Festival Seni
Pertunjukan Sendratari 'Karaeng Naba' Bius Pecinta Seni di Gedung Kesenian
Festival Seni pertunjukan menjadi wadah untuk mengenalkan kekayaan budaya lokal agar kebudayaan kita lebih dikenal.
Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Hasriyani Latif
Cerita dalam SNBK menautkan sosok sang tokoh dengan tokoh-tokoh utama lain dalam sejarah Kerajaan Gowa-Tallo yang eksodus ke Jawa pasca-perjanjian Bongaya tahun 1669.
Karena dalam narasi keberadaan Daeng Naba ini dinyatakan cukup kompleks, akibat dirangkum dari berbagai sumber, maka narasi pun menjadi tidak linear.
Tak ada tokoh khusus dengan nama tertentu. Meski demikian tentu ada satu figur yang mewakili sosok Daeng Naba.
Tapi ia tidak hadir menjadi tokoh yang utuh melainkan berlapis.
Dalam garapan ini disebut sebagai manusia yang hijrah dari Bugis-Makassar menuju Jawa atau manusia hybrid.
Yakni seseorang yang mengalami proses perjalanan menjadi manusia baru.
Hal itu terungkap dalam kajian dramatur Arham Rahman.
Karena SKBN bertema literal, maka design dramatik dalam komposisi tari ini menyasar pada tujuan tertentu.
Yakni menggunakan cerita untuk menyampaikan pesan-pesan khusus bermuatan kearifan lokal maupun universal melalui gerak dan minim teks.
Koreografi SKBN mengandalkan gerakan-gerakan anggota tubuh penari yang tampil seirama dan bercerita.
Disertai ekspresi jiwa manusia yang dipandu oleh imajinasi untuk menampilkan bentuk tertentu melalui media gerak yang simbolis.
Landasan cipta koreografer Ariayanti Sultan menggunakan pendekatan kontemporer.
Sehingga ia relatif lebih bebas dalam mengadopsi berbagai gerak dari genre tari yang sudah ada. .
Demikian pula dengan tata kostum dan makeupnya yang minimalis dikerjakan oleh Amay dan Wahyuni.
Tampilan SNBK diolah untuk menjelajah keindahan unsur gerak,pemanfaatan ruang, komposisi, durasi waktu yang terukur, serta penggunaan tenaga dan emosi diiringi komposisi musik.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/Cuplikan-seni-tari-dalam-Pertunjukan-Sendratari-Karaeng-Naba-SKNB.jpg)