Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mahsa Amini

Kisah Mahsa Amini Wanita yang Tewas Usai Ditahan Polisi Moral Iran karena Jilbab, Demo Iran Pecah

Ini kisah pilu seorang perempuan bernama Mahsa Amini yang tewas usai ditahan polisi moral Iran karena jilbab.

Editor: Sakinah Sudin
via Kompas.com
Mahsa Amini, seorang Kurdi berusia 22 tahun, meninggal setelah 'penangkapan dengan kekerasan' karena melanggar aturan jilbab di tengah tindakan keras Iran terhadap pakaian wanita.(Twitter/ Leah Rimini) 

TRIBUN-TIMUR.COM - Ini kisah pilu seorang perempuan bernama Mahsa Amini yang tewas usai ditahan polisi moral Iran karena jilbab.

Ya, nama Mahsa Amini kini jadi sorotan dunia.

Mahsa Amini, perempuan Iran berusia 22 tahun tewas setelah ditahan oleh "polisi moral"l Iran.

Demo Iran menyebar ke 15 kota di negeri itu setelah kematian Mahsa Amini.

Aksi protes meluap di Iran berlangsung sejak sepekan lalu. 

Masyarakat beramai-ramai memprotes kematian Mahsa Amini, seorang wanita yang meninggal setelah ditangkap oleh polisi moral republik Islam Iran di Teheran.

Berikut selengkapnya!

Dilansir dari Kompas.com, seorang wanita Iran bernama Mahsa Amini tewas setelah ditahan “polisi moral” Iran, karena diduga tidak mematuhi peraturan berpakaian negara tersebut.

Serangkaian protes pecah di Iran setelah kematian Mahsa Amini, yang meninggal di rumah sakit tiga hari setelah dia ditangkap dan dilaporkan dipukuli oleh polisi di Teheran.

Mahsa Amini sedang bepergian dengan keluarganya dari provinsi Kurdistan di barat Iran ke ibu kota Teheran, untuk mengunjungi kerabatnya, ketika dia dilaporkan ditangkap karena dituduh melanggar aturan ketat tentang pakaian wanita di Iran.

Guardian mewartakan pada Jumat (16/9/2022), saksi mata melaporkan bahwa Amini dipukuli di mobil polisi, tuduhan yang dibantah polisi.

Keluarga Amini diberitahu bahwa korban dibawa ke rumah sakit beberapa jam setelah penangkapannya. Dia kemudian dipindahkan ke unit perawatan intensif di rumah sakit Kasra.

Menurut Hrana, sebuah organisasi hak asasi manusia Iran, keluarga Amini diberitahu selama penangkapannya bahwa dia akan dibebaskan setelah "sesi pendidikan ulang".

Polisi kemudian mengatakan bahwa Amini menderita serangan jantung.

Namun, keluarga Amini membantahnya, dan mengatakan dia sehat dan tidak mengalami masalah kesehatan apa pun.

Amini mengalami koma setelah tiba di rumah sakit, kata keluarganya, menambahkan bahwa mereka diberitahu oleh staf rumah sakit bahwa wanita Iran itu mengalami mati otak.

Foto Amini terbaring di ranjang rumah sakit dalam keadaan koma dengan perban di sekitar kepalanya dan tabung pernapasan telah beredar di media sosial.

Kekerasan polisi

Masuknya wanita itu ke rumah sakit hingga kematiannya menuai kecaman dari selebriti dan politisi Iran.

Mahmoud Sadeghi, seorang politisi reformis dan mantan anggota parlemen, meminta pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei, untuk angkat bicara atas kasus Amini.

“Apa yang dikatakan pemimpin tertinggi, yang secara sah mencela polisi AS atas kematian George Floyd, tentang perlakuan polisi Iran terhadap Mahsa Amini?” Sadeghi berkicau pada Jumat (16/9/2022).

Kementerian dalam negeri dan jaksa Teheran meluncurkan penyelidikan atas kasus tersebut setelah ada perintah dari Raisi, menurut laporan media pemerintah.

Serangkaian protes pecah di Iran setelah kematian Mahsa Amini. Demonstran awalnya berkumpul di luar rumah sakit Kasra di Teheran, tempat Amini dirawat.

Kelompok hak asasi manusia melaporkan bahwa pasukan keamanan mengerahkan semprotan merica terhadap pengunjuk rasa dan beberapa ditangkap.

Jenazah Amini kemudian diangkut ke provinsi asalnya di Kurdistan untuk dimakamkan, yang berlangsung pada pagi 17 September .

“Institusi keamanan memaksa keluarga Amini untuk mengadakan pemakaman tanpa upacara apapun untuk mencegah ketegangan,” kata Soma Rostami dari Hengaw, sebuah organisasi hak asasi manusia Kurdi sebagaimana dilansir Guardian.

Terlepas dari peringatan tersebut, ratusan orang dilaporkan berkumpul di kota asal Amini, Saqqez, untuk pemakaman. Beberapa meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah seperti “matilah diktator.”

Organisasi masyarakat sipil Kurdi telah menyerukan pemogokan umum di seluruh Kurdistan.

Video pengunjuk rasa di Saqqez merobek poster pemimpin otoriter Iran Ayatollah Khamenei, menyebar di media sosial.

Mahsa Amini, 22, who died in the custody of Iran's morality police over forced hijab rules, was buried in her hometown of Saqqez, Kurdistan province, today.

Her funeral turned into a scene of large protests, violently confronted by security forces. pic.twitter.com/DqVjbSjIhE

— Shayan Sardarizadeh (@Shayan86) September 17, 2022

Insiden itu muncul beberapa minggu setelah presiden garis keras Iran Ebrahim Raisi, memerintahkan tindakan keras terhadap hak-hak perempuan dan menyerukan penegakan yang lebih ketat dari aturan berpakaian wajib negara itu sejak revolusi 1979.

Raisi menandatangani dekrit pada 15 Agustus yang mengatur pakaian wanita Iran dan menetapkan hukuman yang lebih keras karena melanggar kode ketat, baik di depan umum maupun online.

Sejumlah wanita Iran telah ditangkap di seluruh negeri setelah “hari jilbab dan kesucian” nasional diumumkan pada 12 Juli.

Salah satunya adalah Sepideh Rashno, seorang penulis dan seniman yang dilaporkan dipukuli dan disiksa dalam tahanan sebelum membuat permintaan maaf secara paksa di televisi.

Kelompok hak asasi manusia telah melaporkan bahwa pasukan keamanan tambahan telah dikerahkan di luar rumah sakit Kasra.

16 Orang Tewas dalam Unjuk Rasa 6 Hari Berturut-turut

17 orang dilaporkan tewas selama aksi demo di Iran yang telah berlangsung enam malam berturut-turut pascakematian Mahsa Amini (22) pekan lalu.

Laporan korban tewas tersebut disampaikan saluran televisi pemerintah pada Kamis (22/9/2022), sebagaimana dilansir AFP.

“17 orang, termasuk demonstran dan polisi, telah kehilangan nyawa mereka dalam peristiwa beberapa hari terakhir,” lapor televisi pemerintah tanpa memberikan rincian.

Dalam laporan sebelumnya, korban tewas akibat aksi demo Iran adalah tujuh pengunjuk rasa dan empat anggota pasukan keamanan.

Para pejabat membantah pasukan keamanan terlibat dalam kematian para pengunjuk rasa.

Kemarahan publik berkobar sejak pihak berwenang Iran pada Jumat (16/9/2022) mengumumkan kematian Mahsa Amini.

Sebelum meninggal, Mahsa Amini ditangkap polisi moral yang bertanggung jawab menegakkan aturan berpakaian bagi perempuan.

Aksi protes menjadi semakin besar dan merembet ke berbagai lokasi di Iran.

Pengunjuk rasa sempat berkonfrontasi dengan pasukan keamanan di sejumlah titik.

Di beberapa lokasi, sejumlah wanita membakar jilbab saat dalam menggelar protes. Beberapa bahkan memotong rambut di depan umum.

Video unjuk rasa yang terjadi pada Rabu (21/9/2022), dan menyebar di media sosial, menunjukkan pedemo di Teheran meneriakkan penolakan jilbab. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Protes Pecah di Iran atas Kematian Seorang Wanita yang Ditangkap karena Masalah Pakaian dan UPDATE Demo Iran: 17 Orang Tewas, Unjuk Rasa 6 Malam Berturut-turut

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved