Iduladha
Rukyat vs Hisab Bedakan Iduladha di Indonesia, Fisikawan Unhas: Jangan Lancang Sebut Nabi Buta Huruf
Perbedaan jadwal sholat Iduladha di Arab Saudi dan Indonesia memantik diskusi pakar Makassar di berbagai group WhatsApp.
Sedangkan Epistemologi membimbing untuk tahu dan mengerti kenapa sesuatu itu demikian.
Adapaun aksiologi, ia membimbing untuk tahu dan mengerti tujuan sesuatu itu.
Sehingga ontologi kedua hal itu diketahui dan dimengerti.
“Tidak sama. Beda, bukan. Orang buta mustahil melakukan Rukyat, walau pakai teropong atau teleskop.
Tapi, orang yang sama bisa melakukan Hisab, asal ahli matematika dan astronomi. Maka sudah sangat terang epistemologi keduanya, Rukyat dan Hisab itu berbeda,” kata Prof Qasim Mathar.
Di sisi lain, lanjut Prof Qasim Mathar, baik yang rukyat maupun yang hisab sama-sama ingin beribadah dengan plong.
“Lha, apa itu plong? plong adalah berasa lega, nyaman, atau berasa bebas dari beban pikiran, perasaan dan sebagainya. Jadi plong itu adalah aksiologi dari beragama dan beribadah. Jika rukyat dipaksa ikuti Hisab adalah hal yang gawat. Begitu pula sebaliknya,” kata Prof Qasim Mathar.
"Jadi mari tinggalkan tradisi buruk, ribut dalam perbedaan. Perbedaannya juga cuma dalam perkara fikhi, kok. Tradisi buruk itu pun sudah memperburuk yang pokok: Akhlak. Saya teringat buku Kang Jalal (alm.), tokoh Syiah itu: "Dahulukan Akhlak dari pada Fikhi". Benar juga, ya!," ujar Prod Qasim Mathar menambahkan.
Penjelasan Prof Qasim Mathar tersebut ditangkis oleh Fisikawan Unhas Prof Dr Tasrief Surungan.
Menurur Prof Tasrief Surungan, kaum yang melakukan Rukyatul Hilal tidak berarti tak melakukan perhitungan.
Mereka itu menghitung visibiltas hilal, lalu memverifikasinya dengan Observasi (Rukyatul Hilal).
“Menyebut Rukyatul Hilal itu sebagai akibat bahwa umat Islam awal tidak pandai hitung-hitungan merupakan bentuk kelancangan dan ceroboh. Lancang sebab meng-underestimate perintah Nabi sebagai akibat umat yang bodoh,” tegas Prof Tasrief Surungan.
Menurutnya, pengertian Ummi, telah diterjemahkan sembrono. Nabi Yang Ummi itu bukan berarti atau penekanannya pada Buta Huruf Sama sekali Bukan.
Ummi artinya, tidak membaca dan tidak menulis (informasi sebelumnya).
“Kenapa Nabi harus Ummi? Sebab sumber Informasinya dari Allah SWT. Beliau seorang nabi, bukan seperti kita ini yang butuh baca dan menulis untuk memperoleh ilmu,” ujar Prof Tasrief Surungan.
Kalau Nabi tidak Ummi, maka akan benar tudingan kaum munafik dan Ahli kitab bahwa Nabi itu mengcopy paste ajaran2 sebelumnya.