Sri Lanka
Sri Lanka Bangkrut, Petingginya Kabur hingga Amerika Serikat Salahkan Rusia
Sri Lanka yang berpenduduk 22 juta orang itu tengah berjuang di bawah kekurangan devisa yang parah. Krisis ekonomi parah di Sri Lanka ini berdampak
Penulis: Nur Fajriani D | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM - Krisis ekonomi terjadi di negara Sri Lanka.
Sri Lanka yang berpenduduk 22 juta orang itu tengah berjuang di bawah kekurangan devisa.
Krisis ekonomi ini berdampak pada pembatasan impor bahan bakar, makanan dan obat-obatan.
Ini merupakan krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan pada 1948.
Negara bahkan sempat meminta warga Sri Lanka yang berada di perantauan untuk mengirimkan uang untuk membeli makanan.
Pemerintah di negara Asia Selatan itu mengumumkan gagal membayar utang luar negeri hingga Rp 723 triliun atau 51 dollar AS.
Aksi demonstran yang turun ke jalan tak terhindarkan.
Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, menyatakan siap mengundurkan diri, Sabtu (9/7), saat negara kian bergejolak usai Presiden Gotabaya Rajapaksa kabur sebelum rumahnya diamuk massa.
Banyak yang menyalahkan kemunduran negara ini pada Presiden Gotabaya Rajapaksa.
Kini Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyalahkan Rusia atas kondisi Sri Lanka yang saat ini kacau balau.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengklaim bahwa agresi Rusia ke Ukraina ikut menjadi penyebab kekacauan di Sri Lanka.