Erick Thohir Pernah Jabat Ketua Panitia Asian Games 2018, Pengamat Politik: Modal Jadi Cawapres
Ray menjelaskan, Erick Thohir sebelumnya sudah mempunyai kinerja yang baik di bidang olahraga dan pemerintahan. Makanya, elektabilitasnya meningkat.
Pengusulan calon pemimpin berdasarkan suku tidak relevan
Dalam Talkshow Series Memilih Damai, Ray Rangkuti mengatakan bahwa dia tidak terlalu percaya pada pengusulan calon pemimpin berdasarkan suku.
"Saya tidak terlalu percaya masa depan soal suku dari Jawa, karena saya melihatnya saat ini sudah cair sekali. Kalau Jawa karena faktor penduduknya karena banyak banget seperti itu," ujar Ray.
Menurutnya, pada Pemilu 2024, masalah atau isu kesukuan tidak lagi relevan bagi masyarakat.
"Berdasarkan Survei Kedai Kopi 2021 lalu, dinyatakan sebesar 67 persen sudah tidak peduli terhadap asal sukunya. Kalau diurut belakang lagi, berdasarkan lembaga survei Parameter Politik Indonesia yang memilih agama dan suku itu kecil," ucapnya.
Ia melanjutkan lembaga survei juga menilai, pemilih akan memilih pemimpin jika memiliki kedekatan dengan masyarakat dan jelas program ke depannya. Contoh yang dimaksud adalah Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto.
"Waktu itu saya di Solo Jawa Tengah, bertanya kepada teman, Ganjar bisa menang suara 80-100 persen. Alasannya karena ia selalu menyapa masyarakat kalau pergi ke mana-mana. Jadinya (elektabilitas) tinggi," ungkap Ray.
Anies Baswedan, lanjut dia, sudah melakukan safari politik ke sejumlah daerah di Indonesia.
"Anies sudah ke mana-mana, sudah melonjak persenmya ya dibanding Prabowo Subianto," ujar Ray.
Sebagai informasi, selain Ray, narasumber lain yang dihadirkan adalah Dekan Fakultasi Ilmu Sosial Politik (FISIP) Universitas Indonesia Prof Semiarto Aji Purwanto, Dekan FISIP Universitas Al-Azhar Heri Herdiawanto, Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu, dan putri proklamator Mohammad Hatta, Prof Meutia Farida Hatta.
pada kesempatan itu, Prof Semiarto Aji Purwanto meyakini bahwa isu identitas masih relevan digunakan menjelang Pemilu 2024.
"Masih relevan masalah politik identitas. Identitas suku bangsa, agama, daerah asal, efektif sekali dimainkan. Walaupun demikian, zaman sekarang banyak masyarakat modern yang lebih mementingkan keterampilan dan keahlian," ucap Aji.
Prof Meutia Farida Hatta mengaku bahwa sang ayah, Bung Hatta, sudah terbiasa dengan kemajemukan bangsa Indonesia.
"Ayah saya, Bung Hatta, bersumpah tak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Soekarno kemudian menjodohkan Bung Hatta sebelum memproklamasikan kemerdekaan. Masa wakil presiden tak mempunyai istri," ungkap Meutia.
Setelah menikah pun, imbuh dia, Bung Hatta banyak bertemu orang-orang penting yang berasal dari suku dan agama yang berbeda-beda.