Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tragedi Kanjuruhan

Polisi Mengelak tapi Mahfud MD Ungkap Jatuhnya Korban Tragedi Kanjuruhan Disebabkan Gas Air Mata

Pernyataan TGIFF Tragedi Kanjuruhan ini sekaligus membantah pernyataan pihak Kepolisian beberapa waktu lalu.

Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM
Ketua Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan Mahfud MD menegaskan tembakan gas air mata menjadi penyebab tewasnya 131 orang. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan menegaskan jatuhnya korban jiwa pada peristiwa tersebut disebabkan tembakan gas air mata.

Pernyataan TGIFF Tragedi Kanjuruhan ini sekaligus membantah pernyataan pihak Kepolisian beberapa waktu lalu.

Ketua TGIFF Tragedi Kanjuruhan Mahfud MD memastikan bahwa gas air mata yang menjadi penyebab utama.

Hal ini disampaikan Mahfud MD saat menggelar konfrensi pers hasil investigas TGIPF yang disiarkan langsung melalui youtube Sekretariat Presiden, Jumat (14/10/2022) sore.

Seluruh hasil dari temuan TGIPF akan diserahkan kepada Presiden Joko Widodo untuk tindak lanjutnya.

Menurut Mahfud MD TGIPF menemukan fakta yang cukup mencengangkan.

Ini berkaitan dengan kronologi kejadian di Stadion Kanjuruhan.

Ia menjelaskan bahwa ada fakta yang cukup mengerikan yang didapatkan oleh timnya.

"Fakta yang kami temukan proses jatuhnya korban jauh lebih mengerikan, kami merekonstruksi dari 33 rekaman CCTV dari aparat," ucap Menko Polhukam itu.

Lebih lanjut saat terjadi chaos banyak diantara penonton mencoba untuk saling menolong.

Namun, mereka yang mencoba menolong pun akhirnya menjadi korban.

"Yang mati dan cacat dan krisis, terjadi karena desak-desakan setelaha adanya gas air mata yang disemprotkan itu penyebabnya," tegasnya.

Saat ini efek dari gas air mata yang digunakan saat Tragedi Kanjuruhan terjadi tengah diteliti oleh BRIN.

"Tapi apapun hasilnya dari BRIN yang terutama disebabkan oleh gas air mata dan itu tidak akan mengubah hasilnya," terangnya.

Polisi Mengelak

Sebelumnya Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo membantah, jika penyebab meninggalnya korban tragedi Kanjuruhan karena tembakan gas air mata.

Dedi Prasetyo menyebut, kepolisian sudah menganalisis gas air mata yang digunakan saat kejadian di Stadion Kanjuruhan.

Polri menyatakan penggunaan gas air mata dalam skala tinggi, termasuk yang digunakan polisi di Stadion Kanjuruhan tidak mematikan. 

Hal ini dungkap Polri berdasarkan keterangan Ahli Kimia dan Persenjataan dari UI dan Universitas Pertahanan.

Baca juga: Ciri-ciri Suporter Pertama Kali Masuk Stadion Picu Tragedi Kanjuruhan, Penyebab Terjadinya Chaos?

Baca juga: Di Hadapan TGIPF PSSI Kembali Bilang Tak Bertanggung Jawab Atas Tragedi Kanjuruhan, Tapi

Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo menyebut, dari penjelasan para ahli dan dokter,  efek gas air mata memicu iritasi mata, kulit, dan pernapasan, bukan kematian.

“Dari penjelasan para ahli, dokter spesialis yang menangani para korban baik yang meninggal dunia maupun luka, tidak ada satu pun yang menyebutkan penyebab kematian adalah gas air mata," ucapnya saat memberikan keterangan pers, Senin (10/10/2022).

"Tapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen karena terjadi berdesak-desakan, kemudian terinjak-injak yang menyebabkan kekurangan oksigen pada pintu 13, 11, 14 dan 3. Ini yang jatuh korbannya cukup banyak,” sambungnya.

Dedi juga menjelaskan, ada tiga jenis gas air mata yang digunakan oleh aparat untuk menghalau massa di Stadion Kanjuruhan yaitu yang berwarna biru, hijau dan merah. Gas air mata berwarna hijau hanya berupa asap putih dan ledakan.

Kemudian untuk yang berwarna biru tingkatannya lebih tinggi dari sebelumnya dan menghalau massal dalam jumlah kecil.

Sedangkan untuk yang berwarna merah sebagai pengurai massa dalam jumlah yang lebih besar.

“Semua tingkatan ini mengutip pendapat para pakar, CS (Clorobenzalden Malononitril) atau gas air mata dalam tingkatan tertinggi pun tidak mematikan,” jelasnya.

Kemudian berdasarkan keterangan para ahli yang disampaikan Dedi Prasetyo.

Apabila gas air mata mengenai tubuh hanya akan membuat iritasi pada mata, kulit dan pernafasan serta tidak mengakibatkan kerusakan fatal.

“Saat mengenai pernafasan, belum ada jurnal ilmiah menyebutkan ada fatalitas gas air mata yang mengakibatkan orang meninggal dunia,” kata Dedi.

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved