Sosok Guru Ngaji Anne Ratna yang Disoroti Dedi Mulyadi Sejak Proses Cerai? Umrah Tanpa Izin Suami
Anne Ratna menjalani ibadah umrah bersama keluarga besar Cianjur dan guru ngaji, tanpa izin Dedi Mulyadi.
TRIBUN-TIMUR.COM - Siapa sosok guru ngaji Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika yang sering disebut anggota DPR Ri Dedi Mulyadi?
Sosok guru ngaji Anne Ratna Mustika sempat disoroti Dedi Mulyadi karena tak mengajarkan muridnya untuk taat pada suami.
Dedi Mulyadi mempertanyakan sikap sang guru ngaji Anne Ratna dalam konflik rumah tangga mereka.
Anne Ratna menjalani ibadah umrah bersama keluarga besar Cianjur dan guru ngaji, tanpa izin Dedi Mulyadi.
Anne Ratna Mustika dan Dedi Mulyadi menikah pada tahun 2003.
Dari pernikahannya, Dedi Mulyadi dan Anne Ratna Mustika memiliki dua orang anak.
Kini proses perceraian Anne dan Dedi Mulyadi sedang bergulir di Pengadilan Agama Purwakarta.
Kini sudah dalam tahap mediasi di Pengadilan Agama Purwakarta.
Dedi Mulyadi menyebut Anne Ratna Mustika sebagai istri yang baik.
Hanya, menurut dia, Ambu Anne terlalu sayang kepada keluarganya dan sangat hormat dan patuh pada guru ngajinya.
“Saya sebenarnya menghadapi seorang istri yang baik. Menurut saya embu itu adalah istri yang baik, cuma embu itu sayang terhadap keluarganya kemudian sangat hormat dan patuh pada gurunya.
Itu yang menjadi sesuatu barangkali kegelisahan dia antara ketaatan pada guru dan ketaatan pada suami,” kata Kang Dedi seperti diberitakan TribunJabar, Rabu (16/11/2022).
Dedi lantas menyayangkan sikap guru ngaji istrinya yang tak bersikap untuk mendamaikan perselisihan rumahtangganya.
Ia juga menyinggung saat Ambu Anne umrah bersama keluarga tanpa seizinnya.
“Guru ngajinya seharusnya bertanya pada saya sebagai suami, ini istrinya mau pergi dengan saya bagaimana, boleh atau tidak. Tugas guru ngaji itu mendamaikan bukan memberikan hukuman pada seseorang."
"Jadi misal ada murid di pengajiannya bermasalah, tugas guru ngaji mendamaikan, telepon saya ‘ini istrinya ngadu ini’, begitu. Bukan sekadar ngasih air doa agar anaknya lupa sama bapaknya, itu tidak boleh,” keluh Dedi Mulyadi.
Terkait tuduhan KDRT psikis, Kang Dedi menjelaskan berdasarkan undang-undang. Di situ disebutkan ciri wanita atau istri yang mengalaminya.
Pertama, kata Dedi, adalah murung secara terus menerus, kedua kehilangan kepercayaan diri dan terakhir tidak bisa mengambil keputusan.
Jika dilihat dari hal tersebut, tentu saja Neng Anne yang kini menjadi Bupati Purwakarta tidak mengalami ketiga ciri tersebut.
“Pertanyaannya adalah, apakah ada tanda-tanda itu pada embu Anne? Murung terus, tidak bisa mengambil keputusan, kehilangan percaya diri, menurut saya terbalik, embu sebagai bupati saat ini justru sangat pede (percaya diri),” terang Dedi.

Kang Dedi juga mempertanyakan apa yang kurang dari sisi ekonomi keluarga.
Menurutnya semua sudah tercukupi terlebih Neng Anne sebagai bupati banyak difasilitasi oleh negara mulai dari makan, minum, mobil, pakaian hingga ajudan.
Kemudian, kata Dedi, ketiga anaknya hidup serba berkecukupan. Anak pertamanya sebentar lagi menyelesaikan kuliah di salah satu PTN di Bandung.
Begitu juga anak keduanya yang baru masuk PTS di Bandung dibiayai oleh Kang Dedi.
“Anak yang paling besar sudah hampir selesai di Unpad, yang kedua masuk di Unpar fakultas hukum biayanya dari mulai uang masuk sampai biaya kos saya yang jamin, yang bungsu lagi lucu-lucunya diasuh oleh Teh Elis, biaya pengasuhannya gaji tiap bulannya saya yang menjamin, karena tanggung jawab saya sebagai kepala keluarga,” kata Kang Dedi.
Tidak hanya itu sejumlah aset keluarga pun sangat mencukupi untuk anak cucu. Seperti di Pasawahan yang menjadi rumah keluarga dan tempat anak-anak dibesarkan. Begitu juga rumah di Wanayasa yang juga sangat layak.
“Itu saya urus tiap hari dan bayar pajak juga listrik yang setiap bulannya lebih dari Rp 20 juta, itu saya yang bayar.
Di situlah hidup saling bersama, saling berbagi, urusan beras sudah ditanggung negara, urusan lain saya yang nanggung termasuk aset-aset anak saya untuk masa depan,” ucapnya.
Sebagai pemimpin, lanjut Dedi, sudah sepatutnya tidak lagi memikirkan diri sendiri.
Namun yang lebih penting seorang pemimpin harus memikirkan kepentingan rakyat yang mana saat ini masih banyak mengalami kesusahan mulai dari PHK hingga urusan usia muda menjadi PSK untuk menyambung hidup.
“Itu yang harus kita pikirkan. Karena pemimpin itu sudah tidak boleh lagi memikirkan dirinya. Pemimpin itu ditugaskan memikirkan rakyat,” kata Dedi.
Anne cerita soal gugatannya
Ditemui seusai sidang, Ambu Anne menjelaskan soal pokok materi gugatan.
Pertama adalah soal rumah tangganya yang ia anggap mengalami permasalahan sejak beberapa tahun belakangan.
“Sehingga jalan akhirnya gugatan cerai,” kata Anne.
Menurutnya perselisihan terjadi karena soal manajemen keuangan rumah tangga yang dianggap tidak terbuka.
Kemudian Kang Dedi dianggap tidak memberikan nafkah lahir dan batin padanya. Terakhir, Anne merasa mengalami kekerasan verbal atau KDRT secara psikis.
“Itu yang menyebabkan perselisihan terus menerus dalam rumah tangga kami. Sehingga tadi mediasi tidak ada kesepakatan dan langsung masuk ke pokok perkara,” katanya.
Gugatan Cerai
Gugatan cerai itu dilayangkan Anne Ratna Mustika pada 19 September 2022 lalu.
Hari ini, Rabu, Dedi Mulyadi datang ke Pengadilan Agama Purwakarta dengan diantar oleh seorang tukang ojek online.
Sesampainya di pengadilan, Kang Dedi kemudian masuk ke ruang mediasi.
Di tempat tersebut sudah hadir Anne Ratna Mustika selaku pihak yang menggugat cerai.
Tak lama mediasi pun dilanjut ke materi sidang pokok perkara. Ini merupakan sidang kelima.
Ditemui seusai sidang, Neng Anne menjelaskan soal pokok materi gugatan.
Pertama adalah soal rumah tangganya yang ia anggap mengalami permasalahan sejak beberapa tahun belakangan.
Singgung soal guru ngaji
Terakhir, Kang Dedi juga berbicara tuduhan Neng Anne soal syariat Islam.
Terkait hal tersebut Kang Dedi yang juga aktif di berbagai organisasi Islam seperti HMI balik mempertanyakan soal syariat Islam.
Ia mempertanyakan, Neng Anne pergi umrah bersama keluarga termasuk anak keduanya dan guru ngajinya tidak meminta izin terlebih dahulu pada Kang Dedi yang masih berstatus suami.
Neng Anne pergi umrah pada 9 November lalu.
Saat itu, Neng Anne menyatakan pergi umrah selama lima hari.
“Dan guru ngajinya seharusnya bertanya pada saya sebagai suami, ini istrinya mau pergi dengan saya bagaimana boleh atau tidak. Tugas guru ngaji itu mendamaikan bukan memberikan hukuman pada seseorang."
"Jadi misal ada murid di pengajiannya bermasalah, tugas guru ngaji mendamaikan, telepon saya ‘ini istrinya ngadu ini’, begitu."
"Bukan sekadar ngasih air doa agar anaknya lupa sama bapaknya, itu tidak boleh,” kata Kang Dedi Mulyadi.
Setelah melayani pertanyaan wartawan, Kang Dedi Mulyadi pun langsung meninggalkan Pengadilan Agama Purwakarta menggunakan ojek online yang dari awal mengantarnya.
Perjalanan Umrah Anne Ratna
Anne Ratna Mustika menjalani ibadah umrah bersama keluarga besar Cianjur, serta anaknya Yudistira pada Rabu (9/11/2022).
"Saya mohon izin dan mohon maaf lahir batin karena saya akan menjalankan ibadah umrah pada esok Rabu (9/11) hingga Senin (14/11/2022)," katanya.
Neng Anne menegaskan bahwa ibadah umrah tidak ada kaitannya dengan gugatan cerai terhadap Dedi Mulyadi.
"Umrah itu atas kecintaan saya terhadap Allah dan Rasulullah."
Anne mengatakan rencana umrah sudah lama sejak sebelum pandemi. Umrah ter-cancel karena adanya pandemi.
"Anak saya yang besar Yudistira akan ikut saya untuk umrah."
"Yang kecil (Nyi Hyang) sudah bersama pengasuhnya kemarin untuk ikut ayahnya (Dedi Mulyadi) ke Subang."
"Saya juga berangkat bersama keluarga besar dari Cianjur sebanyak 13 orang," ucapnya.
Selama Neng Anne berangkat ibadah umrah, tugas Bupati Purwakarta akan dipimpin oleh H Aming, Wakil Bupati Purwakarta.
"Ia akan bertugas sebagai petugas pelaksana harian (Plh) Bupati Purwakarta," kata Neng Anne.
Setelah menjalankan ibadah umrah, Neng Anne akan kembali menjalani sidang gugatan cerai di PA Purwakarta pada Selasa (16/11/2022).
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Naik Ojol ke Sidang Gugat Cerai, Kang Dedi Mulyadi Jawab Semua Tuduhan dengan Santai