Direksi Kalla dan Bupati Pangkep Rela Nyebur Tanam Mangrove, Naik Jolloro Demi Kepiting dan Warga
Penanaman mangrove digelar di Kepiting Tambak Desa Tekolabbua, Kecamatan Pangkaje'ne, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Sabtu (10/9/2022).
Penulis: Ina Maharani | Editor: Ina Maharani
MAKASSAR, TRIBUN - Sudah menjadi keharusan, suatu perusahaan berjalan dengan tetap memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup. Tidak semata-mata mencari untung, lantas merusak lingkungan.
Justru sebaliknya, perusahaan harus menjadi penyokong kelestarian alam.
Hal inilah yang menjadi dasar digelarnya aksi Kalla Hijau Penanaman 70.000 Pohon, Aksi Mangrove Lestari 32.000 pohon dan Aksi Hutan Lestari 38.000 pohon, sebagai CSR Kalla Group.
Penanaman mangrove digelar di Kepiting Tambak Desa Tekolabbua, Kecamatan Pangkaje'ne, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Sabtu (10/9/2022).
Kegiatan ini digelar dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-32 Kalla Lines dan HUT ke-70 Kalla Group, dan merupakan kolaborasi Yayasan Hadji Kalla dan Kalla Lines bersama Pemerintah Kabupaten Pangkep dan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
Lokasinya desa ini cukup jauh, sekitar 50 km dari Kota Makassar.
Meski cukup jauh, Finance Director Kalla Imelda Jusuf Kalla ikut menghadiri penanaman ini bersama CEO Kalla Development & Construction Zumadi SM Anwar, Chief Corporate Secretary & Legal Officer Subhan Djaya Mappaturung, serta COO Kalla Lines, Muhammad Naim, dan Direktur Eksekutif Yayasan Hadji Kalla Zuhair.
Kegiatan penanaman Mangroove ini juga diikut oleh puluhan volunteer yang berasal dari 17 karyawan Kalla dan 14 volunteer eksternal yang berasal dari berbagi komunitas pemerhati lingkungan hidup dan mangroove serta dibantu oleh kelompok tani Nelayan Sejahtera Pangkep.
Menggandeng Pemerintah Kabupaten Pangkep, Bupati Pangkep, Muhammad Yusran Lologau juga hadir dalam serah terima bibit mangrove sekaligus penanaman perdana ini.
Bergoyang Naik Jolloro

Sesampainya di desa, untuk menuju lokasi penanaman pun tak mudah. Lokasinya tak bisa ditempuh dengan jalan darat, melainkan dengan perahu kecil.
Perahu motor kecil milik nelayan setempat, yang dikenal dengan sebutan jolloro. Jolloro ini tidak menggunakan penyeimbang kanan dan kiri, sehingga saat dinaiki akan bergoyang ke kiri dan ke kanan, mengikuti berat penumpang yang naik.
Meski demikian hal ini tidak menyurutkan direksi, manajemen, dan relawan Kalla untuk menanam mangrove.
Untuk sampai di lokasi, rombongan menaiki perahu tersebut menembus sungai hingga sampai di muara tempat penanaman, sekitar 10 menit.
Cukup menantang bagi yang tidak biasa. Karena kecilnya perahu menyebabkan kerap miring kiri dan kanan, mengikuti ombak air.
Turun Langsung Basah-basahan
Tak sampai disitu, baik Imelda dan Yusran turun langsung nyebur ke air dan ikut menanam di lokasi.
Karena berada di tengah perairan, tak ada area kering. Air setinggi lutut pun rela ditembus. Tak peduli celana dan sepatu basah.
Rombongan terjun langsung ke air dengan dasar lumpur, dan berjalan sejauh sekitar 40 meter untuk sampai di lokasi penanaman.
Di sana, secara serentak direksi, manajemen, relawanan, dan Bupati Pangkep, menggunakan tangan menanam secara simbolis bibit yang sudah dipersiapkan.

Ada apa dengan mangrove?
Dalam sambutannya Imelda Kalla mengatakan mangrove menjadi pilihan Kalla dalam melakukan CSR karena manfaatnya yang diharapkan bisa dirasakan oleh nelayan setempat.
“Kenapa mangrove? Karena warga disini tau manfaat mangrove bagi lingkungan. Lingkungan sehat adalah yang kita cita-citakan,” ujarnya dalam sambutan.
Imelda juga mengatakan, penanaman 32 ribu bibit Mangroove ini adalah awal dari Kick Off 70.000 pohon yang secara simbolis sesuai dengan usia Kalla pada tahun ini.
“Di usia ke 70 tahun ini, kami memang fokus pada program-program CSR yang berdampak langsung kepada masyarakat khususnya Lingkungan hidup," jelas Imelda.

Senada, Muhammad Naim mengatakan kegiatan CSR ini merupakan bagian dari upaya untuk terus berkontribusi bersama masyarakat dalam menjaga lingkungan.
“Kali ini, kami memilih mangrove yang kita ketahui membawa banyak manfaat bagi kelesterian alam, khususnya keberlangsungan ekosistem laut," katanya.
Di mana menurut Naim, mangrove ini nantinya bisa menjadi rumah dari kepiting-kepiting dan ikan-ikan.
Kepiting inilah yang kemudian diharapkan bisa dimanfaatkan oleh warga setempat, untuk santapan sehari-hari maupun komoditas untuk dijual.
Tentunya kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari Bupati Pangkep Yusran.
“Terima kasih kami ucapkan kepada Keluarga besar Kalla atas perhatiannya dalam kelestarian ekosistem mangroove. Tentu bantuan CSR dari Kalla ini akan berdampak secara ekonomi bagi masyarakat sekitar. Tugas kami selanjutnya untuk merawat dan melestarikannya untuk anak cucu kami,” ujar Yusran.
Tak hanya itu, menurut Yusran, kegiatan ini sudah sesuai dengan visi misinya dalam hal lingkungan hidup. Dengan adanya hutan bakau, akan menjadi tempat untuk berkembang biak ikan dan kepiting. Dimana bisa dimanfaatkan oeh warga untuk mencari makan.
Nikmatnya Kepiting Bakau

Berdasarkan pantauan Tribun Timur, kegiatan ini mendapat apresiasi besar dari warga setempat.
Tak hanya berbondong-bondong hadir di lokasi penyerahan bibit, warga juga menyajikan berbagai hidangan khas warga setempat termasuk kepiting dan kerang.
Berbeda dengan kepiting laut yang besar dan tebal, kepiting khas daerah ini yang juga dikenal dengan sebutan kepiting bakau, bentuknya kecil. Dimasak dengan cara direbus.
Untuk menyantapnya pun punya cara tersendiri. Berbeda dengan menyantap kepiting besar yang membutuhkan alat bantu, menyantap kepiting ini cukup menggunakan kedua tangan.
“Cara menyantap kepiting ini sangat mudah,” ujar salah seorang warga.
“Pertama-tama buka dulu kulit bagian atasnya (yang bewarna oranye) sampai bersih. Lalu buang insangnya (untuk yang tidak suka makan insang). Lalu dibelah dua,” ujarnya.
Kemudian bisa langsung disantap.
Memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, keberadaan ekosistem kepiting ini, nantinya bisa mengangkat perekonomian warga setempat.
“Jadi nanti warga tidak perlu jauh-jauh mencari kepiting, bisa dijual, bisa dimakan,” ujar Yusran.
Manfaat Kepiting Bakau bagi Ekosistem
Dilansir grid, kepiting bakau sangat bermanfaat bagi ekosistem.
Sesuai dengan namanya, kepiting bakau ini adalah kepiting yang tinggal menetap di area hutan bakau.
Dalam bahasa ilmiahnya disebut sebagai Scylla spp.
Kepiting bakau memiliki permukaan kulit yang licin.
Kepiting jantan memiliki sepasang capit yang lebih panjang dibandingkan kepiting bakau betina.
Kepting bakau dapat hidup di berbagai kondisi perairan dan mendapatkan nutrisi dari mangrove untuknya bertumbuh menjadi kepiting dewasa.
Keberadaan kepiting bakau ini sangat penting bagi ekosistem di sekitarnya.
Kepiting bakau membantu menjaga keseimbangan ekosistem di daerah tempat kepiting ini tinggal, yaitu di daerah bakau atau mangrove.
Daun yang dimakan kepiting ini, akan cepat terurai dibandingkan daun yang tidak dimakannya.
Daun yang dimakan oleh kepiting bakau membantu proses perputaran energi supaya berjalan dengan cepat.
Selain itu, lubang-lubang yang dibuat oleh kepiting ini membantu terjadinya proses pertukaran udara di dalam tanah
Kepiting bakau ini memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, maka dari itu banyak yang membudidayakannya.
Manfaat Ekosistem Mangrove
Penanaman mangrove merupakan kegiatan yang sangat baik, seperti yang dilakukan oleh Kalla Group.
Pasalnya, dilansir dari berbagai sumber, mangrove sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Antara lain mencegah erosi pantai. Hutan mangrove menjadi katalis tanah dan air laut, sehingga tanah tak langsung bersenruhan dengan laut.
Kawasan hutan mangrove selain menjadi habitat kepiting juga menjadi tempat hidup ikan dan udang yang sangat bermanfaat bagi manusia.
Pohon mangrove yang banyak ditanam pada hutan mangrove bisa dipanen seperti jenis tumbuhan lain. Bisa bisa dijadikan sebagai alternatif pengganti makanan ternak. Pohon mangrove yang telah dihancurkan dan digiling menjadi bubuk pakan ternak yang mengandung nutrisi sangat baik untuk pertumbuhan ternak seperti sapi, kambing atau unggas.
Kawasan hutan mangrove juga membantu manusia untuk mendapatkan air bersih dan udara yang segar. Hutan mangrove bisa menyerap semua jenis logam berbahaya dan membuat kualitas air menjadi lebih bersih.
Selain itu mangrove juga membantu alam dalam mendapatkan kualitas udara yang lebih baik dan bersih. (*)