Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ojol Day Makassar, Danny Pomanto Tiga Kali Naik Ojol dari Gojek, Grab, hingga Maxim

Pantauan Tribun-Timur.com, dari pukul 09.00 WITA hingga pukul 12.30 WITA, Danny tiga kali menggunakan jasa ojol

Penulis: Siti Aminah | Editor: Saldy Irawan
DOK PRIBADI
ASN Pemkot naik Gojek menuju Balai Kota Makassar, Jl Ahmad Yani, Selasa (20/9/2022). Gojek memberikan promo khusus bagi ASN yang akan berangkat menuju dan pulang dari Balai Kota Makassar. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Hari pertama berlakunya Ojol Day, Wali Kota Makassar Danny Pomanto menggunakan jasa transportasi online.

Pantauan Tribun-Timur.com, dari pukul 09.00 WITA hingga pukul 12.30 WITA, Danny tiga kali menggunakan jasa ojol

Pertama dari kediamannya Jl Amirullah menuju Kantor Balai Kota di Jl Ahmad Yani.

Danny menggunakan Gojek menuju kantor Balai Kota.

Danny memesan langsung ojol tersebut lewat smartphonenya.

Sekira 20 pengemudi Gojek mengantar Danny Pomanto dan pegawai lainnya menuju kantor.

Sesampainya di Kantor Balai Kota, Danny menyapa dan bertemu berapa kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ada di sana, termasuk Sekda Makassar M Ansar yang tiba lebih dulu.

Setelah memastikan pegawai menjalankan instruksinya menggunakan ojol, Danny bergegas menuju Hotel Gammara.

Danny bersama beberapa kepala OPD menggunakan jasa Grab untuk menghadiri agenda di Hotel Gammara.

Setelah selesai di sana, sekira pukul 12.30 WITA Danny bergegas menuju kediamannya di Jl Amirullah menggunakan Maxim.

"Semua (ojol) akan kita pakai, habis ini kita bareng grab kita jalan ke acara, nanti dengan Maxim kita akan jalan juga. Jadi tidak satu merek," tegasnya.

Menurut Danny, pelaku ojol adalah komunitas yang harus diberi perhatian.

Kendati demikian, ada banyak masukan dari berbagai pihak terkait ojol day ini.

Beberapa jasa transportasi lainnya kata Danny juga akan dipikirkan, termasuk pete-pete dan bentor.

Karena masih dalam tahap sosialisasi, ia belum memberi sanksi tegas bagi pegawai yang kedapatan menggunakan kendaraan pribadi.

"Tidak boleh main kaddoro-kaddoro (keras) begitu. Kita akan mengimbau, ndak boleh begitu (memberi sanksi)," katanya.

Suami Indira Jusuf Ismail ini menyampaikan, sekira 90 persen pegawai menggunakan jasa ojol hari ini.

Itu dibuktikan dengan tidak adanya kendaraan dinas atau kendaraan pribadi yang terparkir di Kantor Balai Kota.

"Saya melihat dari foto foto yang dikirim saya kira kira dominan dan saya kira lebih 90 persenlah mereka taat," bebernya.

Kata Danny, ia tidak memaksakan pegawai yang rumahnya jauh dari Kantor Balai Kota, seperti di wilayah Sudiang dan Gowa.

Mereka bisa menggunakan angkutan umum atau pete-pete menuju ke lokasi terdekat dari Balai Kota.

Selanjutnya mereka bisa naik ojol ke Kantor Balai Kota karena tak ada pete-pete jurusan Balai Kota.

"Memang ada yang keliatannya lebih mahal (pakai ojol), kalau begini kita perhatikan. Disinilah peran pete-pete antar sampai dekat Balai Kota baru lanjut naik ojol karena pete-pete tidak sampai di Balai Kota," paparnya.

Termasuk BRT kata Danny, menurutnya banyak yang salah paham dengan ojol day. 

Ojol Day dianggap tidak mendukung program pemerintah dengan adanya BRT atau teman bus, itu tidak ada hubungannya kata mantan dosen arsitek Unhas ini.

"Jadi banyak kesalahpahaman. BRT itu tetap berguna. BRT tetap kita dukung," tutupnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved