Ridwan Saidi Meninggal
Rekam Jejak Budayawan Ridwan Saidi, dari Kontra Ahok hingga Bikin Ahmad Dhani Dewa 19 Target Teroris
Budayawan Betawi, Ridwan Saidi meninggal dunia pada usia 80 tahun, Ahad atau Minggu, 25 Desember 2022.
TRIBUN-TIMUR.COM - Budayawan Betawi, Ridwan Saidi meninggal dunia pada usia 80 tahun, Ahad atau Minggu, 25 Desember 2022.
Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di RSPI Bintaro, Tangerang Selatan, Banten.
Ridwan Saidi meninggal dunia setelah sempat kritis saat dirawat di rumah sakit.
Sebelumnya, anaknya mengabarkan jika Ridwan Saidi dalam keadaan koma karena pecah pembuluh darah di batang otak.
Ridwan Saidi, putra asli Betawi ini lahir di Jakarta, 2 Juli 1942 dari pasangan Abdurrahim dan Muhaya.
Baca juga: Profil Babe Ridwan Saidi yang Meninggal, Eks Ketua HMI dan Komite Waspada Komunisme, Pernah di DPR
Ia pernah menempuh jenjang perkuliahan di Fakultas Publistik, Universitas Padjadjaran pada tahun 1962-1963.
Sosok yang kontra dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok itu tidak menyelesaikan jejang pendidikannya di Fakultas Publistik tersebut dan pindah untuk menuntut kuliah di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (sekarang dikenal sebagai FISIP) di Universitas Indonesia pada tahun 1963-1976.
Kontroversi
Ridwan Saidi menyulut kontroversi dengan musisi Dewa 19, Ahmad Dhani dengan menyatakan Dhani sebagai kaum Yahudi sebagaimana dikutip dalam bukunya Fakta dan Data Yahudi di Indonesia: Dulu dan Kini (2006) yang ditulis bersama Rizki Ridyasmara.
Buku tersebut menilai Ahmad Dhani merupakan seorang pengikut Yahudi lantaran banyaknya lambang-lambang Yahudi dalam album Ahmad Dhani dan Dewa 19.
Namun, menjawab klaim tersebut Ahmad Dhani mengatakan itu adalah hal yang biasa.
Lagi pula ia menganggap semua gambar itu adalah karya seni.
Akibat dari buku tersebut, Ahmad Dhani kemudian mendapat kiriman bom buku yang diterima pada Selasa, 15 Maret 2011, yang ditujukan ke kantor Republik Cinta Management (RCM).
Namun, paket baru dibuka pada Kamis, 17 Maret 2011.
Buku berisi bom itu lalu diledakkan Tim Gegana.
Buntut dari bom tersebut, Ahmad Dhani melaporkan Ridwan Saidi dan Rizki Ridyasmara sebagai pengarang buku yang memuat klaim salah terhadap Ahmad Dhani tersebut.
Ahmad Dhani menganggap buku tersebut yang menyebabkan dirinya menjadi target teroris.
Tafsiran eksistensi kerajaan Indonesia
Pernyataan Ridwan Saidi mengenai 'tafsiran sejarah' eksistensi sejumlah kerajaan di Indonesia menuai protes.
Ucapan Ridwan Saidi ini terdapat dalam sebuah video berdurasi 15 menit yang diunggah oleh akun Macan Idealis.
Pertama, video berjudul "MENGEJUTKAN !! Babe Ridwan Saidi Beberkan Mengenai Keberadaan Kerajaan Sriwijaya" diunggah 23 Agustus 2019.
Video kedua berjudul "GEGER !! Terbongkar Ternyata Sriwijaya Hanyalah Bajak Laut, dan Banyak Kerajaan Fiktif di Indonesia" diunggah 25 Agustus 2019.
Dalam video tersebut, Ridwan Saidi tampak menjawab sejumlah pertanyaan Vasco Ruseimy yang merupakan mantan Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo - Sandi.
Dalam wawancara ini, Ridwan Saidi mengatakan Kerajaan Sriwijaya adalah fiktif.
Bahkan, ia mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah bajak laut.
Ridwan Saidi juga menampik bukti-bukti sejarah Kerajaan Sriwijaya.
Pernyataan itu lantas menuai protes, karena dinilai menyinggung masyarakat Palembang, tempat di mana kerajaan Sriwijaya pernah berdiri.
Pemerintah Kota Palembang pun mengungkapkan kekecewaannya.
Sementara itu, budayawan Sumatera Selatan, Erwan Suryanegara menilai Ridwan Saidi salah, karena bajak laut marak justru setelah Sriwijaya runtuh.
Namun, Ridwan Saidi mempersilakan orang yang mengkritik pendapatnya terkait Kerajaan Sriwijaya tersebut.
Ia juga mengaku semua pemaparannya tersebut dari proses penelitian sejarah yang lama, dengan sumber buku seperti The Timetables of History: A Horizontal Linkage of People and Events oleh Bernard Grun, Historica oleh Josephus dan Geographia oleh Claudius Ptolemaeus, yang ditulis tahun 161 M.
Masih dalam video yang sama, Ridwan Saidi juga berbicara soal Kerajaan Tarumanegara.
Sama seperti Kerajaan Sriwijaya, Ridwan Saidi juga menyebut Kerajaan Tarumanegara itu fiktif.
Ridwan Saidi menilai hal ini adalah kesalahan arkeolog seperti Poerbatjaraka yang mengira prasasti-prasasti yang ada di Jawa bagian barat dan Jawa Tengah berbahasa Sanskerta dan beraksara Palawa, menilai bahwa prasasti tersebut berbahasa Hindi-Khmer.
Arkeolog Universitas Indonesia (UI) Ninny Soesanti Tedjowasono menjelaskan bahwa sebagai seorang epigraf, Ninny memastikan bahasa yang digunakan di Prasasti Tugu, salah satu prasasti Kerajaan Tarumanegara adalah berbahasa Sanskerta, bukan berbahasa Hindi-Khmer seperti yang dikatakan Ridwan Saidi.
Ridwan Saidi kemudian kembali membuat pernyataan kontroversial.
Ridwan Saidi menyebut bahwa tidak ada kerajaan di Ciamis, Jawa Barat.
Selain itu, ia menilai bahwa terdapat salah penamaan pada Kerajaan Sunda Galuh.
Pernyataan ini terdapat dalam video berdurasi 12 menit 31 detik dengan judul "GEGEER !! TERNYATA KERAJAAN KERAJAAN DI INDONESIA SANGAT DITAKUTI DI DUNIA " yang diunggah 12 Februari 2020.
Dia masih ditemani oleh Vasco.
Menurutnya kata Galuh berasal dari bahasa Armenia yang berarti brutal. Ucapan Ridwan tersebut mendapat respon dari sejumlah tokoh hingga unsur masyarakat Ciamis.
Ia diminta datang untuk melihat langsung berbagai bukti sejarah terkait kerajaan di Ciamis.(*)
Baca berita terbaru dan menarik lainnya di Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita