Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Alasan Gus Yahya Tegaskan PBNU Pasang Badan untuk Polri

Satu diantaranya adalah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf.

Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM/EMBA
Calon Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya (kiri) 

TRIBUN-TIMUR.COM - Kasus pembunuhan Brigadir J yang menyeret Irjen Pol Ferdy Sambo sebagai tersagka menjadi perhatian Polri

Tak sedikit pihak menyoroti kinerja Polri.  

Kendati demikian ada juga yang memihak,

Satu diantaranya adalah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf.

Ia menegaskan pihaknya akan tetap berada di belakang Polri.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum PBNU di sela memberikan sambutan Kaderisasi Wilayah NU Sumatera Utara ke XVIII Medan, Jumat (9/9/2022).

Menurut pria yang akrab disapa Gus Yahya tersebut, semua lembaga pasti memiliki masalah.

Namun, menurutnya meninggalkan Polri hanya akan memperburuk situasi di negeri ini.

“Polri juga berat masalahnya. Tapi kita tidak mungkin meninggalkan Polri. Kita harus terus mensupport dan berada di belakang Polri,” kata Gus Yahya dalam keterangan yang diterima.

Negara manapun, termasuk Indonesia, membutuhkan polisi yang solid, kuat, dan didukung penuh segenap elemen bangsa.

“Kalau Polri kita tinggal maka negara ini akan hancur. Semua memang ada masalahnya. Tapi kita tetap harus berada di belakang Polri termasuk berada di belakang negara ini,” ujarnya.

Sebagai organisasi yang turut dalam mendirikan negeri, NU juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga keberlangsungan NKRI.

“Karena NU ini berada di belakang berdirinya negara ini. NU memiliki tanggung jawab untuk bersama menjaga bangsa dan negara ini,” kata dia.

Agustus lalu, lembaga Survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei persepsi publik terhadap Polri, pasca mencuatnya kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J oleh mantan Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo.

Hasilnya, ada penurunan kepecayaan masyarakat kepada Polri setelah peristiwa pembunuhan Brigadir J.

Survei Indikator menyebut pada Mei 2022 kepercayaan masyarakat kepada Polri berada pada tingkat 66,7 persen, namun pada Agustus 2022 atau setelah kasus pembunuhan Brigadir J muncul ke publik kepercayaan masyarakat kepada Polri menurun menjadi 54,4 persen.

Survei juga mengukur kepercayaan publik pada polisi, dalam penuntasan kasus pembunuhan Yosua. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved