Harga BBM
Soal Wacana Kenaikan Harga Pertalite, Anas Iswanto: Bantah Alasan Defisit APBN Pemerintah
Alasan pemerintah menaikkan harga pertalite didasari dengan bebas subsidi untuk bahan bakar yang menyentuh angka Rp502 triliun.
Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Muh. Irham
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Wacana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dari Rp7.650 ribu ke Rp10.000 terus bergulir.
Alasan pemerintah menaikkan harga pertalite didasari dengan bebas subsidi untuk bahan bakar yang menyentuh angka Rp502 triliun.
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, serta Kemitraan FEB Universitas Hasanuddin, Anas Iswanto Anwar, pun menanggapi wacana kebijakan tersebut.
Anas memandang, kebijakan ini sangatlah terburu-buru.
Bahkan, dirinya menganalogikan wacana kenaikan Pertalite ini dengan lelucon.
"Sudah jatuh dari tangga, ditimpa tangganya lagi, kemudian belum sempat berdiri, kita ditimpa pot lagi," katanya sambil sedikit tertawa.
Ia menambahkan, ketika kebijakan ini benar-benar diteken, inflasi komiditi lain pasti akan terasa.
"Dampak jangka pendek, dari kenaikan BBM ini pasti kita tidak bisa menahan laju barang-barang lain secara berjamaah naik," tambahnya.
Anas menganggap, alasan pemerintah menaikkan harga Pertalite karena beban APBN yang defisit, bukan satu-satunya cara untuk menjawab masalah tersebut.
"Menurut saya terbantahkan juga, karena data inflasi di Indonesia untuk saat ini cukup terjaga. Malah data inflasi di bulan Juli YoY terjaga di level 4,94," ujarnya.
Menurutnya, pemerintah harus menimbang kembali hingga kebijakan ini diterapkan.
"Ekonomi global masih penuh dengan tidak kepastian. Apakah tidak ditunda dulu, sehingga keadaan betul-betul baik," tuturnya. (*)