrib diketahui kementerian agama Indonesia memutuskan melalui sidang isbat , hari raya idul Fitri 1444 H, berbeda dengan versi Muhammadiyah. Sidang isbat memutuskan hari raya idul Fitri 2023 jatuh di hari Sabtu 22 April 2023.
Rupa - rupa dimensi perasaan yang ada pada diri saya, itulah kenyataan setiapkali menyaksikan dan/atau menunggu perayaan hari raya idul Fitri di Indonesia dalam dua versi, dalam dua hari yang berbeda.
Terusterang saja, satu sisi ada rasa bangga melihat luasnya toleransi atas perbedaan melaksanakan hari raya, Sisi lain ada rasa "terenyuh" mendengar khabar suatu keluarga merayakan idul Fitri hari ini karena ia warga Muhammadiyah, tetapi ia tak bisa sepenuhnya gembira bersama keluarga, anak, dan orang tuanya karena isterinya warga NU tulen (asli). Ia tak merayakan idul Fitri bersamanya. Hanya karena isterinya ikut hari raya versi NU (pemerintah) di esok harinya.
Oleh sebab itu, hemat saya, penentuan hari raya kiranya harus ada musyawarah di atas kebenaran "rukyat dan hisab ". Masalah ini, harus ada solusi dan ikhtiar sungguh - sungguh demi kemaslahatan umat. Itulah sebabnya, Din Syamsuddin tak diam membuat terobosan pemikiran dengan meminta "sidang isbat" ditiadakan. Menurutnya hanya habiskan anggaran negara. Lebih dari itu, sidang isbat berpotensi memecah belah umat dikarenakan kriteria ketinggian hilal harus 3 atau lebih. Padahal Rasulullah tak pernah membuat kriteria ketinggian hilal.
Meski disadari, kejadian ini tak hanya di Indonesia . Hal yang sama terjadi pada dunia muslim diseluruh zona (wilayah). Muslim di Arab Saudi dan Amerika Serikat merayakan Idul Fitri di hari Jumat 21 April 2023. Tapi muslim di Malaysia dan Australia merayakan idul Fitri di hari Sabtu, tanggal 22 April 2023.
Sekali lagi, kita bangga melihat luasnya toleransi atas perbedaan itu. Akan tetapi sekaligus juga gunda gaulana dan merenung atas perbedaan waktu tersebut.
Kini, pertanyaan dasar dan penting buat kita: perlukah dan mungkinkah suatu hari kelak umat Islam di seluruh dunia mengembangkan kalender hijriah global, sehingga jauh lebih cepat mengetahui, dan bisa bersama di tanggal / hari yang sama merayakan Idul Fitri ?
Wallahuallam bissawab
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Walillshilham
Jakarta, 23/4/2023
Sahabat Lama Bertemu di Eropa, Wamen Zulfikar Terharu dengan Dosen Arkeologi Unhas Nur Ihsan |
![]() |
---|
Ketua Muhammadiyah Makassar Harap Kapolda Sulsel baru Tidak Dimanfaatkan Oligarki |
![]() |
---|
Pengamat Ekonomi: Literasi Keuangan Kunci Tingginya Transaksi Cicil Emas di Sulsel |
![]() |
---|
Teliti Islam Berkemajuan dalam Praktik Sosial Muhammadiyah, Dosen Unismuh Raih Gelar Doktor di Unhas |
![]() |
---|
Wali Kota Tasming Hamid Dukung Implementasi Tridarma PoltekMu di Parepare |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.