Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Rusia vs Ukraina

Mengenal Artikel 4 NATO, Perang dengan Rusia Bisa Pecah Jika Polandia Benar Diserang Moskow

Hubungan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau Nato dengan Federasi Rusia memanas lagi setelah serangan roket buatan Soviet.

Editor: Sudirman
Youtobe Tribun Timur
Hubungan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau Nato dengan Federasi Rusia memanas lagi. Ini menyusul sebuah serangan roket buatan Soviet mengenai wilayah Polandia, 15 November. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Hubungan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO dengan Federasi Rusia memanas lagi.

Ini menyusul sebuah serangan roket buatan Soviet mengenai wilayah Polandia, 15 November.

Serangan membuat 2 warga sipil Polandia meninggal.

Serangan ini membuat Polandia sedang mengkaji mengajukan permintaan resmi ke nato untuk mengaktifkan artikel nomor 4 Nato.

Polandia sedang memverifikasi apakah perlu meminta konsultasi berdasarkan Pasal 4 perjanjian aliansi militer NATO, kata seorang juru bicara pemerintah pada hari Selasa (15/11/2022) dikutip dari reuters.

Amerika Serikat dan sekutu Barat mengatakan mereka sedang menyelidiki tetapi tidak dapat mengkonfirmasi laporan pada hari Selasa bahwa ledakan di desa Przewodow disebabkan oleh rudal Rusia yang meleset.

Pada hari bersamaan, Rusia melancarkan serangan rua besar-besaran ke Kiev.

Kementerian Pertahanan Rusia melalui pernyataan resminya membantah rudal di wilayah polandia miliknya.

Rusia tidak ada kaitan sama sekali dengan rudal di Polandia, demikian pernyataan resmi Rusia dirilis kementerian pertahanan dan kementerian luar negeri Rusia.

Serpihan rudal yang dipublikasikan media massa Polandia sama sekali tak terkait dengan Federasi Rusia.

"Beberapa saat yang lalu kami memutuskan untuk memverifikasi apakah ada alasan untuk meluncurkan prosedur berdasarkan Pasal 4 Perjanjian Atlantik Utara," kata juru bicara pemerintah Polandia Piotr Muller kepada wartawan

Pasal 4 mengizinkan anggota Nato untuk membawa masalah apa pun yang menjadi perhatian, terutama mengenai keamanan, untuk dibahas di Dewan Atlantik Utara.

Muller juga mengatakan Polandia meningkatkan kesiapan beberapa unit militer, namun menolak untuk menjawab pertanyaan termasuk tentang penyebab insiden tersebut.

"Diputuskan beberapa saat yang lalu untuk meningkatkan kesiapan beberapa unit militer tempur di Polandia dan untuk meningkatkan kesiapan tempur unit lain dari dinas berseragam di negara kita," katanya.

Dari kiev, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan akan membantu Polandia dan Nato memerangi Rusia.

"Sekali lagi, serangan ini menyerang kedaulatan kita semua," kata Zelenskiy.

Awal Mula Konflik Rusia vs Ukraina

Konflik Rusia Ukraina memasuki hari 153 Jumat (4/11/2022).

Rusia menyerang Ukraina dalam apa yang bisa menjadi awal perang di Eropa atas tuntutan Rusia untuk mengakhiri ekspansi NATO ke arah timur.

Invasi Rusia terjadi 24 Februari 2022 lalu.

Perang antara Ukraina dan Rusia bermula karena munculnya konflik di antara keduanya. Situasi mulai tidak terkendali sejak awal 2021.

Pada Januari 2021, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mendesak Presiden Amerika Serikat, Joe Biden untuk membiarkan Ukraina bergabung dengan NATO.

Hal ini membuat marah Rusia dan akhirnya mulai mengirim pasukan di dekat perbatasan Ukraina untuk "latihan" pada musim semi tahun lalu dan meningkatkannya selama musim gugur.

Pada Desember 2021, Amerika Serikat juga mulai memperingatkan pengerahan pasukan Rusia.

Presiden Biden memperingatkan sanksi berat jika Rusia menginvasi Ukraina.

Sementara itu, Rusia menuntut agar Barat memberikan jaminan yang mengikat secara hukum bahwa NATO tidak akan mengadakan kegiatan militer apa pun di Eropa Timur dan Ukraina.

Presiden Rusia, Vladimir Putin mengklaim Ukraina adalah boneka Barat dan bagaimana pun tidak pernah menjadi negara yang layak.

Dikutip dari Instagram @bbcnews, pemerintah Rusia pun memilih untuk menyerang Ukraina, yang resmi disampaikan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin sejak kemarin (24/2/2022).

Putin resmi menginvasi Ukraina dalam skala penuh dan mengumumkan invasi tersebut dalam pidato yang disiarkan televisi.

Rusia melancarkan serangan militer besar-besaran di negara Ukraina, melintasi perbatasannya dan membom sasaran militer.

Dikatakan bahwa tujuan serangan Rusia ke Ukraina adalah untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina.

Putin juga menegaskan bahwa siapa pun yang mencoba ikut campur akan mendapat balasan yang akan "mengakibatkan konsekuensi yang belum pernah dialami dalam sejarah".

Sejarah Ketegangan Rusia vs Ukraina

Ini bukan pertama kalinya ketegangan antara Rusia dan Ukraina terjadi dan memuncak.

Rusia telah menginvasi Ukraina pada 2014 ketika pemberontak yang didukung oleh Presiden Putin telah merebut sebagian besar wilayah timur Ukraina dan telah memerangi tentara Ukraina sejak saat itu. Pada saat itu, Rusia telah mencaplok Krimea.

Sebagai bekas republik Soviet, Ukraina memiliki ikatan sosial dan budaya yang mendalam dengan Rusia, dan bahasa Rusia digunakan secara luas di sana, tetapi sejak Rusia menginvasi pada 2014, hubungan tersebut telah rusak.

Dikutip dari ndtv.com, Rusia menyerang Ukraina ketika presidennya yang pro-Rusia digulingkan pada awal 2014 dan perang di timur itu telah merenggut lebih dari 14.000 nyawa.

Rusia dan Ukraina telah menandatangani perjanjian damai Minsk untuk menghentikan konflik bersenjata di Ukraina timur, termasuk wilayah Donbas.

Namun karena konflik terus berlanjut, Rusia menyatakan akan mengirim pasukan ke wilayah di mana konflik sedang terjadi.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved