Forum Dosen Tribun Timur
Syarkawi Rauf: Resesi Selalu Dimulai di Amerika, Cina, dan Eropa
Komisaris Utama PTPN VI Muhammad Syarkawi Rauf menjelaskan historis global resesi dunia di hadapan Forum Dosen Sulawesi Selatan.
Penulis: Wahyudin Tamrin | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Komisaris Utama PTPN VI Muhammad Syarkawi Rauf menjelaskan historis global resesi dunia di hadapan Forum Dosen Sulawesi Selatan.
Ia menjadi narasumber pada Dialog Forum Dosen Sulsel yang digelar secara luring di kantor Tribun Timur dan secara daring, Selasa (27/12/2022).
Syarkawi Rauf menyebutkan dari sisi historis, global resesi mengalami lima kali yakni tahun 1975, 1982, 1991, 2009, dan 2020.
"Resesi terjadi selalu dimulai dari tiga negara besar yaitu Amerika, Cina, dan Eropa. Ketika negara tersebut mengalami resesi maka pada saat itu perekonomian global memungkinkan akan memasuki periode resesi," katanya.
Akibatnya, resesi akan berdampak pada tingkat pengangguran, perdagangan melambat, hingga turunnya daya beli masyarakat.
Sehingga ketika keluar dari situasi resesi ini membuat fiskal dan moneter terlalu longgar baik di Indonesia maupun di berbagai negara.
Ini berdampak pada jumlah uang yang terlalu banyak di masyarakat.
Sementara dari sisi produksi tidak bisa mengimbangi.
Akibatnya memungkinkan terjadinya inflasi.
"Tetapi dilihat dari grafik tren pertumbuhan perekonomian dari Amerika dan Cina pada tahun 2022 sudah mulai membaik atau positif," katanya.
"Sehingga ini merupakan tanda-tanda bahwa resesi ini bukannya mendekat tapi menjauh di tahun 2023," ujarnya.
Syarkawi Rauf menyebutkan ada optimisme dari sejumlah data grafik terhadap tahun 2023 di Indonesia.
Baca juga: Idham Khalid: Setiap Krisis Lahirkan Orang Kaya
Hal tersebut dilihat dari perkembangan global dan juga adanya recovery dari Amerika dan juga Cina.
"Meskipun Eropa dianggap masih bermasalah tetapi secara makro dampak yang ditimbulkan dari krisis itu tidak terlalu berdampak krusial bagi perekonomian di Indonesia," katanya. (*)