Wawancara Khusus Kepala Basarnas Sulsel
Peran Basarnas Hadapi Cuaca Buruk di Sulsel
Kondisi ini sangat menghawatirkan dan perlu sikap antisipasi akan timbulnya bencana yang bisa menimpa kita.
Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Muh. Irham
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Sepekan terakhir, Kota Makassar selalu dilanda hujan dari intensitas ringan menuju sedang.
Kondisi ini sangat menghawatirkan dan perlu sikap antisipasi akan timbulnya bencana yang bisa menimpa kita.
Makassar menjadi saah satu daerah di Sulsel dengan kategori rawan banjir.
Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana penanganan jika terjadi bencana banjir di Kota Makassar, berikut wawancara khusus dengan Kepala Kantor Basarnas Sulsel, Dr Djunaidi yang telah ditayangkan di kanal YouTuube tribun-timur.com
Apa sebenarnya Basarnas itu?
Basarnas itu sesuai UU No 29 tahun 2014, bahwa tupoksi Basaras itu pencari, penolong, pengevakuasi korban. Di mana kita memberi rasa nyaman bagi masyarakat secara umum dan khususnya masyarakat Sulsel apabila terjadi kecelakaan penebangan, pelayaran, kondisi membahayakan manusia, kemudian bencana itu sendiri.
Kondisi membahayakan manusia seperti apa? seperti orang yang tenggelam di laut, orang yang hilang di hutan, semua itu adalah tugas kita.
Kemudian Basarnas itu sendiri selain daripada tugasnya yang saya jelaskan tadi, juga sebagai pencari dan penolong ketika bencana. Bencana ini ditanggulangi BPBN kami hanya menangani di bawah dalam memimpin dan sebagai patokan dalam pelaksanaan pencarian.
Bagaimana perbedaan pertolongan di medan darat, laut, dan udara?
Sebetulnya perbedaan tidak ada, ita tetap melakukan pencarian dan pertolongan. Intinya pada saat melakukan pertolongan kita melakukan pertolongan dan evakuasi sesuai standar prosedur.
Peralatan apa yang wajib ada ketika melakukan pertolongan?
Ada peralatan air, kemudian ada peralatan mountenerring, kalau di darat ada mobillink, rescue track, ada rescue jeep. Kemudian di laut kita rescue boot, kemudian KM SAR Kamajaya merupakan kapal di Indonesia Timur yang terbesar untuk melakukan pencarian.
Kapal kita di sini ada 3, ada kapal KM Kamajaya, ada Rameo Bravo atau Rescue Boot302, dan 303.
Jadi peralatan juga terbagi lagi, ada peralatan diri dan umum. Kalau peralatan diri otomatis helm safety, safety shoes, baju renang dll. Semua peralatan itu diperlukan dalam pencarian.
Kita masuk keadaan cuaca di Makassar, bagaimana menurut Anda?
Jadi memang satu minggu belakangan ini, cuaca sangat buruk. Buktinya di Kecamatan Biringkanaya itu ada angin puting beliung tetapi beruntung bisa teratasi. Untuk cuaca buruk ini seperti sore pasti akan hujan.
Yang kita sangat antisispasi seperti penerbangan. Setiap saat karena kita tidak tahu bisa saja terjadi hal yang tidak kita inginkan.
Banjir dan longsor sangat mungkin. Debit air sangat deras, sehingga kemungkinan tidak bisa lagi ditampung lagi dan meluap menjadi banjir. Termasuk yang di Antang itu sudah ada waduk yang diresmikan Bapak Jokowi itu sangat membantu sekali. Sehingga bisa diantisipasi.
Bagaimana planing kesiagaan menghadapi bencana?
Jadi kami di Basarnas ini untuk mengantisipasi banjir, kami telah melakukan pelatihan kepada personil kami setiap Selasa, Kamis, dan Jumat. Kami latih sehingga mereka siap. Bahkan untuk seluruh potensi SAR.
Jadi di kami ada potensi SAR. Sesuai UU potensi SAR itu bisa membantu pelaksanaan operasi SAR. Termasuk TNI Polri, mahasiswa, dan masyarakat.
Kami di Basarnas Makassar telah mempersiapkkan 16 titik dan termasuk wilayah UPT kami. Ada di Palopo, Masamba, Parepare, Selayar, Bone dan Sinjai. Dari enam pos SAR ini itu akan mengcover beberapa titik yang di Provinsi Sulsel. Termasuk Soppeng dan Wajo yang sering banjir.
Tadi saya mendengar ada 16 titik di Makassar yang rawan. Bisa dijelaskan daerah mana saja itu?
Paling rawan banjir itu di Kecamatan Biringkanayya termasuk di Perumahan Kodan dan daerah Daya, Kemudian di Kecamatan Makassar juga kita sudah melakukan antisipasi.
Sejauh ini bagaimana peran Basarnas Sulsel dalam mengedukasi masyarakat?
Peran kami yang pertama tentunya mensosialisasikan itu paham terhadap bajir. Karena banjir ini misalnya terjadi di wilayah Tamalanrea. Itu warga kebanyakan kalau mau ditolong dia tidak mau. Karena mereka selalu bilang "bosakah kamu menjaga harta saya?".
Sehingga warga belum paham yang dikatakan bencana. Bencana ini jangan kita main-main. Bisa saja banjir masih semata kaki tapi tetiba bisa meluap dan tinggi.
Kedua, peran kami di sini adalah memberikan pelayanan yang baik dalam membantu evakuasi SAR. Selain daripada BPBD kami juga membantu dalam sarana dan prasarana untuk evakuasi.
Bagaimana mungkin terkait kondisi setelah evakuasi?
Langkah kami membuat satu titik tempat berkumpul yang aman dan terkendali. Kemudian BPBD bisa merealisasikan pengungsiannya seperti pakaian dan makanannya. Kami dari SAR hanya melakukan evakuasi dari tempat sulit ke tempat yang lebih aman.
Bisa cerita tentang kendala yang dihadapi?
Kendala kami juga cuacalah, karene pada saat melakukan pencarian dan evakuasi. Karena keselamatan pribadi itu penting sekali oleh personil tim SAR.
Kemudian kendala berikutnya kordinasi yang sering terputus oleh karena kurang cepatnya teman-teman dalam membantu. Tetapi dalam kekurangan tersebut, kami selalu mencoba memperbaiki dan menciptakan sinergitas dan memanfaatkan seluruh potesi-potensi SAR yang ada. Supaya kita bisa membagi tugas dengan baik.
Kita kembali masuk ke Basarnas, bagaimana sih caranya agar bisa masuk menjadi tim SAR?
Jadi SAR itu sebenarnya profesi, menjadi relawan untuk orang lain. Kalau Basarnas sih adalah tim ASN nya pemerintah. Karena kita ASN ini juga mengajak untuk bergabung menjadi potensi SAR dan anggota Basarnas.
Karena ini tidak mudah, karena kita bisa di darat, laut, dan darat. Dan semuanya punya ilmu. Karena di sana ada water rescue, ada juga junggle rescue dan masih banyak lagi secara internasional yang bisa dipelajari sesuai SOP-nya. Karena kita harus menguasai semua medan untuk bisa turun.
Kita Basarnas sekarang sudah diakui dan sudah masuk kedalam wilayah insarac. Kita sudah diobatkan lolos insarac, jadi kitas sudah bisa menolong di seluruh dunia. Termasuk potensi SAR kita yang ada di Indonesia.
Menarik di sosmed, sebagai anggota tim SAR Anda selalu berhadapan dengan hidup dan mati, bagaimana tanggapan Anda?
Jadi memang makanya di Basarnas itu ada tunjangan resiko tinggi. Jadi tunjangan itu ketika melakukan pertolongan itu beresiko tinggi.
Kita membahas durasi suatu pencarian?
Jadi sesuai UU pencarian itu ditetapkan selama seminggu. Ketika tujuh hari tidak ada tanda-tanda ditemukan, maka kami berhak untuk menghentikan sementara. Ketika ditemukan pertanda, maka kita buka lagi operasi pencarian selama tiga hari. Setelah tiga hari tidak ada tanda-tanda kita tutup kembali.
Ketika muncul kembali tanda, kami akan buka lagi selama tiga hari. Jika kondisinya nihil, kami akan hentikan dan kami akan sampaikan kepada perusahaan atau institusi kami bahwa tim SAR.
Namun ketika masa itu sudah lewat dan pihak keluarga meminta kami untuk melakukan pencarian, maka pihak keluarga harus memberikan biaya operasional kepada tim SAR yang turun ke lapangan.
Cerita dong pengalaman Anda setelah turun ke lapangan?
Yang paling berkesan itu waktu tsunami di Aceh. Di sana kan ada puluhan ribu korban yang berjatuhan dan perlu evakuasi. Jadi berat badan korban sudah bertambah karena membengkak. Selain itu juga psikis kami juga kena karena setiap hari melihat hal yang tidak normal.
Ketika melakukan pencarian di laut juga sangat luar biasa. Kita harus memiliki SAR plant yang sudah kita hitung. Itu jadi prediksi tetapi dengan perhitungan, misalnya kuat arus dll. Kalau mencari di laut dengan darat sangat berbeda. Pada saat kapal saya keluar, jarang saya tidak menemukan, alhamdulillah pasti menemukan.
Apa saja tantangan?
Kalau saya sendiri tidak pernah merasakan tantangan. Karena itu menjadi tupoksi dan keahlian kami untuk menciptakan rasa aman bagi masyarakat. Sehingga masyarakat bisa nyaman dengan adanya masyarakat karena siap membantu. (*)