Festival Budaya
Bandosen Tarian Masanda Pentas di Festival Budaya Toraja Utara
Tomina, Sam Barumbun mengatakan tarian ini adalah sebuah tarian yang terinspirasi dari sepasang insan yang saling mencintai.
Penulis: Kristiani Tandi Rani | Editor: Muh. Irham
TORAJA, TRIBUN-TIMUR.COM - Tarian khas Masanda, Tana Toraja mewarnai Festival Budaya di Lapangan Bakti Toraja Utara. Rabu (9/11/2022).
Tarian khas Masanda ini bernama Bandosen, yaitu tarian yang berasal dari kata bonde yang artinya penyakit.
Tomina, Sam Barumbun mengatakan tarian ini adalah sebuah tarian yang terinspirasi dari sepasang insan yang saling mencintai.
"Berdasarkan tradisi lisan yang beredar, menuturkan bahwa gerakan dalam tarian ini terinspirasi dari sepasang kekasih yang saling mencintai," katanya pada Tribun Timur.
Ia menceritakan dalam tarian ini terdapat sebuah kisah seorang kekasih yang pergi tanpa permisi pada kekasihnya, dan pada saat ia kembali ia menemui kekasihnya sakit.
"Suatu waktu sang lelaki berangkat meninggalkan kampung halamannya tanpa sepengetahuan kekasihnya, setelah kembali dari perantauan ia mendapati kekasihnya dalam keadaan sakit, sembari menjaga kekasihnya itu ia selalu membunyikan seruling (tulali)," tuturnya.
Dalam tarian ini terdapat delapan gerakan yang masing-masing gerakan memiliki makna tersendiri.
"Ada beberapa gerakan yaitu io-io, sayotakin, londong mengkotok, toloppo, ma'ledo-ledo pa'pak, batta-batta (pandoto), pa'papa," ujarnya.
Inti asal muasal tarian ini adalah, dari sebuah ritual pengobatan yang seiring berkembangnya inovasi masyarakat kemudian dijadikan sebagai salah satu jenis tarian.
"Bandosan merupakan sebuah ritual pengobatan penyakit yang kemudian ditransformasikan menjadi suatu tarian," jelasnya. (*)