Kebakaran
Cerita Korban Kebakaran di Kecamatan Malua, Bukan Harta yang Ditanyakan Tapi Istri dan Anak
Tak ada satu pun harta benda yang bisa diselamatkan. Meski begitu, tidak yang korban terluka dalam kebakaran itu.
Penulis: Erlan Saputra | Editor: Muh. Irham
ENREKANG, TRIBUN-TIMUR.COM - Kisah pilu Arfandi, seorang warga Kecamatan Malua, Enrakang, Sulawesi Selatan
Sebelumnya, kebakaran terjadi di Desa Tangru menghanguskan empat unit rumah panggung milik warga pada Senin (14/8/2022) sekitar pukul 11.00 Wita.
Tak ada satu pun harta benda yang bisa diselamatkan. Meski begitu, tidak yang korban terluka dalam kebakaran itu.
Ada empat rumah yang dilalap api, semua rata dengan tanah.
Akibatnya, delapan kepala keluarga kehilangan tempat tinggal.
Menurut salah seorang warga, penyebab kebakaran berawal dari korsleting listrik di satu rumah, akibatnya menyebar ke rumah lain.
Pasca kejadian, warga kemudian bahu membahu mendirikan tenda darurat untuk menampung bantuan bagi korban.
Dari pantauan Tribun-Timur di tempat kejadian perkara (TKP), berbagai elemen mulai menyalurkan bantuan untuk meringankan beban para korban.
Kerugiannya dari kebakaran tersebut ditaksir melebihi Rp800 juta
"Ada empat rumah yang hangus terbakar dan terdapat delapan kepala keluarga," Ujar Koordinator Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Desa Tangru BAZNAS, Syarif Sage.
Salah satu korban, Arfandi seorang kepala keluarga hanya gigit jari dan pasrah melihat kondisi rumahnya hangus terbakar.
Pria dua anak ini baru tahu, tempat tinggalnya menjadi salah satu yang hangus dilalap api saat berada di Pasar Baraka, Kecamatan Baraka, Enrekang.
"Saat itu saya sementara di pasar, ada yang saya urus," kata pria 32 tahun ini.
Pria yang berprofesi petani ini baru mengetahui setelah istrinya menghubingi lewat telepon.
Dia menceritakan, bukan harta bendanya yang paling utama ditanyakan, namun keberadaan istri dan dua anaknya di saat kejadian.
Saat melihat rumahnya yang ditutupi api, dirinya hanya terdiam sembari mengenang rumahnya yang sediakala.
"Yah bagaimana lagi, rumah ini bersejarah bagi saya," kenangnya.
"Tidak ada satupun harta benda yang tersisa, kecuali baju-celana yang kami pakai," ungkap dia.
Arfandi juga menceritakan, ada pakaian dagangan yang ikut hangus terbakar.
Kata Arfandi, barang dagangan tersebut bukan sepenuhnya miliknya.
"Itu milik orang lain, saya cuma jualkan," katanya.
Meski rumah sudah tidak ada lagi, namun dia mengaku bersyukur dengan keselamatan keluarganya.
"Alhamdulillah semuanya sehat, tidak ada yang luka," rasa syukurnya.
Sementara itu, Tahuna, orang tua dari Arfandi, juga menjadi salah satu korban dalam kebakaran tersebut.
Wanita enam puluh tahun itu mengaku saat peristiwa, dia berada di kebunnya.
"Saya tahunya dari orang lain, makanya saya langsung pulang tadi," katanya.
Di lokasi yang sama, Camat Malua, Sudirman berharap ke warga untuk lebih perhatikan lagi kondisi rumahnya.
"Perlu lebih waspada lagi, terutama jaga kebersihan dan keamanan rumah," pungkasnya.(*)