Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PSM Makassar

Syamsuddin Umar Bertemu Bernardo Tavares, Sampaikan Optimisme Juara untuk PSM

Pelatih yang bawa PSM juara Liga Indonesia 1999-2000 ini menyampaikan kepada Tavares bahwa PSM adalah tim aneh.

Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Saldy Irawan
DOK PRIBADI
Pengamat sepak bola, Syamsuddin Umar. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Legenda PSM Makassar, Syamsuddin Umar bertemu dengan Pelatih PSM, Bernardo Tavares pada perayaan HUT 107 PSM di Lapangan Bosowa Sport Center (BSC), Jl Teuku Umar, Kota Makassar  pada Rabu (2/11/2022).

Pelatih yang bawa PSM juara Liga Indonesia 1999-2000 ini menyampaikan kepada Tavares bahwa PSM adalah tim aneh.

Sebab, lebih tua dari induknya, PSSI. PSM terbentu 2 November 1915. Sedangkan PSSI terbentuk  pada 19 April 1930.

Makanya, klub kebanggaan masyarakat Sulsel ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki tim lain.

"PSM tetap eksis karena menjadi jati diri Sulsel. PSM ada di otak, hati dan harga diri Sulsel," ucapnya saat ditemui pada Rabu (2/11/2022) sore.

Syamsuddin Umar melihat, PSM bisa juara di tangan pelatih asal Portugal.

Sisa bagaimana menjaga kualitas dan performa bagus selama ini. Willem Jan saat belum terkalahkan di sepuluh pertandingan. Bertengger di peringkat tiga klasemen dengan 22 poin.

Torehan ini jangan sampai membuat terlena. Harus persiapkan tim lebih matang lagi.

"Di tangan Tavares bisa membawa juara, ada kelihatan menuju ke sana (juara). Namun, jangan sampai terlena dengan persepakbolaan sekarang. Harus persiapkan tim lebih matang lagi," tutur eks asisten pelatih Timnas Indonesia ini.

Syamsuddin mengatakan, Tavares menyebut ada beberapa tim berbahaya di Indonesia. Namun, mantan Kadispora Sulsel ini menimpali dengan tidak ada tim berbahaya.

Menurutnya, yang berbahaya itu jika tim hadapi faktor non teknis.

Tavares pun ingin meraih gelar juara bersama PSM. Syamsuddin Umar pun mendukung keinginan juru taktik 42 tahun itu.

"Dia (Tavares) berharap mau juara juga. Kita harus juara, karena PSM itu harga diri masyarakat Sulsel," tegasnya.

"Dan kita punya filosofi. Filosofi kita itu keras, cepat dan berseni. Keras bukan kasar, cepat bukan berarti monoton dan berseni, tapi bukan tari-tarian, melainkan dalam sepak bola harus diaransemen sedemikian rupa supaya jadi tontonan yang enak," terangnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved