Tribun Bisnis
Market Intelligence Jadi Kunci Perusahaan Hadapi Krisis Ekonomi dan Resesi 2023
Ketidakstabilan geopolitik yang dipacu adanya perang Rusia-Ukraina telah berdampak pada inflasi
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Abdul Azis Alimuddin
TRIBUN-TIMUR.COM, JAKARTA - Market Intelligence jadi kunci perusahaan hadapi krisis ekonomi dan resesi pada tahun 2023.
Hal ini disampaikan Chairman MarkPlus Corp, Hermawan Kartajaya dalam Webinar Series dengan tema Market Intelligence in Post Normal Era, Kamis (20/10/2022) malam.
Hermawan menjelaskan, permasalahan makro ekonomi yang melanda dunia saat ini berdampak besar pada keberlangsungan bisnis di berbagai sektor.
Ketidakstabilan geopolitik yang dipacu adanya perang Rusia-Ukraina telah berdampak pada inflasi, rusaknya rantai pasokan, hingga krisis energi.
Makanya, para pemasar harus memahami isu makro ekonomi. Gunakan sumber kredibel seperti IMF, ADB, dan simpulkan tindakan yang harus industri dihadapi.
Apa lagi, tingginya suku bunga juga berdampak pada menurunnya daya beli dan harga komoditas.
Hermawan memberi panduan serta strategi yang bisa diterapkan pemasar dan pemangku kepentingan hadapi tantangan yang ada. Utamanya, di tengah gelapnya ekonomi global.
“Menghadapi pertempuran yang ada, peran marketing bukan komunikasi atau berjualan, tapi bagaimana memenangkan persaingan," katanya.
Dengan prediksi ekonomi akan melambat, perusahaan harus tetap bertumbuh meski tidak pesat seperti di kondisi normal.
Ia pun mendorong perusahaan untuk segera berinvestasi pada reformasi perusahaan.
"Saat ini perlu berlomba untuk reformasi saat dunia masih di era recovery. Dengan reformasi perusahaan akan grow lebih pesat daripada kompetitor-kompetitornya," sebut Hermawan.
Walau akan terjadi perlambatan ekonomi, menurutnya, masyarakat tidak perlu takut dengan resesi. Sebab, Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyamakan, risiko Indonesia menghadapi resesi hanya tiga persen.
Tidak seperti negara di Eropa yang mencapai 70 persen.
“Yang paling bagus adalah posisi Anda di atas kompetitor, di atas industri, dan di atas ekonomi," ujarnya.
Untuk mengoptimalkan reformasi perusahaan, pemasar perlu mempertajam market intelligencenya. Salah satunya dengan memanfaatkan AI untuk mendukung aktivitas perusahaan sehingga dapat menghasilkan revenue jangka panjang.
Perusahaan perlu memiliki intelegensi agar mengetahui persis seperti apa sentimen konsumen.
Selain dengan AI, juga harus dilebur dengan kemanusiaan. Bagaimana pun, keputusan tidak bisa diserahkan ke mesin, keunikan pemikiran manusia yang akan membedakan dengan setiap kompetitornya.
“Jika Anda ingin memenangkan persaingan meski skala Anda kecil, gunakan market intelligence," sebut Hermawan.
Bagi Hermawan, para pemasar perlu memanfaatkan marketing for good, bukan memanfaatkan teknologi sebagai suatu alat yang berbahaya.
Melainkan membawa pemasaran pada hal yang berharga seperti perdamaian, keberlanjutan dan kemanusiaan.
“Penggunaan AI dan market research sudah sangat dipengaruhi oleh mesin. Bagaimana pun, manusia tetap perlu berperan dengan mindful dan bijaksana secara emosional sebagai pembuat keputusan," jelasnya.
Ia menekankan, pemasar perlu bersiap untuk memanfaatkan sumber daya ke tujuan yang tepat.
Maka dari itu entrepreneurship dan leadership sebagai bagian dari konsep CIEL (Creativity, Innovation, Entrepreneurship, dan Leadership)
diperlukan agar pemasar tetap bijaksana dalam menghadapi AI.
Konsep ini dikemas dalam buku Entrepreneurial Marketing yang ditulis oleh Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, Hooi Den Huan, dan Jacky Mussry.
Sementara untuk memperkuat strategi market intelligence suatu perusahaan, pemasar dapat terlebih dahulu menganalisa competitor intelligence, product intelligence, pemahaman pasar dan pemahaman pelanggan.
Untuk diketahui episode tiga HKWEBSERIES tahun ini dihadiri lebih dari 1000 peserta yang menandai semangat para pemasar untuk memahami peta persaingan dalam menghadapi persaingan dan krisis menuju 2030, dengan market intelligence.